(PERHATIAN: HANYA UNTUK MURID2 SYEIKH MUGHYIDEEN ABDUL QADIR JAILANI SAHAJA. KEPADA YG BELUM MENGAMBIL TALQIN WASILAH DRP SYEIKH ATAU BADAL DILARANG MEMBACA WARKAH INI)
SYEIKH MUGHYDEEN ABDUL QHADIR JAILANI
KEROMAH SAHABAT-SAHABAT
NABI SAW
KAROMAH ABU BAKAR AS SHIDDIQ
YANG TIDAK DIKETAHUI ORANG
Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq radhiallhu'anhu adalah sahabat
yang paling dicintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi memuji
Abu Bakar karena pengorbanannya yang begitu besar terhadap dakwah Islam. Bahkan
Rasulullah pernah bersabda: "Sesungguhnya aku tidak tahu sampai kapan aku
akan hidup bersama kalian, oleh karena itu teladanilah dua orang sepeninggalku
(sambil menunjuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab)". (Hadis Jami' At-Tirmidzi
No. 3596)
Sayyidina Abu Bakar bernama lengkap 'Abdullah bin Abu
Quhafah. Beliau lahir pada tahun 573 M dan salah satu orang yang awal memeluk
Islam dan khalifah pertama sepeninggal Nabi. Berikut karomah beliau yang jarang
diketahui banyak orang. 'Abdurrahman bin
Abu Bakar radhiallahu'anhu menceritakan bahwa ayahnya datang bersama tiga orang
tetamu hendak pergi makan malam bersama Rasulullah. Kemudian mereka datang
setelah lewat malam. Isteri Abu Bakar bertanya, "Apa yang bisa engkau
suguhkan untuk tetamumu?" Abu Bakar balik bertanya, "Apa yang kamu
miliki untuk menjamu makan malam mereka?"
Sang isteri menjawab, "Aku telah bersiap-siap menunggu
engkau datang." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bisa
menjamu mereka selamanya." Abu Bakar mempersilakan para tamunya makan.
Salah seorang tamunya berujar, "Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap
makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak. Kami merasa kenyang, tetapi
makanan itu justru menjadi lebih banyak dari sebelumnya." Sayyidina Abu
Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, bahkan jadi lebih banyak, lalu
beliau bertanya kepada isterinya, "Hai ukhti Bani Firas, apa yang
terjadi?" Sang isteri menjawab, "Mataku tidak salah melihat, makanan
ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya." Abu Bakar menyantap
makanan itu, lalu berkata, "Ini pasti daripada syaitan”
Akhirnya Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah dan
meletakkannya di hadapan baginda. Ketika itu sedang ada pertemuan antara kaum
muslimin dan satu kaum. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang
Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Baginda menyuruh mereka menikmati
makanan itu, dan mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar . (HR
Al-Bukhari dan Muslim).
Kisah berikutnya, 'Aisyah RA bercerita, ayahku ( Abu Bakar
Shiddiq ) memberiku 20 wasaq kurma (1 wasaq setara 60 gantang) dari hasil
kebunnya. Menjelang wafat, beliau berwasiat, "Demi Allah, wahai putriku,
tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan
lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau. Aku hanya bisa mewariskan 20
wasaq kurma, dan jika lebih, itu menjadi milikmu. Namun, pada hari ini, itu
adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu,
maka bagilah sesuai aturan Al-Qur'an. Lalu aku berkata, "Ayah, demi Allah,
beberapa pun jumlah harta itu, aku akan memberikannya untuk Asma, dan untuk
siapa lagi ya?" Abu Bakar menjawab, "Untuk anak perempuan yang akan
lahir." (Hadits dari Urwah bin Zubair). Ini menunjukkan bahawa dia tahu
bayi dalam kandungan isterinya (Habibah) adalah anak perampuan (adek bungsu
Aisyah bernama Umi Kalthum).
ABU BAKAR, SAHABAT NABI SAW YANG MEMILIKI 16 KEUTAMAAN
Sahabat Nabi yang satu ini adalah sangat berpengaruh dan
paling berjasa bagi Rasulullah SAW dan Agama Islam. Beliau adalah Abu Bakar
Ass-shiddiq radhiallahu’anhu (RA), orang pertama yang memeluk Islam bersama Ali
bin Abi Thalib (RA) dan Sayyidah Khadijah RA (istri Rasulullah SAW).
Dalam Biografi Abu Bakar Ass-shiddiq yang ditulis Syaikh
‘Abdurrahman bin ‘Abdillah As Suhaim, dijelaskan bahwa selain Ash Shiddiq, Abu
Bakar juga diberi jolokan ‘Atiq karana tampan dan memiliki wajah cerah. Sedangkan
julukan Ash Shiddiq artinya selalu membenarkan kabar Nabi Muhammad SAW dengan
keyakinan penuh. Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq karena beliau adalah lelaki
pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar
dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah.
Ciri fizik beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut
lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering memakai hinaa dan
katm. Sahabat Nabi yang lemah lembut ini dikenal tegas dan memiliki pendirian
yang kokoh.
Tidak ada lelaki di dunia yang memiliki keutaman sebanyak
keutamaan Abu Bakar. Berikut 16 Keutamaan yang dimilinya:
1. Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad SAW dari golongan
umat beliau.
Ibnu ‘Umar RA berkata: “Kami pernah memilih orang terbaik di
masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu
Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu (HR. Al-Bukhari). Beliau
juga orang yang paling pertama beriman kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan membenarkan
perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah,
walaupun banyak gangguan yang datang. Abu Bakar juga menemani Rasulullah ketika
hijrah.
2. Abu Bakar adalah orang yang menemani Nabi Muhammad di Gua Tsur ketika
Dikejar kaum Quraisy.
Allah Ta’ala berfirman: “Salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah
kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At Taubah: 40). Dalam
shahih Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik, Abu Bakar berkata kepadanya:
“Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat
dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau
di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah
kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa
bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah”.
3. Ketika hendak berhijrah, Abu Bakar menyumbangkan seluruh hartanya.
(Dalilnya disebutkan pada pekara 8)
4. Abu Bakar adalah khalifah pertama.
Kita diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk meneladani
khulafa ar-rasyidin, sebagaimana sabda beliau: “Hendaknya kalian berpegang
teguh pada sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin setelahku. Gigitlah dengan
gigi geraham kalian” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini shahih
dengan seluruh jalannya)
5. Abu Bakar dipilih sebagai khalifah berdasarkan nash.
Ketika Nabi SAW sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar
untuk menjadi imam salat berjamaah. Dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:
“Ketika Nabi SAW sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta izin untuk memulai
salat.Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan
salatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia
mengimami salat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan
mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Quran. Nabi tetap berkata:
‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan salatlah’. ‘Aisyah lalu berkata
hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau
keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti
para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan salatlah”.Umar
bin Khattab pernah berkata: “Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam
masalah dunia, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah ridha
kepadanya dalam masalah agama?”
6. Umat Muhammad diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar.
Nabi SAW bersabda: “Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku
iaitu Abu Bakar dan Umar” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Maajah, hadits ini shahih)
7. Abu Bakar adalah salah seorang mufti di masa Rasulullah SAW.
Nabi SAW menugaskan beliau sebagai Amirul Hajj pada haji
sebelum haji Wada’. Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
Radhiallahu’anhu: “Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusku untuk dalam sebuah ibadah
haji yang terjadi sebelum haji Wada’, dimana beliau ditugaskan oleh Rasulullah
untuk menjadi Amirul Hajj. Ia mengutusku untuk mengumumkan kepada sekelompok
orang di Hari Raya Idul Adha bahwa tidak boleh berhaji setelah tahunnya orang
musyrik dan tidak boleh berthawaf di Ka’bah dengan telanjang”. Abu Bakar juga
sebagai pemegang bendera Nabi SAW ketika perang Tabuk.
8. Abu Bakar menginfaqkan seluruh hartanya ketika Rasulullah SAW
menganjurkan sedekah.
Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata: “Rasulullah
memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar
berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa
setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah SAW bertanya: ‘Wahai Umar, apa
yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu
Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah SAW lalu bertanya: ‘Wahai Abu
Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku
tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku
tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)
9. Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai Nabi Muhammad SAW.
‘Amr bin Al Ash Radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi SAW:
“Siapa orang yang kau cintai? Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi:
‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (iaitu Abu Bakar)” (HR.
Muslim)
10. Abu Bakar adalah Khalil bagi Nabi Muhammad SAW.
Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Sa’id
Al Khudri RA, ia berkata: “Rasulullah SAW berkhutbah kepada manusia, beliau
berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih hamba di antara dunia dan apa yang
ada di dalamnya. Namun hamba itu hanya dapat memilih apa yang Allah tentukan’.
Lalu Abu Bakar menangis. Kami pun heran dengan tangisan beliau itu, hanya
karena Rasulullah mengabarkan tentang hamba pilihan. Padahal Rasulullah SAW lah
orangnya, dan Abu Bakar lebih paham dari kami. Lalu Rasulullah SAW bersabda:
‘Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam kedekatan dan
kerelaan mengeluarkan harta, ialah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan
mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar,
namun cukuplah persaudaraan seIslam dan kecintaan karenanya. Maka jangan
ditinggalkan pintu kecil di Masjid selain pintu Abu Bakar saja’”
11. Allah Ta’ala mensucikan Abu Bakar.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan kelak akan dijauhkan orang yang
paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat
kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena
mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat
kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar.Selain itu beliau juga termasuk As
Sabiquunal Awwalun, dan Allah Ta’ala berfirman: “Orang-orang yang terdahulu
lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)
12. Nabi Muhammad SAW memberi tazkiyah kepada Abu Bakar.
Ketika Abu Bakar bertanya kepada Nabi SAW: “Barangsiapa yang
membiarkan kainnya terjulur karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada
hari kiamat. Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya salah satu sisi sarungku melorot
kecuali jika aku ikat dengan baik. Rasulullah lalu berkata: ‘Engkau tidak
melakukannya karena sombong”. (HR. Bukhari dalam Fadhail Abu Bakar)
13. Abu Bakar didoakan oleh Nabi untuk memasuki semua pintu surga.
Nabi bersabda: “Orang memberikan menyumbangkan dua harta di
jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai
hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan
orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan dipanggil dari pintu salat.
Yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad. Jika
ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu
sedekah” (HR. Al Bukhari-Muslim)
14. Abu Bakar melakukan banyak perbuatan mulia dalam sehari.
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi
SAW: “Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: "Saya". Siapa
yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab:
"Saya".Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar
menjawab: “Saya”. Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar
menjawab: "Saya". Rasulullah SAW lalu bersabda: "Tidaklah semua
ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga"
15. Orang musyrik mensifati Abu Bakar sebagaimana Khadijah mensifati
Rasulullah SAW.
Mereka berkata tentang Abu Bakar: “Apakah kalian mengusir
orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung
silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong
di jalan kebenaran?” (HR. Al Bukhari)
16. Ali bin Abi Thalib mengenal keutamaan Abu Bakar.
Muhammad bin Al Hanafiyyah berkata, aku bertanya kepada
ayahku, iaitu Ali bin Abi Thalib: “Manusia mana yang terbaik sepeninggal
Rasulullah SAW? Ali menjawab: Abu Bakar. Aku berkata: ‘Kemudian siapa lagi?’.
Ali berkata: ‘Lalu Umar’. Aku lalu khawatir yang selanjutnya adalah Utsman,
maka aku berkata: ‘Selanjutnya engkau?’. Ali berkata: ‘Aku ini hanyalah orang
muslim biasa’” (HR. Bukhari)
Selain 16 keutamaan di atas, Abu Bakar juga dikenal sebagai sahabat yang
bersikap zuhud. Beliau meninggal tanpa meninggalkan sesen pun dirham atau
dinar. Ia orang yang wara’ dan zuhud terhadap dunia sampai-sampai ketika
menjadi khalifah, Abu Bakar tetap bekerja mencari nafkah (memerah susu kambing).
Abu Bakar wafat pada hari Isnin di bulan Jumadil Awwal tahun 13 Hijriyah ketika
beliau berusia 63 tahun. Semoga Allah meridhai Beliau.
BIOGRAFI ABU BAKAR, SAHABAT PALING TERDEPAN MEMBELA
RASULULLAH SAW
Abu Bakar radhiallahu 'anhu (RA) bernama lengkap 'Abdullah
bin Abu Quhafah atau lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau
termasuk salah satu orang yang awal memeluk Islam dan khalifah pertama
sepeninggal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Nasab beliau
bertemu nasabnya Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Abu Bakar
adalah sahabat yang paling terdepan membela Rasulullah SAW. Ada yang berkata
bahwa Abu Bakar dijuluki 'ash-Shiddiq' karena saat peristiwa Isra' Mi'raj,
orang-orang mendustakan kejadian itu, sedangkan Abu Bakar langsung
membenarkannya.
Keistimewan Abu Bakar telah diceritakan dalam Kitab
Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir; Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi,
Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah; Al-Kaba'ir karya Adz-Dzahabi dan masih banyak kitab
lainnya. Abu Bakar mendapat tempat tertinggi di sisi Rasulullah SAW. Dari Amru
bin al-Ash, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil: "Aku
lalu mendatangi beliau dan bertanya 'Siapa manusia yang paling engkau cintai?'
beliau bersabda: "Aisyah". aku berkata: 'kalau dari lelaki?' beliau
menjawab: "ayahnya (Abu Bakar)". 'Lalu siapa?' Beliau menjawab:
"Umar" lalu menyebutkan beberapa orang lelaki." (HR Al-Bukhari
dan Muslim). "Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya,
sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku
mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai
kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah telah
mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu adalah
pendusta. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku
dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan
meninggalkan) sahabatku?" Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak
itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorang pun dari kaum muslimin). (HR
Al-Bukhari)
Kisah yang Mengharukan
Dalam riwayat Al-Bukhari dari Aisyah RA bahwa ketika
Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau
di daerah Sunnah. Beliau turun dari tunggangannya dan kemudian masuk ke masjid.
Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke
dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah mulia Rasulullah yang ditutupi
kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata:
"Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua
kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu,
berarti engkau sememangnya sudah Wafat (meninggal dunia.)"
Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara di
hadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata: "Duduklah wahai Umar!"
Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan
meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata: "Amma bad'du, barang siapa di antara
kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat.
Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan
pernah mati. Beliau membaca firman Allah (QS Ali Imran: 144): "Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur."
Sa'id bin Musayyab berkata bahwa Umar ketika itu berkata:
"Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu
Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku
tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah
tahu bahwa Nabi memang benar-benar sudah wafat." Menurut ulama ahli
sejarah, Abu Bakar menerima jasa (upah) memerah susu kambing untuk penduduk
desa. Ketika beliau telah dibai'at menjadi khalifah, ada seorang perempuan desa
berkata: "Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing
kami."
Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata:
"Tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian.
Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini
sama sekali tidak mengubah kebiasaanku di masa lalu." Terbukti, Abu Bakar
tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Menjadi Khalifah
Pertama
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau
memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada
tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umrah,
beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. Beliau memasuki Kota Makkah sekitar
waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang
pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu
Quhafah (Ayahnya Abu Bakar): "Ini putramu (telah datang)!" Maka Abu
Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk
bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh
dengan sempurna sambil berkata: "Wahai ayahku, janganlah engkai
berdiri!" Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu
saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan
putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh Makkah seperti Attab bin
Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka
semua mengucapkan Salam kepada Abu Bakar: "Assalamu'alaika wahai khalifah
Rasulullah!" Mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah
berkata: "Wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang
(yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan
mereka!" Abu Bakar berkata: "Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya
kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat
berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali
hanya dengan pertolongan Allah." Lalu Abu Bakar berkata: "Apakah ada
orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan zalim?" Ternyata tidak ada
seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kezaliman. Semua
orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Wafatnya Abu Bakar
Menurut ulama ahli sejarah, Abu Bakar wafat malam selasa,
antara waktu maghrib dan isya pada 8 Jumadil awal 13 H karena sakit yang
dideritanya. Usia beliau saat meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat
agar jenazahnya dimandikan oleh Asma' binti Umais, isteri beliau. Kemudian
beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mengimamkan solati jenazahnya
di antara makam Nabi dan Mimbar (Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke
dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman bin Abi Bakar, Umar,
Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Keluarga Abu Bakar
Ayah: 'Utsman bin 'Amir (540– M 635), juga dikenal dengan
nama Abu Quhafah. Berasal dari Bani Taim. Abu Quhafah baru menganut Islam
setelah penaklukkan Makkah. Beliau meninggal beberapa bulan setelah mangkatnya
Abu Bakar.
