Saturday, May 05, 2018

Syiah bab 4


SYIAH  ATAU  SYIAHTISEM:
BAB 4

Image result for Fataawaa Mu’aasharah karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

Ikuti  sambungan masaalah Syiah dan  tajuk-tajuk seterusnya  didalam atikal berkenaan Syiah didalam bab 4 ini pula.

Nota dari Atok:

Penafian oleh golongan Syiah sangat biasa di Iran dan di seluruh dunia kerana mereka mengamalkan taqiah untuk menyembunyikan semua keburukan Iran apatah lagi berkenaan Mullah dan Ayahyullah. Atok sendiri pernah merantau dan tinggal di Tehran dan juga di Qum bagi mencari maklumat yang mendapat berbagai tentangan dan tekanan. Hinggalah atok dihalau dari Iran pada 2005. Jadi tulisan atok dan juga  sahabat-sahabat atok ini adalah rujukan yang benar kerana kami kebanyakannya bertindak sebagai penyelidik, pejuang kebenaran dan penyasat persendirian (ditanah Iran itu sendiri) kepada ajaran sesat Syiah untuk mencari bukti dan membuka keburukan disebalik wayang Syiah itu dan mendedahkannya kepada dunia terutama kepada umat islam Sunni/ASWJ supaya tidak tertipu oleh mereka. Jadi jika tulisan ini juga dibidas atau disangkal oleh penyokong kuat ajaran sesat Syiah walau dari mana pun mereka itu, maka tulisan ini adalah benar  dan lumrah bagi kami kerana kami telah pun berhadapan dengan tindakbalas mereka sejak mula lagi. Oleh itu pembaca usah risau dan bimbang kerana kita berada dipihak yang BENAR untuk mempertahankan akidah kita dan akidah umat islam Sunni atau ASWJ diseluruh dunia, terutama di Malaysia dan Indonesia.

Kalau di Indonesia mereka telah mendapat tempat kedalam masyarakat umum kerana sikap keterbukaan kerajaannya yang memberi mereka ruang dan bermaharajalela, serta golongsn syiah itu juga menggunakan tektik kotor dengan ‘umpan’ Mutaah gadis-gadis jelita, wang dan biasiswa melanjutkan pelajaran ke Universiti-universiti atau maktab-maktab Syiah di Iran. Graduan-graduan dari sinilah yang menjadi talibarut Syiah dialam maya ini dan juga diluar untuk menangkis orpendedahan keburukan mereka. Telah dikesan penolakan ini diberapa laman blog rakan-rakan seperjuangan kami yang ektif memperjuangan kebenaran daripada dakyah sesat Syiah yang amat merbahaya kepada diri kamu, keluarga kamu, masyarakat islam, kesatuan islam dan khususnya kepada Negara Islam. Berwaspadalah kamu semua daripada doktrin dan dakyah Syiah sesat ini supaya kamu terselamat dari fitnah akhir zaman bagi kehidupan dunia dan akhirat.
---------------------------------------------------------------------------------------

Penipuan Ulama Syiah (Seri-1)


Baqir Sharif al-Qurashi, seorang penulis syiah di dalam bukunya tentang Fathimah, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berkata:
“Ash-Shahristani mentioned from an-Nidham that Umar was shouting: ‘Set fire to her (Fatimah’s) house with all those in it.’ There were no but Ali, Fatimah, al-Hasan, and al-Husain inside the house. (see: The Life of Fatimah az-Zahra, chapter The attack on Imam Ali’s house)”
Buku ini dapat dilihat di: maaref-foundation.com  (lihat hal: 218)
Terjemah:
Ash-Shahristani menyebutkan dari an-Nidham bahwa Umar berteriak memerintahkan: “Bakarlah rumah dia (Fatimah) beserta semua yang di dalamnya.” Saat itu di dalam rumah ada Ali, Fatima, Al-Hasan dan Al-Husain. (Lihat: The Life of Fatimaaz-Zahra, sub bab The attack on Imam Ali’s house)
Dan di halaman 220:
Ash-Shahristani narrated from Ibrahim bin Sayyar that Umar beat Fatima until she aborted her fetus. He was shouting, ‘Set fire to her house with whomever in it!
Pernyataan dalam bentuk ini atau bentuk yang lain berulang-ulang ditulis dan dicatat oleh ulama dan penulis syiah lainnya.
Mari kita merujuk langsung buku asli yang ditulis oleh Shahristani untuk melihat bagian-bagian yang telah dibuang oleh mereka.

Scan buku “Milal wa Nihal” 1/51, Darul Kutub al-Ilmiyah:

Image result for Scan buku “Milal wa Nihal” 1/51, Darul Kutub al-Ilmiyah
Terjemah:
Dan dia (Nadham) telah menambah pernyataan dusta berikut: ‘Umar memukul perut Fatima pada hari baiat hingga Fatimah keguguran. Dan dia (‘Umar) berteriak memerintahkan: “Bakarlah rumah dia (Fatimah) beserta semua yang di dalamnya”. Saat itu di dalam rumah ada Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain.
Diskusi:
1.     Pertama telah jelas, berdasarkan Shahristani pernyataan dari Nadham bukanlah apa-apa melainkan pendustaan dan salah. Namun Baqir Sharif al-Qurashi tidak menampilkan pernyataan Shahristani. Hal demikian jelaslah satu penipuan dan pendustaan. (penipuan penulisan didalam buku ilmiahnya)
2.         Siapakah Nadham? Ia adalah Ibrahim bin Sayyar bin Hani, an-Nadham, Seorang berfahaman  Mu’tazilah dengan banyak juzuk keimanan yang salah dan sesat. Sebagai contoh Shahristani menyebutkan seperti berikut:

Ø   Nadham berkata, Allah tidak memiliki kekuatan diatas amal maksiat dan dosa, keduanya tidak didalam otoritas (Kekuasaan) Allah.
Ø   Dia menolak pendapat yang mengatakan Allah memiliki kehendak sendiri (Iradah)
Ø   Dia sangat jelas mendukung pendapat syiah tentang keimaman Ali dan memerangi shahabat.
3.  Semua Ulama Syiah itu mempunyai agenda memburuk-burukkan nama baik Sahabat Nabi saw secara sistematik dan supaya semua penganut Syiah membenci semua Sahabat Nabi saw itu. Lihatlah bagaimana fitnah terang-terangan dilemparkan kepada Saidina Umar alKhatab ra. yang tentu semua umat Islam diseluruh dunia pun tahu betapa dia sangat menghormati dan menyanyangi Fatimah azZahra rah. yang sudah tentu akan dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya setelah kewafatan Nabi saw. Tetapi ulama-ulama Syiah yang sangat busuk hatinya tergamak untuk melontar kata-kata kesat, sides dan berupa fitnah besar keatas diri seorang Sahabat, yang kemudian menjadikan seluruh penganut Syiah juga berangapan serupa seperti yang mereka rancangkan. Inikah peribadi muslim yang ada didalam Syiah, jika tidak mereka hanya mempunyai akhlak seperti orang bukan islam dan selayaknya mereka ini dipanggil KAFIR LAKNATUALLAH!  
sumber:
scan buku diambil dari: devilsdeceptionofshiism.wordpress.com

Ritual Sujud Untuk Fathimah:

Ketika orang-orang Nashrani bersikap ghuluw kepada Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam hingga mereka menjadikan Beliau sebagai tuhan, kaum Syi’ah pun tidak mau kalah. Mereka menjadikan Ahlul Bayt sebagai bahan dusta mereka dengan menyatakan bahwa Fathimah adalah tuhan.  Berawal dari ketidak-sengajaan Saya saat men-search page di facebook, hingga Saya pun mendapatkan sebuah page sesat dari agama syi’ah, yang diantara kesesatan page tersebut memuat note syirik seperti berikut :

 
Note pada page tersebut berisi tentang Istighotsah Imam Baqir Rahimahullah kepada Fathimah Radhiyallaahu ‘Anhaa. Dan melihat isinya yang penuh dengan unsur ke-syirik-kan, maka Saya pun langsung tertarik untuk mencari yang lebih gila dan lebih busuk daripada itu. Namun sebelumnya, mari kita lihat satu saja riwayat yang ada pada note tersebut sebagaimana dalam biharul anwar juz 91 halaman 30, dari Abu ‘Abdillah (Imam Ja’far Ash-Shadiq) :
إذا كانت لك حاجة إلى الله وضقت بها ذرعا فصل ركعتين فإذا سلمت كبر الله ثلاثا وسبح تسبيح فاطمة ع ثم اسجد وقل مائة مرةيا مولاتي فاطمة أغيثينيثم ضع خدك الأيمن على الأرض وقل مثل ذلك ثم عد إلى السجود وقل ذلك مائة مرة وعشر مرات واذكر حاجتك فان الله يقضيها
 “Jika engkau memiliki hajat kepada Allah dan hajat itu membuatmu sempit, maka sholatlah dua rokaat. Tatkala engkau selesai salam, maka bertakbirlah tiga kali dan bertasbihlah dengantasbih FATHIMAH ‘alaihassalam, LALU SUJUDLAH dan BACA 100 KALI (dengan bacaan) : “DUHAI MAULAA-KU FATHIMAH.. TOLONGLAH AKU..” Lalu letakkan pipi kananmu ke tanah dan bacalah seperti tadi. Kemudian kembalilah bersujud dan baca doa tadi 110 kali lalu sebutkan hajatmu, maka Allah akan mengabulkannya” [www.yasoob.com/books/htm1/m013/13/no1370.html]
Apa yang terlintas di benak anda saat melihat kekufuran di atas? Sungguh bathil bukan? Dan tentu akal dan hati memberontak, menolak, dan berlepas diri dari yang demikian. Bahkan orang-orang yang awam agama pun mudah untuk mengerti bahwa hal di atas merupakan kesesatan yang amat nyata.
Bentuk kekufuran mereka di atas sudah bukan hal yang asing lagi dan banyak tersebar di web-web juga kitab-kitab besar mereka. Misalnya adalah Kita ambil satu contoh saja, yaitu lihatlah pada salah satu blog syi’ah berikut ini :

 
Mereka menghias temanya tentang apa yang harus diucapkan ketika sujud syukur untuk AMPUNAN DOSA dan memohon hajat [ما يقال في سجدة الشكر لغفران الذنوب ولطلب الحاجة]. Padanya juga dimuat riwayat seperti di atas ditambah dengan riwayat-riwayat yang lain. Lalu jika anda menggesernya ke bagian bawah lagi, anda akan menemukan ada seorang akun yang dengan begitu bangga akan kesyirikkannya mengucapkan :

  يا مولاتي فاطمة