Ibu: Salma binti Shakhar, juga dikenal dengan sebutan Ummu
al-Khair. Salma merupakan sepupu Abu Quhafah dan juga berasal dari Bani Taim.
Salma termasuk orang yang telah masuk Islam sebelum Nabi Muhammad hijrah dan
yang mendatangi kediaman Arqam. Beliau meninggal pada masa kekhalifahan
putranya.
Isterinya:
1. Qutailah binti 'Abdul 'Uzza. Dia berasal dari suku 'Amir
bin Luayy, cabang suku Quraisy di Makkah. Qutailah dan Abu Bakar bercerai
beberapa saat setelah kelahiran putra mereka, 'Abdullah.
2. Zainab binti 'Amir (meninggal 628). Dikenal dengan sebutan
Ummu Ruman. Dia berasal dari suku Al-Harits, cabang Bani Kinanah. Menikah
dengan Abu Bakar setelah kematian suami pertamanya, Harits bin Sakhbarah dari
Bani Azad.
3. Asma binti 'Umays. Secara keseluruhan, Asma menikah tiga
kali. Sebelumnya Asma adalah isteri Ja'far bin Abi Thalib. Setelah Ja'far meninggal
pada tahun 629, Asma menikah dengan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal,
Asma mendapat Nafkah sebesar 1.000 dirham pada masa Khalifah 'Umar in Khattab.
Asma kemudian bernikah dengan 'Ali bin Abi Thalib.
4. Habibah binti Kharijah. Berasal dari Bani Khazraj.
Puteranya:
1. 'Abdullah (sekitar 610- 633) putra dari Qutailah.
'Abdullah sendiri adalah suami kedua 'Atikah. 'Abdullah meninggal lantaran luka
yang dia dapat saat pengepungan Tha'if hampir tiga tahun sebelumnya. Dia
menikah dengan 'Atikah binti Zaid, seorang pujangga dari Bani 'Adi.
2. 'Abdurrahman (meninggal 666) putra dari Ummu Ruman.
'Abdurrahman masuk Islam setelah penaklukkan Makkah.
3. Muhammad (631-658) putra dari Asma. Menjadi anak angkat
dari ayah tirinya, 'Ali bin Abi Thalib.
Puterinya:
1. Asma (sekitar 595-692), putri dari Qutailah. Saat ayahnya
dan Nabi Muhammad bersembunyi di Gua Tsur, Asma menghantar makanan untuk
mereka. Dari pernikahannya dengan Zubair bin 'Awwam, Asma memiliki seorang
putra, Abdullah bin Zubair, yang menyatakan dirinya sebagai khalifah pada 683
sebagai saingan dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
2. Aisyah (613/614- 678), putri dari Ummu Ruman. Bergelar Ummul
mu'minin sebagai istri ketiga Nabi Muhammad SAW.
3. Ummu Kultsum, puteri dari Habibah. Menikah dengan Thalhah
bin 'Ubaidillah.
Kisah Menakjubkan Ketika Abu Bakar Memeluk Islam
Sayyidina Abu Bakar radhiallahu 'anhu (RA) adalah sahabat
yang mendapat tempat tertinggi di sisi Rasulullah SAW. Beliau termasuk
orang-orang yang paling awal memeluk Islam (As-Sabiqun Al-Awwalun). Sayyidina
Abu Bakar RA bernama lengkap 'Abdullah bin Abu Quhafah atau lebih dikenal
dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury
menceritakan kisah keislaman Abu Bakar RA dalam Hadis keenam Kitab "Al-Mawa'izh
Al-'Usfuriyah" (nasihat-nasihat ringan).
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Bakar RA, disebutkan bahwa
beliau adalah seorang pedagang pada masa jahiliyah. Adapun sebab keislaman
beliau adalah setelah bermimpi di Syam. Dalam mimpinya, beliau melihat matahari
dan bulan dalam pangkuannya. Kemudian beliau mengambil keduanya dengan tangan,
didekap di dadanya, dan memakaikan jubahnya kepada keduanya. Ketika Abu Bakar
terjaga, beliau pergi ke Rahib Nasrani untuk menanyakan tentang mimpi itu.
Beliau menceritakan mimpinya dan meminta tabir darinya. Sang Rahib bertanya,
"Engkau darimana? "Beliau RA menjawab: "Dari Makkah". Dia
bertanya "Dari kabilah apa? "Beliau RA menjawab: "Dari Kabilah
Tamim". Sang Rahib bertanya lagi: "Apa pekerjaanmu? "Abu Bakar
menjawab: "Berdagang".
Lalu sang Rahib berkata: "Pada masamu akan keluar
seorang lelaki dari Bani Hasyim namanya Muhammad Al-Amin, dia dari kabilah
Hasyim dan dia akan menjadi Nabi akhir zaman. Jika bukan karena itu, maka
tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi serta isi keduanya. Dan tidaklah
Allah menciptakan Adam, dan tidaklah Allah menciptakan para Nabi dan para
Rasul. Dia adalah Baginda para Nabi dan para Rasul serta penutup para Nabi, dan
engkau akan masuk dalam Islamnya. Engkau akan menjadi menterinya dan khalifah
setelahnya. Inilah ta'bir mimpimu". Kemudian dia (rahib) berkata:
"Aku mendapati perangai dan sifatnya di Taurat, Injil dan Zabur, dan
sesungguhnya aku telah masuk Islam baginya dan aku menyembunyikan keislamanku
karena takut dari orang-orang Nasrani".
Ketika Abu Bakar mendengar penjelasan rahib itu tentang sifat
Nabi SAW, luluhlah hatinya dan rindu mengunjungi Nabi Muhammad SAW. Kemudian
Abu Bakar kembali ke Makkah dan mencari Nabi Muhammad SAW dan akhirnya bertemu
Baginda. Abu Bakar menyukai Nabi SAW dan tidak sabar walau sesaat memandang
wajah Nabi SAW. Setelah sekian lama, suatu hari Rasulullah SAW berkata padanya:
"Wahai Abu Bakar, setiap hari engkau datang kepadaku dan duduk bersamaku,
mengapa engkau tidak masuk Islam?" Abu Bakar RA menjawab, "Andai kata
engkau adalah seorang Nabi, maka engkau harus memiliki mukjizat ".
Nabi SAW bersabda: "Tidakkah cukup bagimu mukjizat yang
telah engkau lihat di Syam dan telah dita'birkan oleh Rahib tersebut, dan dia
telah mengkabarkan mu tentang keislamannya". Mendengar ucapan Rasulullah
itu, Abu Bakar RA langsung berkata: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain
Allah dan bahwa engkau (Muhammad) adalah utusan Allah". Abu Bakar pun
memeluk Islam dan memperbagus keislamannya.
Menurut ulama ahli sejarah, Abu Bakar wafat malam Selasa,
antara waktu Maghrib dan Isya pada 8 Jumadil awal 13 H karena sakit yang
dideritanya. Usia beliau saat meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau
dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW di kompleks Masjid Nabawi, Madinah.
Amalan yang Menebus
Sebagian Dosa
Dalam kitabnya, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menukil
sebuah hadis Nabi SAW. Dari Abu Nashr Al-Wasithy berkata, aku mendengar Abu
Roja Al-Athoridy meriwayatkan hadis dari Abu Bakar Shiddiq RA, bahwasannya
seorang badui datang kepada Nabi SAW, dia berkata: "Telah sampai padaku
darimu bahwa engkau bersabda dari Jumaat ke Jumaat dan dari salat ke salat
adalah tebusan dosa di antara keduanya bagi orang yang menghindari dosa-dosa
besar".
Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Benar". Kemudian
Beliau SAW bersabda lagi: "Mandi di hari Jumat adalah tebusan dosa,
berjalan menuju salat Jumaat adalah tebusan dosa. Setiap langkah dari menuju
salat Jumaat seperti beramal dua puluh tahun, maka bila telah selesai salat Jumaat
dia dibalas dengan semisal amalan dua ratus tahun".
Pesan Nabi, Teladanilah Dua Orang Ini Sepeninggalku
Dari Hudzaifah radliyallahu'anhu berkata: 'Kami duduk-duduk
di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya
aku tidak tahu sampai kapan aku akan hidup bersama kalian, oleh karena itu
teladanilah dua orang sepeninggalku (sambil menunjuk Abu Bakar dan Umar bin
Khattab)". (Hadis Jami' At-Tirmidzi No. 3596). Mereka adalah sebaik-baik
generasi manusia, sebagaimana dalam sabda Rasulullah: "Sebaik-baik umatku
adalah yang orang-orang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang
yang datang setelah mereka, kemudian orang-orang yang datang setelah
mereka." (HR. Al-Bukhari No. 3377).
Para Khalifah yang mulia (Al-Khulafa' al Rasyidun) merupakan
golongan paling istimewa di antara para sahabat Nabi. Mereka pemilik keutamaan
yang sempurna. Ucapan mereka adalah kebenaran. Pakaian mereka adalah
kesederhanaan. Langkah mereka adalah kerendahhatian. Akal mereka sangat tajam
dan dipenuhi lautan ilmu. Dari empat Khulafaur Rasyidin, ada dua sahabat yang
merupakan khalifah adil dan wara'. Keduanya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
Umar bin Khattab radhiyallahu'anhuma. Setelah itu Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib radhiallahu'anhuma.
Dari Sayyidah Aisyah RA dikisahkan bahwa seorang laki-laki
bertanya kepadanya, "Sebutkan kepadaku ciri-ciri fizik Abu Bakar
itu!" Aisyah menjawab: "Ia adalah seorang laki-laki yang berkulit
putih, kurus, dan kedua pipinya tipis, serta tulang pipinya agak menonjol. Ia
tidak pernah mengikat kainnya dan dibiarkan menggantung di pinggangnya.
Wajahnya selalu berkeringat, kedua matanya agak cekung, keningnya lonjong,
jari-jarinya selalu terbuka" itulah ciri-ciri fisik Abu Bakar RA.
Pujian Rasulullah SAW terhadap Abu Bakar, beliau pernah
bersabda: "Setiap aku mengajak seseorang untuk memeluk Islam, pasti ia
ragu dan meminta waktu untuk mempertimbangkan. Kecuali Abu Bakar. Ia langsung menerima
tanpa ragu sedikit pun" (Baca Juga: Abu Bakar, Sahabat Nabi yang Memiliki
16 Keutamaan) Menurut keterangan Said bin Musyab bahwa Abu Bakar dilantik
menjadi khalifah di hari Rasulullah wafat pada 12 Rabiul Awal tahun 11 H
bertepatan 7 Mei Tahun 633 Masehi. Di awal kepemimpinannya, Abu Bakar berhasil
menumpas gerakan orang-orang munafik dari kalangan muslim. Saat pemerintahannya
banyak yang murtad, tidak mau membayar zakat bahkan munculnya para nabi palsu.
Beliau berhasil membasmi gerakan nabi palsu Tulayhah dan Musailamah.
Akhir hayat Abu Bakar menurut ulama ahli sejarah, beliau
wafat malam selasa, antara waktu maghrib dan isya pada 8 Jumadil awal 13 H
karena sakit yang dideritanya. Usia beliau saat meninggal dunia 63 tahun.
Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan Asma' binti Umais, istri beliau dan
dimakamkan di samping jasad Rasulullah SAW yang mulia. Rasulullah SAW pernah
bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya,
sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku
mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai
kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim).
KEUTAMAAN UMAR BIN
KHATTAB
Nama lengkapnya Umar Ibn Khattab Ibn Nufail Ibn 'Abdul 'Uzza
Ibn Riyah Ibn 'Abdullah Ibn Qurth Ibn ‘Abdi Ibn Ka'ab dari Bani Addiy. Beliau
lahir di Makkah empat tahun sebelum terjadinya Perang Fijar atau sekitar tahun
583 M, riwayat lain menyebut tahun 581 M. Umar bin Khattab lebih muda 13 tahun
dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau berasal dari
lingkungan keluarga yang tidak beragama Islam (saat itu kaum musyrikin Makkah).
Gambaran fizik Umar adalah laki-laki berkulit coklat. Kedua
tangannya aktif sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan kedua tangannya,
memiliki tubuh yang kuat, tinggi besar. Tinggi badannya jauh di atas rata-rata.
Jika berada di kerumunan, dia nampak seolah sedang menunggangi sesuatu. Beliau
berkumis lebat, jalannya cepat, suaranya besar, dan pukulannya amatlah keras.
Apabila naik ke atas kuda beliau hanya berpegang pada telinga kuda. Umar
merupakan salah satu orang terpandang dan pemuka kaum Quraisy. Umar sering
dipercaya sebagai juru damai apabila terjadi peperangan antar sesama kaum
Quraisy atau antara suku Quraisy dengan yang lain. Ketika Umar bersyahadat di
depan Nabi Muhammad shalllallahu 'alaihi wa sallam, penduduk Makkah gempar.
Kaum musyrikin tiba-tiba ketakutan dan terpojok. Allah Ta'ala menguatkan dakwah
Islam dengan keberadaan Umar yang gagah dan bijaksana.
Ketika diangkat menjadi Khalifah kedua menggantikan Abu
Bakar, kepemimpinan Umar dikenal adil dan tegas. Di bawah pemerintahannya,
kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Beliau berhasil mensejahterakan kaum
muslimin. Selama 10 tahun memimpin (13 H/634 M - 23 H/644 M), Umar juga
berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan Imperial Romawi dan Persia. Beliau
merebut Baitul Maqdis Palestina dari kekuasaan Romawi.
Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Bahkan syaitan pun takut apabila
bertemu Umar bin Khattab. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Ibnul Khatthab,
demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah
syaitan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan
lain yang tidak engkau lalui." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sungguh aku melihat syaitan dari kalangan manusia dan jin lari dari Umar."
(HR. Tirmidzi). Dari Abdullah bin Mas'ud berkata, "Kami senantiasa
merasakan izzah (kemuliaan, kehormatan, harga diri) sejak Umar masuk
Islam."
Dalam Sahih Al-Bukhari, Nabi berkata: “Ketika aku sedang
tidur, aku melihat diriku di surga kemudian ada seorang wanita yang wudhu di
sisi istana, aku berkata: ‘Istana siapakah ini?’ Wanita itu berkata: ‘Ini milik
Umar.’ Aku teringat akan kecemburuan Umar dan aku berbalik untuk pergi.
Kemudian, Umar menangis dan berkata, ‘Mungkinkah aku cemburu padamu, Rasulullah?
Akhir hayat Umar bin Khattab wafat pada Rabu bulan Dzulhijah
tahun 23 Hijriyah dalam usia 63 tahun. Beliau dibunuh saat memimpin salat
Shubuh oleh seorang Majusi bernama Abu Lu'luah (Fairuz), seorang budak
Al-Mughirah bin Syu'bah Fairuz. Penikaman Umar dilatarbelakangi dendam pribadi
Abu Lu'luah terhadap Umar karena sakit hati. Jasad mulia Umar dimakamkan di
samping makam Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar Shiddiq. Setelah
beliau wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam juga bersabda: "Allah telah menempatkan kebenaran di
lidah Umar dan di dalam hatinya". (HR At-Tirmidzi)
Baginda Nabi SAW juga bersabda: "Bertakwalah kalian
kepada Allah, bertakwalah kalian kepada Allah terhadap hak-hak para sahabatku,
janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran (dalam cacian dan cercaan
seperti puak Syiah) sepeninggalku, barangsiapa yang mencintai mereka, maka
dengan kecintaanku, aku pun mencintai mereka, dan barangsiapa membenci mereka,
maka dengan kebencianku, aku pun membenci mereka (yang membenci sahabat),
barangsiapa menyakiti mereka, sungguh ia telah menyakitiku, barangsiapa
menyakitiku, berarti ia telah menyakiti Allah, barangsiapa menyakiti Allah,
hampir saja Allah menyiksanya." (Hadis Jami' At-Tirmidzi No. 3797).
Biografi Umar Bin Khattab, Khalifah Kedua yang Menaklukkan
Romawi dan Persia
Siapa yang tak kenal Umar bin Khattab? Khalifah kedua
menggantikan Abu Bakar Ash-Shidiq yang dijuluki Al-Faruq oleh Rasulullah SAW
karena bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Di tangannyalah
peradaban Islam mulai eksis dan menyebar ke berbagai wilayah. Berikut biografi
Khalifah kedua Umar Bin Khatab yang dikutip dari www.infobiografi.com:
Biografi Singkat:
Nama: ‘Umar bin al-Khattab
Lahir: 583 M Mekkah, Jazirah Arab
Wafat: 25 Dzulhijjah 23 Hijriyah (3 November 644 Masehi)
Makam: Sebelah kiri makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi,
Madinah
Gelar: al-Faruq (pemisah antara yang benar dan batil),
Amirul Mu`miniin (pemimpin orang-orang beriman)
Pendahulu: Abu Bakar Ash-Shidiq
Pengganti: Utsman bin Affan
Profail Umar bin
Khattab
Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih
satu rumpun dari suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul
Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi. Umar bin
Khattab dikenal memiliki fizik yang kuat, bahkan ia menjadi juara gusti di
Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu.
Beliau memiliki watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”.
Beliau termasuk pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab
yang saat itu masih menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka.
Sebelum memeluk Islam beliau dikenal sebagai peminum arak
berat, namun setelah menjadi muslim Beliau tidak lagi menyentuh alkohol (khamr)
sama sekali, meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum khamr secara
tegas.
Memeluk Islam
Pada masa itu, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara
terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadap Nabi. Umar juga
termasuk orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya
untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW. Pada puncak kebenciannya terhadap
Nabi Muhammad SAW, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi. Namun dalam
perjalanannya, Umar bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi yang bernama
Nu’aim bin Abdullah dan memberikan kabar bahwa saudara perempuan Umar telah
memeluk Islam. Karena kabar tersebut, Umar menjadi terkejut dan kembali ke
rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya. Dalam riwayatnya, Umar
menjumpai saudaranya yang kebetulan sedang membaca Alquran surat Thoha ayat
1-8, Umar semakin marah dan memukul saudarinya.
Namun, Umar merasa hiba ketika melihat saudarinya berdarah
akibat pukulannya, beliau kemudian meminta agar ia melihat bacaan tersebut.
Beliau menjadi sangat terguncang oleh isi Alquran, dan beberapa waktu setelah
kejadian itu Umar menyatakan memeluk agama Islam. Keputusan tersebut membuat
hampir seisi Mekkah terkejut karena seorang yang terkenal memiliki penantangan
yang keras dan paling banyak menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian
memeluk ajaran yang sangat di bencinya. Akibatnya, Umar disisihkan dari
pergaulan Mekkah dan ia tidak lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy.
Hijrah ke Madinah
Pada tahun 622, Umar ikut bersama Nabi Muhammad SAW serta
para pegikutnya berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Umar juga terlibat dalam perang
Badar, perang Uhud, perang Khaybar serta penyerangan ke Syria. Umar bin Khattab
dianggap sebagai orang yang disegani oleh kaum muslimin pada masa itu selain
karena reputasinya pada masa lalu yang memang terkenal sudah terkenal sejak
masa memeluk Islam. Umar juga dikenal sebagai orang terdepan yang selalu
membela Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam pada kesempatan yang ada. Bahkan
beliau tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama sama ikut
menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW.
Wafatnya Nabi Muhammad
SAW
Suasana sedih dan haru menyelimuti Kota Madinah, pada saat
kabar wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 8 Jun 632 M (12 Rabiul Awal 10 Hijriah).
Umar merupakan salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, beliau
menghambat siapapun yang akan memandikan dan menyiapkan jasad Baginda untuk
pemakaman. Umar terkejut, beliau lantas berkata: “Sesungguhnya beberapa orang
munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW telah wafat. Sesungguhnya Beliau
tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin
Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah Beliau benar-benar akan kembali. Barang
siapa yang beranggapan bahwa baginda wafat, kaki dan tangannya akan ku potong,”.Umar
melakukan hal tersebut karena kecintaanya Nabi. Namun di waktu bersamaam Abu
Bakar datang menasihati Umar dengan menyampaikan pesan Alquran. Inilah ayat
yang menyadarkan Umar. “Amma Ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara
kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah
mati." Allah berfirman, "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yang berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS.
Ali Imran 144)
Menjadi Khalifah Kedua
Pada masa Abu Bakar menjadi seorang khalifah, Umar bin
Khattab menjadi salah satu penasehat kepalanya. Setelah Abu Bakar meninggal
pada tahun 634, Umar bin Khattab ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai
khalifah kedua dalam sejarah Islam. Selama di bawah pemerintahan Umar bin
Khatab, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia
dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina,
Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu
ada dua negara adi daya iaitu Persia dan Romawi, namun keduanya telah di
taklukkan oleh ke Khalifahan Islam dibawah pimpinan Umar bin Khatab.
Umar bin Khattab melakukan banyak reformasi secara
administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun
sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Umar memerintahkan agar
diselenggarakan sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 638, Umar
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan
Masjid Nabawi di Madinah. Umar bin Khattab dikenal memiliki kehidupan
sederhana. Beliau tidak mengadoptasi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana. Sekitar tahun ke-17 Hijriah
yang merupakan tahun ke-4 ke khalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
haribulan dalam Islam hendaklah dimulakan dihitung saat peristiwa Hijriah.
Wafatnya Umar bin
Khattab
Umar bin Khatab wafat karena dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz)
yang merupakan seorang budak yang fanatik pada saat Umar akan memimpin salat
subuh. Diketahui Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia
ditaklukkan oleh Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam Fairuz
terhadap Umar bin Khatab, Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia yang
pada masa itu merupakan negara Adidaya. Umar bin Khatab wafat pada hari Rabu,
25 Dzulhijjah 23 Hijriyah/644 M. Setelah wafat, jabatan Khalifah dipegang oleh
Ustman bin Affan.
Kisah Mengharukan Umar Bin Khattab Masuk Islam
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal
dengan Umar bin Khattab (581- November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi
Muhammad yang juga khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan
12 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW.
Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah.
Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki
dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya
coklat kemerah-merahan. Umar dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah
satu kaum dari suku Quraisy. Nasab Umar bertemu dengan nasab Rasulullah pada
kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Rasulullah selisih 8 kakek. Sebelum masuk
Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan
kaum Muslimin. Ia bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya dan melakukan
perbuatan-perbuatan jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Umar masuk
Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin
Abdul Muthalib masuk Islam.
Dikisahkan, suatu malam Umar datang ke Masjidil Haram secara
sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan salat Rasulullah SAW. Waktu itu
Rasulullah membaca surat Al Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan
kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri. “Demi Allah, ini adalah syair
sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy.” Kemudian beliau mendengar Rasulullah
membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Alquran bukan syair). Lantas beliau
berkata, “Kalau begitu berarti dia itu dukun.” Kemudian beliau mendengar bacaan
Rasulullah ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Alquran bukanlah perkataan dukun)
akhirnya beliau berkata, “Telah terdetik lslam di dalam hatiku.” Akan tetapi
karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek
moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus
pedangnya bermaksud membunuh Rasulullah SAW. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu’aim bin Abdullah al ‘Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah.
Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, “Mau kemana wahai Umar?” Umar bin
Khattab menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad.” Lelaki tadi berkata,
“Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah kalau kamu membunuh
Muhammad?” Maka Umar menjawab, “Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah
meninggalkan agama nenek moyangmu.” Tetapi lelaki tadi menemplak, “Maukah aku
tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesungguhnya adik perampuanmu
dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini.”
Kemudian dia bergegas mendatangi saudara perempuannya yang
sedang belajar Alqur’an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala
mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab
masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan
Umar bin Khattab dan suaminya berkata, “Kami tidak sedang membicarakan
apa-apa.” Umar bin Khattab menimpali, “Sepertinya kalian telah keluar dari
agama nenek moyang kalian.” Saudaranya menjawab, “Wahai Umar, apa pendapatmu
jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?” Mendengar ungkapan itu Umar bin
Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudara
perempuannya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya. Ketika melihat
wajah saudaranya berdarah, Umar menjadi hiba kemudian meminta agar bacaan
tersebut dapat ia lihat.
Umar bin Khattab berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian
kepadaku, aku ingin membacanya.” Maka adik perempuannya berkata, “Kamu itu
kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah
terlebih dahulu!” Lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada
pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan
isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah. Ketika Khabab mendengar
perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, “Aku
akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang
yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, “Ya Allah, muliakan Islam dengan
Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.”
Waktu itu, Rasulullah SAW sedang berada di rumahnya.” Umar
bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk
pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan
pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah.
Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, “Ada apa kalian?” Mereka
menjawab, “Umar datang!” Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, “Bukalah pintunya.
Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau
menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya.” Kemudian
Rasulullah menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya, “Ya Allah, ini
adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab.” Dan
dalam riwayat lain, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.”
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan
orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut
pengakuannya dia adalah orang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas’ud
berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab
masuk Islam.” Inilah kisah Umar Bin Khattab yang mendapat hidayah berkat doa
Rasulullah SAW. Doa itu dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab
sebagai salah satu tiang kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal
dunia sebagai Abu Jahal.
Kisah Umar dan Wabah Penyakit Tho'un di Syam
Wabah penyakit merupakan hal yang sangat ditakuti manusia
sebagaimana virus Covid19 yang menyebabkan kematian di negeri China. Wabah
virus ini kini menjadi perhatian dunia termasuk Negara-negara di Asia Tenggara.
Di zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat juga pernah mengalami musibah wabah
penyakit. Seperti yang terjadi di Kota Madinah tahun ke-6 Hijriyah, kaum muslim
Madinah terkena wabah penyakit tho'un (sejenis wabah penyakit corela). Namun,
Allah Ta'ala menjaga Madinah berkat doa Rasulullah SAW. Pertistiwa wabah tha'un
di Madinah hanya terjadi sekali saja.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu
(RA), wabah penyakit tho'un juga pernah menjangkiti negeri Syam. Dalam peritiwa
itu sekitar 20,000 orang lebih meninggal dunia. Kisah ini diceritakan dalam
Hadis Shahih Muslim. Wabah penyakit Tha'un juga pernah terjadi pada masa Ibnu
Zubair, iaitu pada bulan Syawal tahun 69 Hijriyah. Dalam kejadian itu ribuan
orang meninggal dunia. Dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah, "Suatu ketika
Umar bin Khatthab pergi ke Syam. Setelah sampai di Saragh, dia mendengar bahwa
wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Maka 'Abdurrahman bin 'Auf
mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) telah
bersabda: 'Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka
janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri
tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak
melarikan diri darinya.' Maka Umar pun kembali dari Saragh. Dan dari Ibnu
Syihab dari Salim bin Abdullah; bahwa Umar kembali bersama orang-orang setelah
mendengar Hadits Abdurrahman bin Auf". (Shahih Muslim No. 4115). Inilah
konsep kawalan pergerakan bersepadu (PKP) yang diambil diseluruh dunia bagi
membendung kawalan penyakit berjangkit sedangkan umat islam telah berkurun
lamanya telah mengamalkan konsep ini. Insyaallah kita akan menang !
Sikap Umar Menghadapi
Wabah Penyakit Tho'un
Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan
tentara datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu "Ubaidah bin Jarrah
dan para sahabat yang lain. Mereka mengabarkan kepada 'Umar bahwa wabah
penyakit sedang berjangkit di Syam. Ibnu Abbas berkata; 'Umar berkata; 'Panggil
ke sini para pendahulu dari orang-orang Muhajirin! '
Maka kupanggil mereka, lalu 'Umar bermusyurah dengan mereka.
Kata 'Umar; 'Wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Bagaimana pendapat
kalian? 'Mereka berbeda pendapat. Sebagian mengatakan kepada 'Umar; 'Anda telah
keluar untuk suatu urusan penting. Karena itu kami berpendapat, tidak
selayaknya Anda akan pulang begitu saja.' Sebagian lain mengatakan; 'Anda
datang membawa rombongan besar yang di sana terdapat para sahabat Rasulullah
SAW. Kami tidak sependapat jika Anda menghadapkan mereka kepada wabah penyakit
ini.' Umar berkata: 'Pergilah kalian dari sini! 'Kemudian 'Umar berkata lagi:
'Panggil ke sini orang-orang Anshar! '
Maka aku memanggil mereka, lalu Umar bermusyurah dengan
mereka. Ternyata kebijaksanaan mereka sama dengan orang-orang Muhajirin. Mereka
berbeda pendapat seperti orang-orang Muhajirin. Maka kata 'Umar; 'Pergilah
kalian dari sini! 'Kata Umar selanjutnya; 'Panggil ke sini pemimpin-pemimpin
Quraisy yang hijrah sebelum penaklukan Makkah!' Maka aku (Ibnu Abbas) memanggil
mereka. Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan. Kata mereka;
'Kami berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan Anda
dan jangan menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada
rombongannya "Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu
bersiap-siaplah kalian!"
Kemudian Abu 'Ubaidah bin Jarrah bertanya; "Apakah kita
hendak lari dari takdir Allah?" Umar menjawab: 'Mengapa kamu bertanya
demikian hai Abu 'Ubaidah? Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau
menjawab: "Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah. Bagaimana
pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke
lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus. Bukanlah
jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan
takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau
menggembala dengan takdir Allah?"
Di tengah perbincngan Umar dengan Abu 'Ubaidah tiba-tiba
datang sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin 'Auf yang belum hadir karena suatu
urusan. Lalu dia berkata: "Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar
Rasulullah bersabda: "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu
negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di
negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak
melarikan diri." Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur
kepada Allah, setelah itu beliau pergi. Di dalam Hadis Ma'mar ada tambahan Umar
berkata: "Bukankah jika kamu mengembalakan unta di tempat yang tandus
dengan meninggalkan tempat yang subur berarti kamu telah membuatnya lemah? Ketika
itu Abu Ubaidah menjawab: "Ya." Kemudian Umar berkata: maka
berangkatlah! Maka Abu Ubaidah berangkat hingga sampai di Madinah, lalu dia
berkata: "InsyaAllah ini adalah tempat tinggal." (Shahih Muslim No.
4114)
Penjelasan Nabi Soal
Wabah Tha'un
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa dia
('Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usamah bin Zaid: "Apa yang
pernah kamu dengar dari Rasulullah SAW tentang masalah tha'un (wabah penyakit
sampar, pes, lepra)?" Maka Usamah berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Tha'un adalah sejenis kotoran (siksa) yang ditimpakan kepada satu
golongan dari Bani Isra'il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika
kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki
wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah
tersebut janganlah kalian mengungsi darinya". (Shahih Al-Bukhari No.
3214). Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi bersabda: "Tha'un
(wabah corela) adalah semacam azab (siksaan) yang diturunkan Allah kepada Bani
Israil atau kepada umat yang sebelum kamu”.
Perintah Nabi untuk
Menutup Bejana
Dari Jabir bin 'Abdullah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Tutuplah bejana-bejana, dan ikatlah tempat-tempat minuman, karena di
suatu malam pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit (berbahaya) yang akan
jatuh ke dalam bejana dan ke tempat-tempat air yang tidak tertutup." Dan
telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdlami; Telah menceritakan
kepadaku Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd dengan Hadis
dan sanad yang serupa, hanya saja dia berkata dengan kalimat "Karena di
suatu hari pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit". Dia juga
menambahkan pada akhir Haditsnya; Al laits berkata: "Orang-orang ajam
(selain orang arab) di antara kami merasa takut pada hal itu sejak bulan
pertama.' (Shahih Muslim No. 3758)
Wabah Tha'un merupakan penyakit yang mematikan pada masa
Rasulullah dan para sahabat. Namun, Nabi memberi kabar gembira bagi mereka yang
pernah terkena penyakit ini. Beliau bersabda: "Bahwa ada suatu azab yang
Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada seseorang yang DIA kehendaki. Allah
menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang
yang tertimpa tha'un kemudian ia berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar
dan ia menyadari bahwa tha'un itu tidak akan menimpa kecuali telah ditetapkan
Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan orang mati syahid. (HR. Al-Bukhari
dari 'Aisyah RA).
Sepuluh Karomah Sayyidina Umar al Khattab ra.
Khalifah kedua Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu'anhu
adalah sahabat Nabi yang patut diteladani. Rasulullah shallalahu 'alaihi wa
sallam menjuluki beliau Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan. Bahkan syaitan pun lari apabila bertemu Umar bin
Khattab. Gambaran fizik Umar adalah laki-laki berkulit coklat. Kedua tangannya
aktif sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan kedua tangannya, memiliki tubuh
yang kuat, tinggi besar. Tinggi badannya jauh di atas rata-rata. Jika berada di
kerumunan, dia nampak seolah sedang menunggangi sesuatu.
Ketika diangkat sebagai Khalifah menggantikan Abu Bakar
ASh-Shiddiq, kekuasaan Islam tumbuh pesat. Selama 10 tahun memimpin (13 H/634 M
- 23 H/644 M), Khalifah Umar berhasil membebaskan negeri jajahan Romawi dan
Persia dan merebut Baitul Maqdis (Palestina) dari kekuasaan Romawi. Dibalik
keberhasilannya menjabat khalifah sekaligus Amirul Mukminin, Sayyidina Umar
memiliki karomah yang luar biasa. Ada 10 karomah (kelebihan dan kemuliaan) yang
Allah berikan kepada Umar bin Khattab. Berikut karomahnya:
1. Berbicara dengan Ahli Kubur.
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan (bab tentang kubur) bahwa ketika
Umar bin Khattab RA melewati pemakaman Baqi' di Madinah, beliau mengucapkan
salam, "Semoga keselamatan dilimpahkan padamu, wahai para penghuni kubur.
Aku kabarkan bahwa isteri kalian sudah menikah lagi, rumah kalian sudah
ditempati, kekayaan kalian sudah dibagi". Kemudian ada suara tanpa rupa
menyahut, "Hai Umar bin Khattab , aku kabarkan juga bahwa kami telah
mendapatkan balasan atas kewajiban yang telah kami lakukan, keuntungan atas
harta yang yang telah kami dermakan, dan penyesalan atas kebaikan yang kami
tinggalkan".
Yahya bin Ayyub al-Khaza'i menceritakan bahwa Umar bin
Khattab mendatangi makam seorang pemuda lalu memanggilnya, "Hai Fulan! Dan
orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, akan mendapat dua surga (QS
Al-Ralunan [55]: 46). Dari dalam kubur pemuda itu, terdengar suara: "Hai
Umar, Tuhanku telah memberikan dua surga itu kepadaku dua kali di dalam
surga". (Riwayat Ibnu 'Asakir)
2. Dijuluki Sebagai Legenda.
Al Taj al-Subki mengemukakan salah satu karamah Khalifah Umar
bin Khattab RA sebagaimana dalam sabda Nabi yang berbunyi, "Di antara
umat-umat sebelum kalian, ada orang-orang yang menjadi legenda. Jika orang
seperti itu ada di antara umatku, dialah Umar".
3. Berbicara dengan Sariyah yang Saat Itu Memimpin Perang
Melawan Persia di Nihawan.
Diceritakan bahwa Umar bin Khattab mengangkat Sariyah bin
Zanim al-Khalji sebagai panglima perang kaum muslimin ketika menyerang Persia.
Di Gerbang Nihawan, Sariyah dan pasukannya terdesak karena jumlah pasukan musuh
yang sangat banyak, sehingga pasukan muslim hampir kalah. Sementara di Madinah,
Umar naik ke atas mimbar dan berkhutbah. Di tengah khutbahnya, Umar berseru
dengan suara lantang: "Hai Sariyah, berlindunglah ke gunung. Barangsiapa
menyuruh serigala untuk menggembalakan kambing, maka ia telah berlaku
zalim!" Allah membuat Sariyah dan seluruh pasukannya yang ada di Gerbang
Nihawan dapat mendengar suara Umar di Madinah. Maka pasukan muslimin berlindung
ke gunung, dan berkata, "Itu suara Khalifah Umar ". Akhirnya mereka
selamat dan mendapatkan kemenangan.
Al-Taj al-Subki menjelaskan bahwa ayahnya (Taqiyuddin
al-Subki) menambahkan cerita di atas. Pada saat itu, Ali menghadiri khutbah
Umar lalu ia ditanya, "Apa maksud perkataan Khalifah Umar barusan dan di
mana Sariyah sekarang?" Ali menjawab, "Doakan saja Sariyah. Setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya." Dan setelah kejadian yang dialami
Sariyah dan pasukannya diketahui umat muslimin di Madinah, maksud perkataan
Umar di tengah-tengah khutbahnya tersebut menjadi jelas.
Menurut al Taj al-Subki, Khalifah Umar tidak bermaksud
menunjukkan karamahnya. Tetapi Allah-lah yang menampakkan karamahnya, sehingga
pasukan muslimin di Nihawan dapat melihatnya dengan mata mereka, seolah-olah
Umar menampakkan diri secara nyata di hadapan mereka dan meninggalkan
majelisnya di Madinah, sementara seluruh pancaindranya merasakan bahaya yang
menimpa pasukan muslimin di Nihawan. Sariyah berbicara dengan Umar seakan-akan
sedang bersamanya.
4. Menghentikan Goncangan Bumi Saat Terjadi Gempa.
Dalam Kitab al-Syamil, Imain al-Haramain menceritakan Karamah
Umar ketika terjadi gempa bumi pada masa pemerintahannya. Ketika itu, Umar
mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah, padahal bumi bergoncang begitu
menakutkan. Kemudian Umar memukul bumi dengan kantong tempat susu sambil
berkata: "Tenanglah wahai bumi, bukankah aku telah berlaku adil
kepadamu." Bumi kembali tenang saat itu juga. Menurut Imam al-Haramain,
pada hakikatnya Umar adalah Amirul Mmukminin secara lahir dan batin juga
sebagai khalifah Allah bagi bumi-Nya dan bagi penduduk bumi-Nya. Sehingga Umar
mampu memerintahkan dan menghentikan gerakan bumi, sebagaimana ia menegur
kesalahan-kesalahan penduduk bumi.
5. Mengalirkan Sungai Nil Saat Dilanda Musim Kemarau
Imam al-Haramain mengemukakan ketika sungai Nil tidak
mengalir, penduduk Mesir melakukan ritual jahiliyah dengan melemparkan seorang
perawan ke dalam sungai tersebut setiap tahunnya. Penduduk Mesir melaporkan hal
itu kepada 'Amr bin Ash yang saat itu menjabat gubnur Mesir. Kemudian 'Amr bin
Ash berkata kepada mereka, "Sesungguhnya hal ini tidak boleh dilakukan
karena Islam telah menghapus tradisi tersebut." Kala itu penduduk Mesir
mengalami penderitaan selama tiga bulan karena mengeringnya sungai Nil.
'Amr menulis surat kepada Khalifah Umar bin Khattab untuk
menceritakan peristiwa itu. Kemudian Umar membalas surat tersebut dan
menyatakan: "Engkau benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut.
Aku mengirim secarik kertas untukmu, lemparkanlah kertas itu ke sungai Nil,"
Kemudian 'Amr membuka kertas itu sebelum melemparnya ke sungai Nil. Ternyata
kertas itu berisi tulisan Khalifah Umar untuk sungai Nil di Mesir yang
menyatakan: "Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri, maka jangan
mengalir. Namun jika Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang mengalirkanmu,
maka kami mohon kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk membuatmu
mengalir". Kemudian 'Amr melempar kertas itu ke sungai Nil. Sementara itu
penduduk Mesir telah bersiap-siap untuk pindah meninggalkan Mesir. Pagi harinya,
Allah Ta'ala mengalirkan sungai Nil enam belas hasta (lebih kurang 24 kaki)
dalam semalam.
6. Mengetahui Pembunuh Sahabat Utsman dan Ali radhiyallahu
'anhuma.
Imam al-Haramain menceritakan karamah Khalifah Umar lainnya.
Umar pernah memimpin suatu pasukan ke Syam. Kemudian ada sekelompok orang
menghalanginya, sehingga Umar berpaling darinya. Lalu sekelompok orang tadi
menghalanginya lagi, Umar pun berpaling darinya lagi. Sekelompok orang tadi
menghalangi Umar untuk ketiga kalinya dan Umar berpaling lagi darinya. Pada
akhirnya, diketahui bahwa di dalam kelompok orang tersebut terdapat pembunuh
sahabat Utsman dan Ali radhiyallahu 'anhuma.
7. Mengetahui Orang yang Hendak Berdusta.
Dalam kitab Riyadh al-Shalihin, Imam Nawawi mengemukakan
bahwa Abdullah bin Umar RA berkata, "Setiap kali Umar mengatakan sesuatu
yang menurut prasangkaku begini, pasti prasangkanya itu yang benar". Saya
tidak mengemukakan riwayat dari Ibnu Umar tersebut dalam kitab Hujjatullah 'Ala
al-'Alamin. Kisah tentang Sariyah dan sungai Nil yang sangat terkenal juga
disebutkan dalam Kitab Thabaqat al-Munawi al-Kubra. Dalam kitab itu dikemukakan
karamah Umar lainnya iaitu ketika ada orang yang bercerita dusta kepadanya,
lalu Umar menyuruh orang itu diam. Orang itu bercerita lagi kepada Umar , lalu
Umar menyuruhnya diam. Kemudian orang itu berkata, "Setiap kali aku
berdusta kepadamu, niscaya engkau menyuruhku diam".
8. Mengetahui Musibah Kebakaran.
Diceritakan bahwa Khalifah Umar bertanya kepada seorang
laki-laki, "Siapa namamu?" Orang itu menjawab, "Jamrah (artinya
bara)." Khalifah Umar bertanya lagi, "Siapa ayahmu?" Ia
menjawab, "Syihab (lampu)". Umar bertanya, "Keturunan
siapa?" Ia menjawab, "Keturunan Harqah (kebakaran)". Umar bertanya,
"Di mana tempat tinggalmu?" Ia menjawab, "Di Al Harrah
(panas)." Umar bertanya lagi, "Daerah mana?" Ia menjawab,
"Di Dzatu Lazha (tempat api)". Kemudian Umar berkata, "Aku
melihat keluargamu terkena musibah kebakaran". Pemuda itu pun akhirnya
pulang dan mendapati keluarganya sedang ditimpa musibah kebakaran".
9. Dapat Memadamkan Kebakaran di yang Melanda Sebuah Kampung.
Fakhrurrazi dalam tafsir surah Al-Kahfi menceritakan bahwa
salah satu kampung di Madinah dilanda kebakaran. Kemudian Umar menulis di
secarik kain, "Hai api, padamlah dengan izin Allah!" Secarik kain itu
dilemparkan ke dalam api, maka api itu langsung padam.
10. Utusan Romawi Masuk Islam.
Fakhrurrazi menceritakan bahwa ada utusan Raja Romawi datang
menghadap Umar. Utusan itu mencari rumah Umar dan mengira rumah Umar seperti
istana para raja. Orang-orang mengatakan, "Umar tidak memiliki istana, ia
ada di padang pasir sedang memerah susu". Setelah sampai di padang pasir
yang ditunjukkan, utusan itu melihat Umar telah meletakkan kantong tempat susu
di bawah kepalanya dan tidur di atas tanah.
Terperanjatlah utusan itu melihat Umar, lalu berkata,
"Bangsa-bangsa di Timur dan Barat takut kepada manusia ini, padahal ia
hanya seperti ini. Dalam hati ia berjanji akan membunuh Umar saat sepi seperti
itu dan membebaskan ketakutan manusia terhadapnya. Tatkala ia telah mengangkat
pedangnya, tiba-tiba Allah mengeluarkan dua harimau dari dalam bumi yang siap
memangsanya. Utusan itu menjadi takut sehingga terlepaslah pedang dari tangannya.
Umar kemudian terbangun, dan ia tidak melihat apa-apa. Umar menanyai utusan itu
tentang apa yang terjadi. Ia menuturkan peristiwa tersebut, dan akhirnya masuk
Islam. Menurut Fakhrurrazi, kejadian-kejadian luar biasa di atas diriwayatkan
secara ahad (dalam salah satu tingkatan sanadnya hanya ada satu periwayat).
Adapun yang dikisahkan secara mutawatir adalah kenyataan bahwa meskipun Umar
menjauhi kekayaan duniawi dan tidak pernah memaksa atau menakut-nakuti orang
lain, ia mampu menguasai daerah Timur dan Barat, serta menaklukkan hati para
raja dan pemimpin.
Demikian ulasan karomah Sayyidina Umar bin Khattab, semoga
kita bisa mengambil hikmah dan bisa meneladani kepemimpinan beliau. Sangatlah
jauh bezanya dengan para pemimpin zaman sekarang yang amat rakus dengan harta
rakyat. Tergila-gila kuasa semata-mata kerana mengejar kesenangan dunia dan
rasuah walaupun mereka itu semuanya beragama Islam tampa ada rasa malu.
Seolah-olah telah menjadi budaya bagi semua pemimpin-pemimpin kita memakan
rasuah, membolot harta kerajaan, menyeksa rakyat dengan cukai yang melampau dan
sanggup merompak tabung-tabung wang rakyat bagi kemewahan diri mereka dan
kuncu-kuncu mereka. Kita tunggu saja apa kesudahan hidup mereka didunia ini
atau kita lihat nanti dialam akhirat. Semoga Allah membalas semua perbuatan
mereka dengan azab yang berganda-ganda.
PERBEZAAN ANTARA KARAMAH DAN MUKJIZAT
Banyak ulama membahas perbedaan antara Karamah dan Mukjizat.
Salah satunya Imam Abu Ishaq Al-Asfaraini (wafat 418 Hijriyah) yang menyatakan
bahwa Mukjizat adalah tanda-tanda kebenaran Para Nabi dan dalil kenabian yang
hanya ada pada Nabi. Sedangkan waliyullah memiliki Karamah seperti terkabulnya
doa, tetapi mereka tidak memiliki Mukjizat sepertiyang dimiliki para Nabi. Imam
Abu Bakar bin Faurak menyatakan bahwa Mukjizat adalah tanda-tanda kebenaran.
Jika pemilik Mukjizat mengaku sebagai Nabi maka Mukjizatnya itu menunjukkan
kebenaran pengakuannya. Jika pemilik Mukjizat mengaku sebagai waliyullah, maka
mukjizatnya itu menunjukkan kebenaran pengakuannya, tetapi hal itu disebut
Karamah, bukan Mukjizat.
Meskipun serupa dengan Mukjizat, tetapi memiliki perbedaan
yang nyata. Al-Qusyairi mengemukakan pendapat orang yang paling ahli dalam
bidang Mukjizat pada masanya iaitu Al-Qadhi Abu Bakar al-Asy'ari yang
menyatakan, "Mukjizat dikhususkan bagi para Nabi, sedangkan Karamah untuk
para wali. Para wali tidak memiliki mukjizat, karena di antara syarat-syarat
Mukjizat adalah jika kejadian-kejadian luar biasa itu dibarengi dengan
pengakuan kenabian. Kejadian luar biasa tidak disebut Mukjizat hanya karena
bentuknya saja, tetapi disebut Mukjizat karena adanya banyak syarat yang
dipenuhinya, jika ada satu saja syarat yang tidak terpenuhi, maka itu bukan
Mukjizat. Satu dari beberapa syarat mukjizat adalah pengakuan kenabian,
sedangkan wali tidak menyatakan pengakuan kenabian, jadi yang muncul darinya
bukanlah Mukjizat." Al-Qusyairi (ulama besar tasawuf lahir 376 Hijriyah)
menegaskan, "Pendapat inilah yang kami pegang dan ungkapkan, bahkan kami
meminjamnya. Semua syarat Mukjizat atau sebagian besarnya ada dalam Karamah,
kecuali syarat pengakuan kenabian saja."
WALI TIDAK DIPERINTAH
MEMOHON KARAMAH
Al-Qusyairi mengungkapkan bahwa Karamah adalah peristiwa yang
mungkin terjadi, karena tidak ada sesuatu yang dahulu khusus ada pada
seseorang, bertentangan dengan kebiasaan dan tampak pada masa taklif. Muncul
pada seorang hamba sebagai bentuk pengkhususan dan pengutamaan. Kadang sebagai
hasil dari ikhtiar dan doanya, namun kadang bukan karena ikhtiar. Wali tidak
diperintah untuk memohon karamah bagi dirinya. Al-Qusyairi berkata, "Tidak
setiap karamah yang dimiliki seorang wali wajib dimiliki oleh seluruh wali.
Bahkan meskipun seorang wali tidak memiliki Karamah secara lahiriah di dunia,
hal tersebut tidak mempengaruhi kedudukannya sebagai wali. Berbeda dengan para
Nabi yang harus memiliki Mukjizat, karena mereka diutus kepada manusia yang
harus mengetahui kebenarannya, dan tidak ada jalan lain kecuali dengan Mukjizat.
Sebaliknya kedudukan sebagai wali tidak harus diketahui oleh orang lain."
Masih menurut Al-Qusyairi, sesungguhnya seorang wali tidak
merasa senang dengan Karamah yang muncul pada dirinya, tidak juga memiliki
perhatian yang besar kepadanya. Ketika muncul karamah padanya, keyakinannya
semakin kuat dan mata hatinya semakin tajam untuk menegaskan bahwa Karamah
adalah karunia Allah. Dengannya mereka memperoleh bukti kebenaran akidah yang
diyakininya. Singkatnya kemunculan Karamah pada para wali adalah wajib, begitu
juga menurut kebanyakan ahli Ma'rifat. Dan karena banyaknya riwayat mutawatir
tentang eksistensi karamah, baik berupa kabar maupun hikayat, maka keyakinan
dan pengetahuan tentang adanya karamah pada para wali tidak diragukan lagi.
Barangsiapa bersikap moderat terhadap masalah Karamah, didukung dengan hikayat
dan kabar mutawatir, maka ia tidak akan meragukan Karamah.
Al-Qusyairi kemudian mengemukakan bahwa di antara dalil-dalil
dari pendapat di atas adalah nash Al-Qur'an tentang sahabat Nabi Sulaiman
'alaihissalam yang berkata: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgasana (Balqis) kepadamu sebelum matamu berkedip". (QS Al-Naml [27]:
40). Padahal ia bukan seorang Nabi. Juga riwayat tentang Sayyidina Umar bin
Khattab radhiyallahu 'anhu yang tiba-tiba berkata, "Hai para kabilah di
atas gunung!" Padahal ia sedang menyampaikan khutbah Jumaat, suara Umar
didengar oleh pasukan Islam yang berada di gunung, sehingga mereka selamat dari
tempat persembunyian musuh di gunung saat itu.
Bagaimana mungkin diperbolehkan melebihkan Karamah para wali
di atas Mukjizat para Nabi. Dan bolehkah mengutamakan para wali di atas para
Nabi? Menurut Al-Qusyairi, karamah para wali terkait dengan Mukjizat Nabi Muhammad
saw, karena setiap orang yang tidak jujur dan sungguh-sungguh dalam Islamnya
maka ia tidak akan mampu memunculkan karamah. Setiap Nabi yang memunculkan
karamahnya kepada salah seorang umatnya, maka karamah itu termasuk Mukjizatnya.
Jika seorang Rasul tidak mempercayai umatnya, maka tidak akan muncul Karamah
pada umatnya. Adapun tingkatan para wali tidak akan menyamai tingkatan para
Nabi berdasarkan dalil ijma' (kesepakatan ulama).
Mengenai hal ini, Al-Qusyairi menjelaskan bahwa Karamah
terkadang berupa terkabulnya doa, munculnya makanan ketika dibutuhkan tanpa
sebab yang jelas, ditemukannya air ketika haus, kemudahan menempuh jarak dalam
waktu sekejap, terbebas dari musuh, mendengar percakapan tanpa rupa, dan
hal-hal lain yang bertentangan dengan kebiasaan.
Sumber: Kitab "Jami' Karamat Al-Aulia" karya Yusuf
bin Ismail an-Nabhani
INILAH PUJIAN ULAMA KEPADA IMAM AL-GHAZALI
Imam Al-Ghazali adalah tokoh ulama besar, ahli fiqih dan
tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Beliau dijuluki mujaddid
(pembaharu) abad kelima Hijriyah, Banyak ulama memuji beliau sebagaimana diulas
dalam buku "Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali" karya Ustaz Wildan
Jauhari. Imam Al-Ghozali bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Ahmad Abu Hamid at-Thusi as-Syafi'i. Nama beliau dinisbahkan kepada pekerjaan
ayahnya seorang pemintal (Al-Ghozzal) dan peniaga wol (benang bulu kambing dan
biri-biri). Ada juga yang menyebutkan bahwa nama itu disandarkan kepada kampung
halaman Beliau (Ghozalah).
Imam Ghozali lahir di Kota Thus pada tahun 450 H, dan wafat
di kota yang sama pada Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, pada usia 55 tahun. Dari
berbagai karya Imam Al-Ghazali itu, Kitab Ihya Ulum ad-Diin menjadi karya
paling bersinar di antara karya-karyanya. Kitab ini disebut sebagai karya
beliau paling fenomen. Terkenal di Timur maupun di belahan Barat.
Ulama-ulama yang Memuji
Imam Al-Ghozali:
1. Imam Ibnu Asakir. Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Asakir berkata:
"Abu Hamid Al-Ghazali adalah seorang mujaddid abad ke lima hijriyah."
2. Imam Ibnu Al-Jauzi.
Al-Imam Ibnu Al-Jauzi berkata: "Al-Ghazali telah banyak
menulis buku dalam bidang ushul fiqih dan fiqih. Sulit mencari padanannya dalam
hal qualitinya, runutnya sistematika dan validitas sumber-sumbernya".
3. Imam As-Subki.
Al-Imam as-Subki dalam Kitabnya Thobaqat as-Syafi’iyah
al-Kubro mengutip perkataan As'ad Al-Mihani: "Hanya seorang yang sempurna
akalnya (atau yang mendekati sempurna) yang mampu memahami keluasan ilmu dan
keutamaan Imam Al-Ghazali. Muhammad bin Yahya, salah seorang murid senior Imam
memuji kehebatan gurunya itu dengan berkata, "Al-Ghazali adalah Syafi'i
kedua."
4. Imam Adz-Dzahabi.
Al-Imam adz-Dzahabi mengutip perkataan Ibnu an-Najjar di
dalam Kitabnya Siyar A'lam an-Nubala: "Abu Hamid (Al-Ghazali) adalah seorang
pemimpin ahli fiqih, orang yang alim, seorang mujtahid pada zamannya, tokoh
besar pada masanya. Beliau adalah seorang yang sangat cerdas, kuat dan begitu
dalam pemahamannya.”
5. Abdul Ghafir Al-Farisi.
Al-Imam Al-Hafidz Abdul Ghafir Al-Farisi berkata: "Abu
Hamid Al-Ghazali adalah Hujjatul Islam dan kaum muslimin. Seorang pemimpin
agama. Belum ada yang menyamainya dalam hal kefasihan, pemahaman, pemikiran,
kecerdasan, dan akhlak perangai."
6. Imam An-Nawawi.
Al-Imam Nawai pun ikut memuji beliau dengan berkata:
"Abu Hamid Al-Ghazali adalah seorang imam yang faqih, ahli kalam yang
cerdas, dan seorang penulis yang shufi."
LAGI KISAH-KISAH KEROMAH PARA-PARA WALIULLAH
KISAH PECINTA QUR'AN YANG JASADNYA BERPINDAH DARI TURKI KE
MADINAH
Al-Habib Quraisy Baharun menceritakan sebuah kisah pecinta
Al-Qur'an yang jasadnya berpindah dari Turki ke Madinah. Kisah ini agaknya
sulit dicerna akal, namun bisa diterima apabila menggunakan iman. Kisah ini
dikutip dari Kitab 'Karomatul Auliya wa Thobaqotul Auliya' dan 'Hilyatul
Auliya'. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani (ulama besar Makkah)
berkata, dulu ada orang tua di Turki yang hobinya membaca Al-Qur'an. Dari masa
muda senang membaca Qur'an sampai masa tuanya. Namun, ketika dia memasuki usia
tua, orag tua itu mengalami kesulitan membaca lantaran matanya sudah tidak
seperti dulu lagi.
Lalu ia pun memiliki idea untuk menulis Al-Qur'an dengan
tangannya sendiri dan ingin menulis dengan huruf agak besar sesuai yang dia
inginkan. Tujuannya agar ia bisa membaca Al-Qur'an dengan jelas tanpa kesulitan
sedikitpun. Akhirnya selesailah Al-Qur'an hasil tulisan tangannya sendiri.
Setiap hari ia membaca dan membawa Al-Qur'an tersebut. Ketika menjelang
wafatnya, orang tua itu berpesan kepada anaknya, apabila ia wafat hendaklah
Al-Qur'an itu diikutsertakan ke dalam jasadnya di dalam kubur. Setelah wafat,
anaknya pun menunaikan wasiat ayahnya untuk memasukkan Al-Qur'an itu ke dalam
kubur ayahnya.
Setelah berlalu satu tahun, anaknya menunaikan ibadah haji.
Ketika anaknya berada di Kota Madinah, anaknya berjalan-jalan ke tempat
perbelanjaan. Ia memasuki sebuah toko kitab dan kaligrafi di Madinah. Alangkah
terkejut anaknya ketika melihat Al-Qur'an yang ditulis ayahnya ada di toko itu.
Ia pun bertanya kepada penjaga toko itu sambil menunjukkan Al-Qur'an itu kepada
penjaga toko: "Dari manakah Al-Qur'an ini didapat"? Penjaga toko itu
menjawab: "Saya mendapatkan Al-Qur'an itu dari seorang penggali
kubur".
Anaknya berkata lagi: "Bisakah anda mempertemukan saya
dengan penggali kubur tersebut?". Lalu penjaga toko itu segera
mempertemukannya dengan penggali kubur tersebut. Setelah bertemu, anaknya
bertanya kepada penggali kubur. "Bagaimana anda bisa mendapatkan Al-Qur'an
ini? (sambil menunjukkan Al-Qur'an tulisan tangan ayahnya kepada penggali kubur
itu). Penggali kubur itu berkata: "Saat saya menggali kubur untuk
seseorang di baqi' (pemakaman di Madinah), saya melihat sebuah jasad masih utuh
dan di samping jasad itu ada sebuah Al-Qur'an tulisan tangan persis dengan yang
ada di tangan anda sekarang ini".
Saya pun mengambilnya dan menyimpannya, dan suatu ketika saya
butuh uang akhirnya saya menjualnya ke sebuah kedai. Anaknya berkata lagi:
"Bisakah anda menunjukkan kepada saya, dimana letak posisi makam anda
menemukan Al-Qur'an ini?". Kalau anda mau menggali makam itu untuk saya
sekali saja, saya ingin melihat orang yang ada di dalam makam tersebut". Penggali
kubur itu pun mengiyakannya dan dilakukanlah penggalian. Setelah penggalian,
akhirnya tampaklah jasad ayahnya yang berada di dalam kubur itu. Jasadnya dalam
keadaan masih utuh. Anak itupun menangis melihat jasad ayahnya sekaligus kagum
dengan keajaiban itu. Padahal dia
melihat sendiri saat pemakaman ayahnya itu di Turki setahun lalu. Dan bagaimana
bisa makam ayahnya sekarang berada di Kota Madinah.
Mengenai kisah ini, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
Al-Hasani berkata: "Al-Mar-u ma'a man Ahabba" (seseorang itu akan
dikumpulkan bersama orang yang dia cintai). Baik di dunia, di alam kubur
ataupun di akhirat nanti. Karena orang yang di dalam kubur itu sangat mencintai
Rasulullah SAW, maka Allah mengumpulkannya bersama Rasulullah SAW, baik secara
zahir atau pun batin. Menurut Imam Al-Ghazali, hal itu bukanlah suatu perkara
sulit atau mustahil. Dan kejadian seperti itu memang sudah sering terjadi.
Semoga kita dan anak keturunan kita istiqomah membaca Al-Qur'an dan termasuk
golongan ahli Al-Qur'an.
BELAJAR DARI SAHL AT-TUSTARI, USIA 3 TAHUN SUDAH QIYAMULLAIL
Kisah para ulama terdahulu layak dijadikan iktibar karena
perjalanan hidup mereka mengandung hikmah berharga. Salah satu kisah yang
sangat menginspirasi diceritakan oleh Ustaz Budi Ashari, Dai yang juga pakar
sejarah Islam. Dikisahkan, Imam Sahl bin Abdillah At-Tustari, seorang ulama
zuhud (200-283 H) kelahiran Tustar, Persia. Beliau bertutur tentang pendidikan
di usia kecilnya: "Saat saya berusia tiga tahun, saya qiyamullail (solat
malam).
Di usianya yang masih kecil, Sahl At-Tustari melihat pamannya
Muhammad bin Siwar solat. Suatu hari pamannya berkata kepada Sahl:
"Tidakkah kamu berdzikir kepada Allah yang menciptakanmu? Sahl kecil
bertanya: "Bagaimana cara ku berdzikir kepadaNya?" Pamannya berkata:
"Dengan hatimu saat kamu hendak istirahat sebanyak tiga kali tanpa
menggerakkan lisanmu; Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah
menyaksikanku." Hal itulah yang menjadi malam-malam Sahl kecil dan beliau
mengabari pamannya. Sang paman kemudian berpesan: "Bacalah itu setiap
malam sebanyak tujuh kali." Sahl kecil pun mengabarkan perkembangannya
kepada pamannya. Mendengar itu, sang paman berpesan lagi: "Bacalah itu
setiap malam sebelas kali. Maka Sahl pun mulai merasakan kelezatannya dalam
hati. Setelah setahun berlalu, pamannya berkata: "Jagalah yang sudah
kuajarkan kepadamu dan teruskan hingga kamu meninggal. Itu bermanfaat
bagimu."
Suatu hari Pamannya berkata: "Wahai Suhail, siapa yang
Allah bersamanya, melihatnya dan menyaksikannya, apakah dia berani berbuat
maksiat kepada Nya? Jauhilah maksiat!"
Setelah itu, Sahl belajar di Kuttab dan mulai belajar
Al-Qur'an. Dan beliau berhasil menghafalnya pada usia 6 atau 7 tahun. Beliau
juga rajin puasa sepanjang tahun dan makanan hariannya hanya roti gandum selama
12 tahun. "Inilah kurikulum asli pendidikan Islam, iman sebelum Al-Qur'an.
Lihatlah sang paman yang jadi teladan, mendidik bertahap dan memiliki target jelas,"
kata Ustaz Budi Ashari. Kata Ustaz Budi Ashari, manakala para orangtua atau
keluarga mampu menanam iman hingga terasa nikmat di hati, seperti yang
dilakukan Muhammad Bin Siwar kepada keponakannya yang kelak jadi ahli ilmu
zuhud ini, maka silakan dipacu hafalan Qur'annya setelah itu.
Tapi jika belum melakukan seperti itu, bagaimana ia menekan
anak-anaknya untuk segera hafal Al-Qur'an. Apalah jadinya pohon besar tanpa
akar kokoh? Saat badai fitnah tiba ia akan roboh seperti yang lain. Jika Kuttab
hari ini menerima anak-anak seperti Sahal ini, maka Kuttab siap menarget hafal
Al-Qur'an di usia dini. Tapi, para orangtua, sudahkah kita jadi teladan?
Mengertikah kita tahapan pendidikan Islam? Semoga kisah ini menjadi motivasi
dan inspirasi bagi kita semua.
KISAH HASAN AL-BASHRI DAN KAROMAH RABI'AH ADAWIYAH
Pertemuan Hasan Al-Bashri dengan sufi perempuan Rabi’ah
Adawiyah merupakan kisah menarik yang sarat hikmah dan pelajaran. Kisah yang
terjadi pada masa tabiin (generasi setelah sahabat) ini juga mengungkap karomah
yang dimiliki Rabi’ah Adawiyah. Seperti dikutip dari Kitab Syarah ‘Uqudullijain
karya Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi dikisahkan ada seorang perempuan yang
gemar memamerkan dandanannya di depan kaum lelaki. Kemudian ia mati. Hingga
suatu malam di antara saudaranya ada yang bermimpi melihat dirinya dihadirkan
ke hadapan Allah dengan mengenakan busana sangat tipis. Saat itu angin bertiup
menerpa busananya, tersingkaplah busananya. Allah berpaling tidak sudi memperhatikannya.
Allah berfirman:”Seret dia ke neraka! Sesungguhnya perempuan itu termasuk orang
yang suka memamerkan dandanannya sewaktu di dunia.
Ketika suami Rabi’ah Adawiyah wafat, beberapa waktu kemudian
Hasan Al-Bashri, ulama besar Iraq yang hidup di awal kekhalifahan Umayyah
(generasi tabiin) dan sahabatnya datang menghadap Rabi’ah. Mereka meminta izin
diperkenankan masuk. Rabi’ah pun mengenakan cadarnya dan mengambil tempat duduk
di balik tabir. Hasan Al-Bashri mewakili kawan-kawannya mengutarakan maksud
kedatangannya. Ia berkata: ”Suamimu telah tiada, sekarang kau sendirian. Kalau
kamu menghendaki silakan memilih salah seorang dari kami. Mereka ini
orang-orang yang ahli zuhud”.
Kemudian Rabi’ah Adawiyah menjawab: ”Ya, aku suka saja mendapat kemuliaan ini.
Namun aku hendak menguji kalian, siapa yang paling ‘alim (pandai) di antara
kalian itulah yang menjadi suamiku”. Hasan Al-Bashri dan kawan-kawannya
menyanggupi. Kemudian Rabi’ah Adawiyah bertanya: ”Jawablah empat pertanyaanku
ini kalau bisa aku siap diperistri oleh kamu”. Hasan Al-Bashri berkata:
”Silakan bertanya, kalau Allah memberi pertolongan aku mampu menjawab tentu aku
jawab”. “Bagaimana pendapatmu kalau aku mati kelak, kematianku dalam muslim
(husnul khatimah) atau dalam keadaan kafir (suul khatimah),” tanya Rabi’ah.
Hasan Al-Bashri menjawab: ”Yang kau tanyakan itu hal yang ghaib, mana aku
tahu”.“Bagaimana pendapatmu, kalau nanti aku sudah dimasukkan ke dalam kubur
dan Mungkar-Nakir bertanya kepadaku, apakah aku sanggup menjawab atau tidak,”
tanya Rabi’ah. “Itu persoalan ghaib lagi,” jawab Hasan Al-Bashri.
“Kalau seluruh manusia digiring di mauqif (padang mahsyar) pada hari kiamat
kelak, dan buku-buku catatan amal yang dilakukan oleh Malaikat Hafazhah
beterbangan dari tempat penyimpanannya di bawah ‘arsy. Kemudian buku-buku
catatan itu diberikan kepada pemiliknya. Sebagian ada yang melalui tangan kanan
saat menerima dan sebagian lagi ada yang lewat tangan kiri dalam menerimanya.
Apakah aku termasuk orang yang menerimanya dengan tangan kanan atau tangan
kiri? tanya Rabi’ah. “Lagi lagi yang kau tanyakan hal yang ghaib,” jawab Hasan
Al-Bashri. Rabi’ah bertanya lagi: ”Manakala pada hari kiamat terdengar
pengumuman bahwa sebagian manusia masuk surga dan sebagian yang lain masuk
neraka, apakah aku termasuk ahli syurga atau ahli neraka?”
“Pertanyaanmu yang ini juga termasuk persoalan yang ghaib,” jawab Hasan
Al-Bashri.
Kemudian Rabi’ah berkata: ”Bagaimana orang yang mempunyai perhatian kuat
terhadap empat persoalan itu masih sempat mamikirkan nikah?”. Coba perhatikan
kisah dialog tersebut, betapa besar perasaan takut Rabi’ah Adawiyah terhadap
persoalan itu. Sekali pun ia seorang solehah, namun masih diikuti perasaan
takut yang luar biasa jika akhir hayatnya tidak baik. Diceritakan bahwa Rabi’ah
Adawiyah itu mempunyai tingkah laku yang berubah-ubah. Suatu ketika perasaan
cintanya kepada Allah begitu berat, hingga ia tidak sempat lagi berbuat
apa-apa. Pada waktu lain ia kelihatan tenang nampak seperti tidak ada masalah,
dan lain waktu ia kelihatan sangat takut dan cemas.
Suaminya pernah menceritakan, suatu hari aku duduk sambil menikmati makanan.
Sementara ia duduk di sampingku dalam keadaan termenung lantaran dihantui
peristiwa kiamat. Suaminya berkata: ”Biarkan aku sendirian menikmati makanan
ini”. Ia menjawab, “Aku dan dirimu itu bukanlah termasuk orang yang dibuat
susah dalam menyantap makanan, lantaran mengingat akhirat”. Lebih lanjut
Rabi’ah berkata: ”Demi Allah, sesungguhnya bukanlah aku mencintaimu seperti
kecintaannya orang yang bersuami isteri pada umumnya. Hanyalah kecintaanku
padamu sebagaimana kecintaan orang yang bersahabat”. Kalau Rabi’ah Adawiyah
memasak makanan, ia berkata: ”Majikanku, makanlah masakan itu. Karena tidak
patut bagi badanku kecuali membaca tasbih saja”. (yang dimaksud majikan adalah
suami dari Rabi’ah Adawiyah sendiri).
Hingga suatu hari Rabi’ah berkata pada suaminya: ”Tinggalkan diriku, silakan
kamu menikah lagi”. Hal itu dikatakan ketika suaminya masih hidup. Maka Aku
(suaminya) pun menikah lagi dengan tiga perempuan. Saat itu Rabi’ah masih setia
melayani keperluan suaminya, termasuk memasakkan makanan. Suatu hari Rabi’ah
Adawiyah memasakkan daging untuk suaminya, ia berkata: ”Tinggalkanlah diriku
dengan membawa kekuatan yang baru menuju isteri-isterimu yang lain”.
Dikisahkan bahwa Rabi’ah Adawiyah juga mempunyai sahabat-sahabat lain dari
bangsa jin, yang sanggup mendatangkan apa saja yang dikehendakinya. Wali
perempuan ini dalam kehidupannya dikenal memiliki berbagai kekeramatan hingga
wafatnya. Di antara kekeramatannya adalah bahwa pada suatu malam ada pencuri
masuk menjarahi isi rumahnya. Ia sendiri masih terlelap tidur. Ketika pencuri
itu hendak keluar dengan menjinjing barang-barang yang telah dikemasi, mendadak
pintu rumahnya hilang semua.
Pencuri itu lalu duduk di samping pintu yang dipandang semula belum lenyap.
Tiba-tiba saat itu terdengar suara halus menyapanya: ”Letaakkan barang -barang
yang kau kemasi. Keluarlah dari pintu ini”.
Ia pun segera meletakkan barang-barang yang telah dikemasi. Mendadak pintu itu
kelihatan lagi. Begitu ia melihat pintu maka ia segera menyambar lagi
barang-barang hasil curian tadi. Tiba-tiba pintu itu hilang lagi seketika ia
letakkan lagi barang hasil jarahannya. Pintu kelihatan lagi. Ia mengambil
kembali barang haasil jarahannya. Pintu hilang lagi. Dan begitu seterusnya. Tiba-tiba
terdengar lagi suara lembut menyapa: ”Kalau Rabi’ah Adawiyah tertidur, tetapi
Allah tidak tertidur dan tidak pula terserang rasa mwngantuk”, maka si pencuri
itu pun sadar. Barang-barang yang dikemasinya pun ditinggalkannya, lalu keluar
melalui pintu tersebut.Demikian kisah Rabi’ah Adawiyah dan dialog spritualnya
dengan ulama besar tabiin Hasan Al-Bashri. Semoga manfaat.
KISAH LELAKI YAHUDI BERUSIA 600 TAHUN BERKAT DOA ALI BIN ABI
THALIB
Ustaz Dr Miftah el-Banjary, Pakar Ilmu Linguistik Arab &
Tafsir Alquran Kebahasaan Alumni Jami’ah Dual Arabiyah Mesir. Kisah ini
merupakan kisah nyata yang dialami seorang tokoh ulama di Hadramaut (Yaman)
bernama Habib Idrus bin Husien Al-Alaydarus yang diakui kewaliannya. Seorang
tokoh ulama yang memiliki kedudukan tinggi di antara para toloh ulama, pejabat
dan masyarakat awam di kisaran tahun 1244 Hijriyah. Al-kisah, suatu hari Habib
Idrus melakukan pengembaraan jauh bersama 30 pengikutnya. Ketika singgah di
Kota Kabul dan Teheran, beliau mendengar kabar mengenai seorang lelaki Yahudi
yang umurnya mencapai ratusan tahun. Lelaki itu konon katanya sahabat dekat
Sayyidina Ali bin Abi Thalib (601-661 M) dan pernah mengikuti pertempuran
Khaibar. Sang Habib mengumpulkan informasi mengenai lelaki Yahudi itu dari
masyarakat.
Ternyata tokoh masyarakat itu membenarkan kabar tersebut.
Dengan rasa penasaran, Habib Idrus beserta rombongan akhirnya sepakat untuk
mencari lelaki Yahudi yang usianya berabad-abad. Setelah memperoleh petunjuk
dari seseorang bahwa terdapat satu daerah yang dihuni sekitar seratus ribu
orang Yahudi. Mereka adalah cucu-cucu lelaki Yahudi yang berumur panjang.
Mereka senantiasa menengok datuk mereka yang berusia sangat tua itu. Sementara
si Yahudi tua hanya terbaring lemah di ranjang dan tak bisa bergerak, kecuali
dengan bantuan. Dengan susah payah, Habib Idrus beserta pengikutnya akhirnya
sampai di daerah yang dimaksud. Beliau memohon izin kepada tokoh masyarakat
daerah setempat untuk menemui lelaki Yahudi tua tersebut.
Setelah memperoleh izin, beliau beserta rombongan masuk ke
kamar nenek moyang orang-orang Yahudi itu. Mereka duduk mengitari lelaki tua
yang tergeletak lemah di pembaringannya. Lelaki tua itu hanya mengkonsumsi
kuning telur dan susu. Tak lama kemudian, lelaki tua berusia beradab-abad itu
membuka kelopak matanya dengan dibantu salah seorang keturunannya. Lelaki tua
nenek moyang Yahudi itu memandang Habib Idrus bersama rombongannya. Tampak
jelas bahwa ia mampu membedakan orang-orang Arab dengan bukan orang-orang Arab
(Ajam). Setelah beberapa lama dalam suasana diam, Habib Idrus kemudian
bertanya, "Apa yang membuat Anda bisa berumur panjang hingg hidup masa
kami?" Lelaki Yahudi menjawab, "Ini adalah berkah doa Ali bin Abi
Thalib." Kemudian lelaki tua itu bercerita, "Dulu sewaktu perang
Khaibar, pucuk pedangnya mengenaiku. Aku segera berteriak ketika itu,
"Jangan bunuh aku! Aku adalah temanmu!"
Sebelum itu aku dengan Ali bin Abi Thalib memang berteman
akrab. Kemudian Ali bin Thalib berkata kepadaku, "Kamu tidak akan mati,
kecuali setelah masuk Islam!" Aku sangat meyakininya. Oleh karena itu, aku
terus memeluk agama Yahudi dan tak mau buru-buru masuk Islam, lantaran aku
senang hidup lebih lama. Namun, sebentar lagi aku segera masuk Islam. Aku yakin
ajalku akan segera datang, apabila aku telah menjadi muslim."
Kemudian lelaki Yahudi memperlihatkan bekas luka di
punggungnya. "Luka ini selalu sembuh setiap tahun. Ini adalah luka akibat
sebetan pedang di perang Khaibar." Setelah itu, lelaki Yahudi itu
mengucapkan dua kalimah syahadah menyatakan keislamamnya. Tak selang beberapa
lama kemudian, terdengar kabar bahwa lelaki Yahudi itu masuk Islam dan menutup
usianya yang sangat panjang, sekitar 600 ratus tahun.
Benarlah apa yang menjadi penjelasan kebenaran di dalam
Alqur'an bahwa orang-orang Yahudi menutup kebenaran hidayah yang datang pada
mereka, disebabkan kecintaan mereka yang sangat besar terhadap dunia serta
tidak menyukai kematian. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah hikmah
ini. Aamin ya Rabb 'alamin.
MENGAPA KITA HARUS MENCINTAI PARA WALI-WALI ALLAH? INILAH
SEBABNYA
Siapa sebenarnya Waliyullah (Wali
Allah)? Secara bahasa, Wali adalah pihak yang dekat, mencintai, dan siap
menolong. Wali Allah adalah kekasih Allah atau orang-orang yang beriman dan
bertakwa. Mengapa kita harus mencintai para Wali Allah? Jawabannya sederhana,
mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah Ta'ala, maka wajib hukumnya
mencintai Wali Allah agar kita semakin dekat kepada Allah Ta'ala. Mencintai
Wali-wali Allah merupakan simpul keimanan. Bahkan lebih dari itu, siapa yang
mencintai Wali Allah, maka ia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sebaliknya, siapa yang memusuhi para Wali Allah niscaya akan sengsara dunia dan
akhirat Allah Ta'ala menyifati mereka di dalam Al-Qur'an: "Ketahuilah,
sesungguhnya Wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan
bertakwa". (QS Yunus ayat 62-63)
Dari Abu Hurairah RA bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
berfirman: 'Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah
mengumumkan peperangan kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku
dengan suatu (amal shaleh) yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku
wajibkan kepadanya (dalam Islam), dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri
kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga
Aku-pun mencintainya".
"Lalu jika Aku telah mencintai
seorang hamba-Ku, maka Aku akan selalu membimbingnya dalam pendengarannya, membimbingnya
dalam penglihatannya, menuntunnya dalam perbuatan tangannya dan meluruskannya
dalam langkah kakinya. Jika dia memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi
permohonannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan
berikan perlindungan kepadanya. Tidaklah Aku ragu melakukan sesuatu yang mesti
aku lakukan seperti keraguan untuk (mencabut) nyawa seorang yang beriman
(kepada-Ku), dia tidak menyukai kematian dan Aku tidak ingin
menyakitinya". (HR Al-Bukhari) Hadis ini menunjukkan besarnya keutamaan
orang yang menjadi Wali Allah . Imam Al-Ghazali pernah berkata: "Jika
engkau menginginkan selamat di dunia dan akhirat, jadikan dirimu berada di
dalam hati para Wali Allah ". Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Imam Al-Ghazali menjawab:
"Dengan cara, Engkau mencintai para Wali Allah , maka niscaya mereka akan
mencintaimu". "Sejatinya hati para Wali Allah adalah tempat pandangan
rahmat Allah Ta'ala. Apabila Allah mendapatkan dirimu di dalam hati mereka para
wali-Nya, niscaya Allah akan merahmatimu. Maka jika engkau mencintai Wali Allah
, lazimkanlah adab sopan santun ketika bersama mereka dan jagalah wali Allah.
Hal tersebut akan menjadi sebab kerinduan Wali Allah kepada dirimu. Apabila
sang Wali Allah telah rindu kepadamu, niscaya semangat akan datang kepadamu.
Semangat itu akan mengalir, akan kuat sesuai dengan tingkat kerinduan sang wali
kepadamu". Jika engkau melihat sang wali dengan perasaan cinta kepadanya,
akan mengalirlah dari hatinya ke hatimu, keadaan, makam, kedudukan yang mana
engkau tidak akan mampu mendapatkan kedudukan itu dengan usahamu sendiri.
Karena sesungguhnya manusia di dalam tingkat kecintaan, tingkat dekatnya kepada
Allah berbeda-beda bergantung dengan derajatnya masing-masing".
Menjadi Wali Allah
Seorang murid Waliyullah As-Sayyid
Ahmad Al-Badawi RA (596-675 Hijriyah) bernama Abdul Ali bertanya: "Apakah
syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi Wali Allah? Sayyid
Ahmad Al-Badawi menjawab: Seorang yang benar-benar dalam syariat ada 12
tanda-tandanya, iaitu:
1. Benar-benar mengenal Allah (iaini
mengerti benar tauhid dan penuh keyakinan kepada Allah).
2. Menjaga benar-benar perintah
Allah.
3. Berpegang teguh pada sunnah
Rasulullah SAW.
4. Selalu berwudhu (bila berhadas
segera berwudhu kembali).
5. Rela menerima ketentuan (takdir)
Allah dalam suka maupun duka.
6. Yakin terhadap semua janji Allah
Ta'ala.
7. Putus harapan dari semua apa
yang di tangan makhluk.
8. Tabah, sabar menanggung berbagai
derita dan gangguan orang.
9. Rajin mentaati perintah Allah.
10. Kasih sayang terhadap semua
makhluk Allah.
11. Tawadhu', merendah diri
terhadap yang tua dan muda.
12. Menyadari selalu bahwa syaitan
itu musuh yang utama.
Demikian keutamaan para Wali Allah.
Mudah-mudahan kita mendapat taufik sehingga kita bisa digolongkan dengan orang-orang
saleh.
Ingin Jadi Waliyullah? Penuhi 12 Syarat Ini
Dalam muqaddimah Kitab Al-Hikam
yang disusun Syeikh Ibnu 'Athoillah As-Sakandariy disinggung tentang syarat
yang harus dipenuhi seseorang jika ingin menjadi waliyullah (wali Allah). Sebelumnya
dijelaskan bahwa ilmu tauhid (disebut juga tasawuf) merupakan semulia-mulia
ilmu sebab ia menjadi intisari dari syari'at. Bahkan menjadi pilar utama dalam
agama Islam. Sebagaimana Allah berfirman: "Wa maa khalaq tul jinna wal
insan illa liya'buduun". (Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali
supaya mereka menyembah Aku).
Adapun definisi ilmu tasawuf
menurut Junaid Al-Baghdadi adalah mengenal Allah, sehingga antaramu dengan
Allah tidak ada perantara. Selain itu, menerapkan akhlak terpuji dalam semua
aspek kehidupan menurut apa yang telah disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam (SAW). Meninggalkan akhlak tercela dan mengendalikan hawa
nafsu sesuai kehendak Allah. Merasa tidak memiliki apapun dan juga tidak
dimiliki oleh siapapun kecuali Allah.
Abul Hasan Asy-Syadzily radhiallahu
'anhu (RA) berkata: Aku dipesan oleh guruku (Abdussalam bin Masyisy RA):
"Janganlah kamu melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat
mencapai keridhaan Allah. Jangan duduk di majelis kecuali yang aman dari murka
Allah. Dan jangan bersahabat kecuali kepada orang yang dapat membantu berbuat
taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah
keyakinanmu terhadap Allah, yang demikian ini sudah jarang untuk didapat."
Sayyid Ahmad Al-Badawi RA (596-675
Hijriyah) berkata: "Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunnah
Rasulullah SAW:
1. Benar dan jujur.
2. Bersih hati.
3. Menepati janji.
4. Bertanggung jawab dalam tugas
dan derita.
5. Menjaga kewajiban.
Seorang muridnya bernama Abdul Ali
bertanya: "Apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin
menjadi wali Allah? Sayyid Ahmad Al-Badawi menjawab: 'Seorang yang benar-benar
dalam syariat ada 12 tanda-tandanya, iaitu (seperti yg telah disebutkan sebelum
ini):
1. Benar-benar mengenal Allah
(yakni mengerti benar tauhid dan penuh keyakinan kepada
Allah).
2. Menjaga benar-benar perintah
Allah.
3. Berpegang teguh pada sunnah
Rasulullah SAW.
4. Selalu berwudhu (bila berhadas
segera berwudhu kembali).
5. Rela menerima ketentuan (takdir)
Allah dalam suka maupun duka.
6. Yakin terhadap semua janji
Allah.
7. Putus harapan dari semua apa
yang di tangan mkhluk.
8. Tabah, sabar menanggung berbagai
derita dan gangguan orang.
9. Rajin mentaati perintah Allah.
10. Kasih sayang terhadap semua
makhluk Allah.
11. Tawadhu, merendah diri terhadap
yang tua dan muda.
12. Menyadari selalu bahwa setan
itu musuh yang utama
TINGGALKAN DOSA ZINA, AKHIRNYA JADI AHLI SURGA
Kisah ini memberikan hikmah bahwa
Allah Subhanahu wata'ala Maha Penerima Taubat. Siapa pun yang ingin bertaubat,
termasuk dari perbuatan zina, maka Allah janjikan masuk surga. Inilah, kisah
seseorang yang masuk surga karena meninggalkan dosa zina , yang dinukil dari
kitab 'Man Taraka Syai-an Lillahi ‘Awwadhahullah Khairan Minhu,' karya Ibrahim
bin Abdullah Al-Hazimi. Berikut kisahnya;
Abu Imran Al-Juny berkata: “Ada
seorang pria dari Bani Israil yang tidak pernah mencegah diri dari perbuatan
dosa. Saat itu ada sebuah keluarga dari Bani Israil yang sedang dalam keadaan
butuh bantuan. Maka dikirimlah seorang wanita dari kalangan keluarga tersebut
kepada si pria tadi untuk meminta sesuatu. Tetapi si pria ini menjawab: “Tidak
boleh, kecuali bila kau membolehkan aku menjamah dirimu. Si wanita itu pun
menolak, lalu beranjak keluar. Maka bertambah parahlah keadaan keluarga
tersebut. Akhirnya si wanita datang lagi kepadanya memohon bantuan lagi. Tetapi
jawaban yang diterimanya tetap: “Tidak boleh, kecuali bila kau membolehkan aku
menjamah dirimu.” Si wanita ke luar kembali ke rumahnya. Keadaan pun bertambah
sengsara lagi. Keluarga tersebut akhirnya mengirim si wanita itu lagi. Si
wanita itu berkata: “Ya, tidak apa-apa.” Saat si pria itu berdua dengannya,
tiba-tiba wanita itu gemetar seperti bergetarnya pelepah kurma. Si pria
bertanya: “Ada apa denganmu?”
Dijawab: “Aku takut kepada Allah,
Tuhan semesta alam. Ini adalah perbuatan yang belum pernah aku lakukan.” Si
pria ini berkata: “Kau merasa takut kepada Allah, padahal kau belum pernah
melakukannya, sementara aku melakukannya? Sungguh, sekarang aku berjanji kepada
Allah Ta`ala bahwa aku tidak akan melakukan dosa yang dulu pernah aku lakukan.”
Maka Allah Ta`ala memberikan wahyu pada seorang nabi dari nabi-nabi Bani Israil
bahwa si fulan itu telah dicatat termasuk ahli Surga.
Hikmah Kisah
Barang siapa telah melakukan dosa
kecil dan dosa besar masih memungkinkan masuk surga tanpa hisab jika ia
bertaubat dan kembali (kepada Allah), maka Allah akan mengganti keburukan orang
yang bertaubat tersebut menuju kebaikan, meskipun telah melakukan dosa syirik,
pembunuhan dan zina. Hal ini sebagaimana Allah Ta'ala firmankan didalam surah
al Furkan ayat 68 – 70 mafhumnya: “Dan orang-orang yang tiada menyembah Tuhan
yang lain bersama Allah, dan pula membunuh manusia yang diharamkan Allah, kecuali
dengan kebenaran dan pula mereka tidak berzina. Barang siapa yang berperbuat
sebalek demikian, nescaya akan menemui dosa (seksa). Dilipat gandakan seksa
untuknya pada hari kiamat dan kekal didalamnya serta terhina. Kecuali orang
yang taubat dan beriman lagi mengerjakan “amal soleh” Maka Allah akan
mengantikan kejahatan mereka dengan kebaikkan. Allah Pengampun lagi Penyayang”.
Ibnu Jarir At Thabari
–rahimahullah- berkata: "Ayat ini telah menjelaskan bahwa semua pelaku
dosa besar berada di bawah kehendak Allah, jika berkehendak Dia memaafkannya,
dan jika berkehendak Dia akan menyiksanya, selama dosa besarnya bukanlah sebuah
kesyirikan kepada Allah”. (Tafsir At Thabari).
KISAH KAROMAH SYEIKH SYA'RAWY DAN PERISTIWA UNIK MENJELANG
WAFATNYA
Tanggal 15 April mengingatkan kita
tentang kelahiran seorang ulama besar asal Mesir, Al-Allamah As-Sayyid
As-Syarif Imam Muhammad Mutawalli As-Sya'rawy (1911-1998). Berikut kisah
karamah Syeikh Sya'rowi yang diceritakan seorang penuntut ilmu di Kairo Mesir. Syeikh
Sya'rawy adalah seorang ulama yang begitu dihormati di Mesir. Meskipun lebih
banyak menggunakan 'Amiyah Sya'biyyah (bahasa rakyat), beliau sangat
komunikatif dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Bahkan kalam-kalamnya,
doanya selalu tersiar di berbagai television dan radio di Mesir maupun di
negeri Arab lainnya.
Bagi para ulama sepuh Al-Azhar,
Syeikh Sya'rawi merupakan sosok istimewa, orang yang tulus dalam berkhidmat di
jalan agama dan umat Islam. Grand Syeikh kala Itu bahkan menanggapi sekaligus mendaulatnya
sebagai salah seorang ulama pembaharu (Mujaddid) dalam ilmu tafsir. Syeikh
Sya'rowi lahir di desa Daqadus, daerah Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia Mesir,
tanggal 15 April 1911, ada yang menyebutnya tanggal 16 April 1911. Pada saat
diskusi panel di pavilion Al-Azhar Desember 2019 lalu, beberapa ulama besar
mengulas manakib Syeikh Sya'rawy di antaranya Syeikh Prof Dr Ahmed Omar Hasyim,
Dr Ahmed Sya'rawy (putra Syeikh Sya'rawy). Menurut Syeikh Omar Hasyim, Syeikh
Sya'rawy adalah satu wali Allah yang doanya mustajab. mengenai cerita keramat
para auliya dan keistimewaan ulama Al-Azhar, Syeikh Omar Hasyim memang paling
mampu menceritakan secara detail. Termasuk cerita Syeikh Omar tentang keramat
Syeikh Abdel Halim Mahmoud RA.
Syeikh Sya’rawy berguru kepada
Syeikh Al-Sayyid Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani, seorang ulama besar
sekaligus mursyid Tarikat Syadzily di Al-Jazair. Pertemuan keduanya pun unik,
dikisahkan mula-mula Syeikh Sya'rawi diberikan mandat sebagai pimpinan delegasi
Al-Azhar untuk negara Al-Jazair. Namun, Syeikh Sya'rawy menolaknya. Pada suatu
malam, Syeikh Sya'rawy bermimpi bertemu seorang lelaki separuh baya yang
bersinar wajahnya dan berkata kepada dirinya dalam mimpi: "Mengapa Engkau
menolak datang pada kami?".
Dari mimpi itulah, akhirnya
mengubah fikiran dan sikap Syeikh Sya'rawi, yang awalnya menolak menjadi
pimpinan delegasi, menerima dan memenuhi permintaan menuju negara Al-Jazair.
Sesampainya di Al-Jazair, beliau bertemu dengan Syeikh Al-Sayyed Mohamed
Balkaid Al-Hibry Al-Hasani yang ternyata adalah sosok yang menemuinya sekaligus
menegurnya dalam mimpi.
Batalkan Pemindahan Maqam Nabi Ibrahim
Karomah lain yang dianugerahkan
Allah kepada beliau terjadi sekitar tahun 1954 di Saudi pada era Raja Saud Ibn
Saud. Kisah ini sangat masyhur di jazirah Arab terlebih di Mesir. Kala itu
Syeikh Sya'rawy sebagai dosen Kuliyah Syari'ah di Makkah Al-Mukarramah
mendengar bahwa pemerintah Saudi melakukan projek perluasan area Baitullah
Al-Haram sekaligus melakukan Tarmim (perbaikan), sehingga adanya rencana
pemindahan maqam Ibrahim dari tempat aslinya, tujuannya untuk memperluas area
Thawaf. Pihak kerajaan Saudi pun sudah berikan keputusan, para mufti sepakat
hanya tinggal eksekusi.
Namun, Syeikh Sya'rawy-lah
satu-satunya orang non-Saudi yang menolak dan berupaya mencegah rencana itu.
Berselang lima hari sebelum eksekusi, Syeikh Sya'rawy pun menghubungi
Masyayeikh Saudi seperti Syeikh Ibrahim Al-Noury dan Syeikh Ishaq Azzouz guna
menyambungkannya kepada sang raja untuk menyampaikan alasan penolakannya. Singkat
cerita, Syeikh Sya'rawy akhirnya melayangkan surat protes kepada sang raja,
bahwa maqam Ibrahim harus tetap berada di tempatnya. Dan upaya pemindahan itu
baginya merupakan pelanggaran dan tidak dapat diterima. Dalam surat yang berisi
5 lembar itu juga disertakan dengan alasan-alasan, serta menjabarkan tinjuannya
dari segi sejarah, Fiqh yang didasarkan pada hadis dan ayat-ayat Al-Qur'an yang
berkaitan dengan Maqam Ibrahim Al-Khalil.
Hanya berselang sehari, surat
itupun sampai di tangan sang raja. Dan setelah sang raja membaca suratnya dan
mempercayai semua yang dikemukakan Syeikh Sya'raw. Sehingga sang raja pun
mengumpulkan para ulama Saudi dan semuanya membenarkan seluruh dalil-dalil
Syeikh Sya'rawy yang akhirnya membuat sang raja memutuskan membatalkan rencana
pemindahan maqam Sayyidina Ibrahim AS.
Dikisahkan, sang raja pun akhirnya
mengundang Syeikh Sya'rawy untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah
kepadanya. Bahkan Dua hari setelah Sang raja membatalkan rencana pemindahan itu,
Syeikh Sya'rawi diberikan kemuliaan oleh Allah, ditemui Nabi Ibrahim sembari
mengucapkan terima kasih kepadanya.
Kisah Wafatnya
Kisah wafat beliau diceritakan oleh
Syeikh Abdel Rahim Sya'rawy (salah satu putra beliau). 18 hari sebelum wafat
tiba-tiba Syeikh Sya'rawy berhenti dari segala aktivitas makan, minum dan
lainnya. Tiba-tiba seolah beliau tahu waktu ajal akan menjemputnya. Beliau pun
menentukan sendiri tempat dimana dimakamkan. Tiba-tiba beberapa jam sebelumnya
minta untuk mandi dan membersihkan badan. Minta digantikan jubah putih yang
serba baru yang belum pernah dipakai sama sekali. Sebagaimana cerita-cerita
keramat para ulama dan para auliya di Indonesia yang sering kita dengar.
Menurut kesaksian kerabat dan
keluarga, saat ajal datang, Syeikh Sya'rawy seolah disambut oleh para
ahlu-bait, para wali Kutub di Mesir seperti Sayyidina Husein RA, Sidi Syeikh
Ahmad Al-Badawi RA yang makamnya di Kota Thanta, Sidi Ibrohim Al-Qursy
Ad-Dusuqy RA yang makamnya di Kota Dasuq Kafr, Sidi Hasan Syadzily RA yang
makamnya di Humaitsaroh, Sayyidah Zaenab Al-Kubra dan Sayyidah Nafisah yang
makamnya di Kairo dan masih banyak lagi. Saat mengucapkan syahadat di
detik-detik menjelang wafat beliau menggunakan Khitab "Annaka"
Muhammadurrosulullah (bahwasanya Engkaulah Muhammad SAW utusan Allah Ta'ala).
Inilah Khitab kepada orang yang ada di hadapan beliau yang artinya Rasulullah
SAW pun turut hadir menyambut beliau.
KISAH SYAIKH ABDUL QADIR AL-JILANI, DIKALA MENGHADAPI
SAKARATUL MAUT
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam
kitab Futuh Al-Ghaib bertutur mengenai kisah seorang wali menjelang sakaratul
maut. Kisah ini disampaikan dalam risalah ke-79, sebagai berikut: Kala sang
wali menghadapi sakaratul maut, putranya, Abdul Wahab berkata kepadanya, “Apa
yang mesti kulakukan sepeninggal ayah?” “Kamu mesti takut kepada-Nya, jangan
takut kepada selain-Nya, jangan berharap kepada selain-Nya, dan berpasrahlah
hanya kepadaNya,” jawabnya. Selanjutnya ia berkata, “Aku adalah biji tak
berkulit. Orang lain telah datang kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah
mereka. Inilah manfaat yang besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan
ini. Atasmu kedamaian, kasih dan ramat Allah. Semoga Dia melindungiku dan kamu,
dan mengasihiku dan kamu. Kumulai senantiasa dengan asma Allah.”
Ia terus berkata begini satu hari
satu malam, “Celakalah kau, aku tak takut sesuatu pun, baik malaikat maupun
malakul maut. Duhai malakul maut! Bukanlah kau, tapi sahabatku yang bermurah
kepadaku.” Lantas pada malam kewafatannya, ia memekik keras, dan kata kedua
putranya, Abdur-Razaq dan Musa, dia mengangkat dan merentangkan kedua tangannya
sembari berkata, “Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertobatlah dan
ikutilah jalan ini. Kini aku datang kepadamu.” Dia berkata, “Tunggu”. Dan,
meninggallah dia.
10 SIFAT SALIK DAN PERAIH TUJUAN ROHANI, MENURUT SYAIKH ABDUL
QADIR
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam
kitabnya yang berjudul Futuh Al-Ghaib menyebut ada sepuluh sifat pada salik,
pemawas-diri dan peraih tujuan rohani .
Pertama, tak bersumpah dengan-Nya, entah benar atau
tidak, entah sengaja atau tidak. Sebab bila hal ini termapankan, dan lidah
terbiasa dengannya, maka hal ini membawanya kepada suatu kedudukan, yang di
dalamnya ia mampu menghentikan bersumpah dengan sengaja atau tidak.
"Nah, bila ia menjadi begini,
Allah membukakan baginya pintu nur-Nya. Hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya
termuliakan, langkah dan kesabarannya terkuatkan. Maka, dipujilah dan
dimuliakanlah ia di tengah-tengah tetangga dan sahabatnya, sehingga yang tahu
dia, menghormatinya, dan yang melihatnya, takut kepadanya," tuturnya.
Kedua, menghindar dari berbicara tak benar, entah
serius atau bercanda. Sebab bila ia melakukan dan mengukuhkan hal ini pada
dirinya sendiri, dan lidahnya terbiasa dengannya, maka Allah membuka hatinya,
dan menjernihkan pengetahuannya, sehingga ia tampak tak tahu kepalsuan. Bila ia
mendengarnya dari orang lain, ia memandangnya sebagai noda besar, dan
termalukan olehnya. Bila ia memohon kepada Allah agar menjauhkannya, maka
baginya pahala.
Ketiga, menjaga janji. Sungguh, hal ini demikian
menguatkannya, sebab mengingkari janji termasuk kepalsuan. Maka terbukalah
baginya pintu kemurahan, dan baginya kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para
shiddiq dan mulialah ia di hadapan Allah.
Keempat, tak mengutuk sesuatu makhluk pun, tak merusak
sesuatu pun, meski sekecil atom pun, dan bahkan yang lebih kecil darinya. Sebab
hal ini termasuk tuntutan kebenaran dan kebaikan. Berlaku berdasarkan prinsip
ini, memperoleh husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Ia meninggikan kedudukannya,
Ia melindunginya dari kehancuran, dan mengaruniainya kasih sayang dan kedekatan
dengan-Nya.
Kelima, tak mendoakan keburukan bagi seorang pun,
meski ia telah dizalimi. Lidah dan geraknya tak mendendam, tapi bersabar demi
Allah. Hal ini membawanya kepada kedudukan mulia di dunia dan di akhirat. Ia
menjadi dicintai dan disayangi oleh semua penerima kebenaran, baik dekat maupun
jauh.
Keenam, tak berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran
dan kemunafikan mereka yang sekiblat. Sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam
mengikuti Sunnah, dan amat jauh dari mencampuri pengetahuan Allah dan juga dari
penyiksaan-Nya, dan amat dekat dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu
kemuliaan dan keagungan dari Allah Yang Mahamulia, yang menganugerahkannya
kepada hamba beriman-Nya sebagai balasan atas kasih sayangnya terhadap semua
orang.
Ketujuh, tak melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah
maupun batiniah. Mencegah anasir tubuhnya darinya, sebab hal ini merupakan
suatu tindakan tercepat dalam membawa balasan bagi hati dan anasir tubuh di
dunia dan pahala di akhirat. "Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk
berlaku begini, dan menjauhkan kedirian dari hati kita,"ujarnya.
Kelapan, tak membebani seorang pun, entah dengan beban
ringan atau berat. Tapi, melepaskan orang dari beban, entah diminta atau tidak.
Hal ini menjadikan hamba-hamba Allah dan para saleh mulia, dan memacu orang untuk
beramar ma’ruf nahi munkar. Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi
hamba-hamba Allah dan para saleh, dan baginya segenap makhluk tampak sama. Maka
Allah membuat hatinya tak butuh, yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tak
meninggikan seorang pun, bila masih terikat kedirian. Bagi orang semacam ini,
semua makhluk memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahwa inilah pintu
kemuliaan bagi para mukmin dan para saleh, dan pintu terdekat kepada
keikhlasan.
Kesembilan, bersih dari segala harapan insan,
dan tak merasa tergoda hatinya oleh milikan mereka. Sungguh, inilah kemuliaan
besar, ketakbutuhan sejati, kerajaan besar, pujian agung, kepastian nan tegar
kepasrahan sejati kepada-Nya. Inilah pintu segala pintu kepasrahan kepada-Nya,
yang memampukan orang meraih ketakwaan kepada-Nya, dan pencipta ketertarikan
sempurna dengan-Nya.
Kesepuluh, rendah hati. Dengan ini, sang
hamba termuliakan dan sempurna di hadapan Allah (Mahaagung Dia) dan insan. Inilah
sifat penyempurna kepatuhan, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala
suka dan duka, dan inilah kesalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang
hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia berkata, “Mungkin orang ini lebih
baik dariku di hadapan Allah, dan lebih tinggi kedudukannya.”
Mengenai orang kecil, sang hamba
berkata, “Orang ini tak menentang Allah, sedang aku menentang-Nya; sungguh ia
lebih baik dariku.” Mengenai orang besar, sang hamba berkata, “Orang ini telah
mengabdi kepada-Nya sebelum aku.” Mengenai orang alim, sang hamba berkata,
“Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak
kuperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui, dan ia bertindak dengan
pengetahuan.” Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata, “Orang ini tak
mematuhi-Nya karena tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan
kutak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya.” Mengenai orang kafir, sang hamba
berkata, “Entahlah, mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku
akan menjadi tak beriman.”
Inilah pintu kasih sayang dan
ketakutan. Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya
dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh
Iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan
mencapainya, pintu kebanggan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan
cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan rohani tercampakkan.Inilah hakikat
pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah
terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa
hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari hatinya pada
segala keadaan, lidahnya sama, orang baginya sama. "Ia tak menegur
seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan
pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan," demikian Syaikh Abdul
Qadir Al-Jilani
BEGINILAH DIALOG NABI MUHAMMAD SAW KETIKA BERTEMU ALLAH SAAT
ISRA' MI'RAJ
ADALAH DIFIKIRKAN AMAT PERLU MENGHAYATI
PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ ITU KERANA DISINILAH LETAKNYA DALIL KENAPA SEMUA MURID
YANG MEMPELAJARI TARIQAT UNTUK SAMPAI BERTEMU ALLAH BAGI TERUS DUDUK DIALAM
HAKIKAT DAN SETERUSNYA MENCAPAI MA’RIFAT KEHADRAT ALLAH SWT. HAYATI KISAH INI..
Isra' wal Mi'raj adalah perjalanan
terindah yang dilalui Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Tidak
ada manusia di muka bumi yang diberi nikmat bisa bertemu langsung dengan Zat
Maha Kuasa, Allah 'Azza wa Jalla.
Isra' wal Mikraj menjadi detik paling
berkesan bagi Rasulullah SAW. Tidak heran umat Islam di dunia ikut memperingati
peristiwa ini setiap tanggal 27 Rajab yang jatuh setiap tahun. Menurut Dai
kharismatik asal Cirebon yang juga Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD)
Al-Bahjah, Buya Yahya, peristiwa Isra' Mi'raj tidak bisa dilihat dengan
kacamata akal dan pikiran manusia. Rasulullah SAW bertemu dan melihat Allah
Ta'ala ketika Mik'raj, maka cara melihatnya pun harus menggunakan hati dan
iman.
Dimulai dari kebingungan Rasulullah
SAW untuk memberi salam kepada Allah Ta'ala, hingga Allah mewahyukan salam yang
tepat dari hamba kepada-Nya iaitu: "ATTAHIYYATUL MUBAROKATUSH
SHOLAWAATUTH THOYYIBAATU LILLAH" (salam sejahtera yang penuh barokah
dan salam sejahtera yang amat baik adalah milik Allah Ta'ala).
Saat itu Allah menjawab: "ASSALAMU
'ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BAROKATUH" (Salam sejahtera,
barokah dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu wahai Nabi Muhammad SAW).
Kemudian salam itu diabadikan dalam perintah salat yang dibawa oleh Rasulullah
SAW dari perjalanan Isra Mi'raj. "Pesan yang bisa dibaca dari bacaan
Tasyahud ini adalah seorang hamba yang melakukan salat sebenarnya adalah
melakukan perjalanan menuju Allah dengan berbekal diri dengan 3 bentuk
kebaikan. Pertama adalah hubungan baik dengan Allah. Kedua, hubungan baik
dengan Rasulullah saw. Ketiga, hubungan baik dengan sesama manusia," kata
Buya Yahya dalam ceramahnya.
"Seorang hamba yang
benar-benar menghadap kepada Allah dan berusaha menjalin hubungan baik kepada
Allah ternyata tidak cukup, akan tetapi ia harus menjalin hubungan baik kepada
Rasulullah SAW," terang Buya Yahya.Digambarkan dalam tasyahud itu seorang
hamba yang menghadap kepada Allah di dalam salat ia harus mengucapkan salam
kepada Rasulullah SAW untuk keabsahan sebuah penghambaan dan penghadapan. Salat
merupakan ibadah yang digambarkan sebagai penghadapan khusus seorang hamba
kepada Allah, akan tetapi justru di saat lagi khusuk-khusuknya kepada Allah,
seorang hamba harus mengingat makhluk agung Rasulullah SAW di dalam salatnya. "Ya
Rasulullah SAW alangkah agungnya dirimu di saat kami menghadap Penciptamu
ternyata penghadapan kami pun tidak dianggap benar jika kami tidak
mengingatmu," kata Buya Yahya.
Ternyata tidak cukup hanya
mengingat akan tetapi harus mengucapkan salam dengan salam yang seolah-olah
berdialog langsung dengan Rasulullah SAW. Artinya, sebanyak apapun seseorang
beribadah kepada Allah dengan sujud puasa dan haji yang tidak terhitung
ternyata tidak ada maknanya jika tidak diiringi kecintaan kepada Rasulullah SAW
dan banyak membaca salawat untuknya. Pesan selanjutnya, yang sudah baik kepada
Allah SWT dan Rasulullah SAW saja ternyata belum dianggap benar seperti yang
digambarkan dalam bacaan tasyahud. Iaitu jika seorang hamba dalam salatnya
berhenti pada salam kepada Rasulullah SAW dan tidak melanjutkannya maka
penghadapannya kepada Allah pun tidak dianggap sah.
Maka demi kesempurnaan salatnya, seorang
hamba harus mengucapkan "ASSALAMU ALAINA WA’ALA ’IBADILLAHISH
SHOLIHIN" (kesejahteraan semoga terlimpah kepada kami semua hamba
Allah dan hamba-hambaNya yang soleh). Maknanya ini adalah sebuah upaya
menciptakan keindahan kepada sesama yang diikrarkan oleh seorang hamba disaat
seorang hamba lagi khusuk menghadap kepada Allah. Hal itu menunjukkan begitu
besarnya kewajiban kita kepada sesama manusia. Sehingga belum dianggap baik
seorang hamba yang banyak salat, puasa dan membaca salawat kepada Rasulullah
SAW jika belum bisa menjalin hubungan baik kepada orang tua, saudara, tetangga
dan masyarakatnya.
Ketika kita hendak keluar dari solat
pun kita harus mengucapkan kalimat "ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH"
dan bukan zikir-zikir lainnya seperti Laailaaha illallah dan Subhanallah. Itu
artinya kita diingatkan kembali bahwa setelah salat kita akan berhadapan dengan
sesama kita. Sudahkah kita siap untuk menjalin keindahan dengan sesama tanpa
dusta, gunjingan, aniaya dan perbuatan yang merugikan orang lain? Itulah
pendidikan keindahan yang bisa dipetik dari makna salat dan kisah Isra wal
Mi'raj. Sungguh benar orang yang telah salat dengan benar akan terhindar dari
kekejian dan kemungkaran.
Setelah itu membaca DUA KALIMAH
SHADATAI bagi mengukuhkan lagi keimanan dengan dua kalimah yang diambil
melalui wasilah dan rabitah dari tangan ke tangan hingga menyampai ketangan
Rasulullah saw. Disinilah kepentingan wasilah dan rabitah pada shadatai itu
kerana dgn cara itu saja shadatai itu akan diterima Allah. Pada setiap solat 5
waktu terdapat 9 kali membaca shadatai sebagai pengakuan kebesaran Allah pada
zat dan sifatNya yg Mahabesar dan Mahapencipta. Diwaktu itu kedudukan 2 kalimah
shadarai itu dikedudukan NurulAllah dan NurMuhammad yg tercantumkan menjadi
satu didalam hakikat Makrifatullah dan Hakikatullah. Maka dengan sendiri ia
menjadi dalil mengapa setiap salik wajib melakukan solat 5 waktu dan waktu
inilah kegunaan Marafatullah dan Hakikat itu diperlukan. Malah pada seluruh solat
dari takbbirraktulhiram hinggalah salam menjadi wajib dalam kedudukan
bermakrifat dan berhakikat kehadrat Allah SWT. Barulah sempurna solat itu
dengan selengkapnya dan diterima Allah SWT.
Pekara ini tidak pernah diucapkan dan didedahkan selama ini
kerana semua guru merahsiakannya dari semua murid-murid kerana bukan semua
murid yang dapat “dianugrahkan” kefahaman
Marifatullah dan Hakikat atau juga disebut “mengenal
Allah”. Mengenal Allah hanya diperolehi atas ikhsan dan kasih saying
Allah SWT dan Rasulullah saw. Mereka yang tak mampu menyampai, maka mereka
hanya duduk di maqam syariat sahaja sampai mati. Tiada erti kata bahawa
seseorang itu mampu pergi sendirian utk bertemu Allah tampa wasilah dan rabitah
kepada Nabi saw dan melalui tangan-tangan guru-guru mereka. Kerana hanya Nabi
Muhammad saw saja satu-satunya manusia yang pernah mengadap kehadrat Allah SWT
secara sedar dan hidup. Dgn mengambil wasilah dan rabitah dari tangan Baginda
saja mampu utk menyampai kepada Allah SWT. Jika manusia yang mengaku mengenal
Allah lewat dirinya sendiri, maka Iblislah guru mereka. Hati-hati dengan kaum
ini.
Rasanya telah lengkaplah semua warkah dari pengajian syeikh
Mughyideen Abduk Qadir Jailani ini didedahkan untuk dikongsikan kepada anda
semua. Walupun dirasakan ada lagi yang tak dapat digali, maka segala kekurangan
itu saya serahkan kepada Allah SWT dan kepada Syeikh sendiri kerana kekurangan
yang saya miliki. Diharap warkah ini dapat memberi feadah dan pelajaran kepada
semua dalam menjalankan kerjabuat dalam amal dan ibadah menurut ajaran Syeikh
Mughyideen itu sendiri. Bersabarlah dan terus tekun diatas jalan ini walau
dimana pun kedudukan anda semua. Insyaallah pasti kamu akan Berjaya. Amin ya
rabal alamin.
Demikiankah warkah yang saya tulis di bhg 6, semoga ini membawa barakah, manfa,at, dan Ridho Allah swt, Syafa‘at
Rasulullah saw serta Karomah Auliyaillah khushushon Syeikh Mughydeen Abdul
Qodir Jailani ra selalu terlimpahkan kepada kita, keluarga dan anak-anak
keturunan kita semua Dunia dan Akhirat. Dan semoga kita terpelihara dari semua
bentuk kezaliman dunia dan akhirat yang didatangkan kepada kita dari manusia,
Jin, Syaitan dan Iblis. Semoga dengan berkat Syeikh kita mendapat ilmu yang
mengalir darinya dan mendapat Syafaat Guru dan pertolngan Allah diakhir hayat
kita nanti. Amien ya rabbal alamin…
Sekian dari saya,
SAMBUNGAN BAB 7
ZAMAN
Marhaban ya Ramadon
ReplyDeleteMaseh bertahan setelah 8 hari berpuasa. Alhamdulillah... Semoga Allah memberi kekuatan kepada ku dan kalian semua untuk terus berpuasa hingga keakhirnya. Hanya Allah saja yang boleh memberi kekuatan itu. Tampa kekuatan yang diberiNya... kita pastinya tak mampu bertahan. Hanya kepada Allah kita berserah dan memohon pertolongan. Amminn.
zaman
Salam semua... Kita dah raya pun. Kini dah hari raya ke 5. Alhamdulillah... berjaya jua kita enghadapi Ramadon dengan kesabaran dan ketahanan walaupun agak sukar sebenarnya. Cuma sedikit terkilan bila tengah sedap2 puasa... tiba2 hari raya. Hari raya tahun ini menengutkan. Jika ikut kiraan sepatutnya hari raya, hari Selasa bukan hari Isnin. Kalau hari Isnin kita cuma puasa 29 hari. Kurang sehari jika dibandingkan umat islam dinegara lain. Oleh kerana itu kita wajib ganti sehari. Dia orang bolehlah raya hari Isnin sebab dia orang puasa awal sehari. Yg kita dok mengada2 ikut mereka tu pasal apa ??? Tak ada sebab yg kukuh nak raya awal. Tak pasal2 hutang sehari. Siapa kena tanggung... kita jugak yg tanggung. Sabar je la...
ReplyDeletezaman
Assalam Tuan Zaman, apa pendapat Tuan berkenaan eskavasi harta karun pulau oak yg rancak dibuat sekarang...ada teori selain harta karun, ada artifak agama yg ditanam dan disembunyikan di pulau tersebut...
ReplyDeleteWaalaikumsalam... Kalau ikut didalam google, nampaknya seolah-olah seperti lubang itu adalah bekas lombong. Ikutkan ia merupakan pencarian bahan lombong seperti bijih timah atau bijih besi atau pun emas diwaktu itu. Tapi tiada dapatan apa2 pun sebenarnya. Jadi... amat sukar utk dipercayai didalam lubang itu terdapat harta qarun...atau lebih difikirkan sebagai emas.
ReplyDeleteNampaknya pencari2 harta qarun seluruh dunia masih saja berangan-angan boleh menemui emas atau harta qarun disitu. Malah ramai telah meninggal dunia akibat dari pencarian mereka itu. Oleh itu tak perlulah kita sebok dok fikir adanya harta qarun disitu, sebeleknya lebih baik kita terus menggali ilmu dan amal dalam islam yang tak pernah habis2. Waallahuaklam...
Zaman
Tok, tok dah balik dari Europe ke ??? Apa cite hari tu saya ada labur. Tp senyap ja.
ReplyDeleteLabur apa tu???
DeleteSiapa ni ? Tak ada pun dlm email. Misti kengkapkan dlm borang...
Delete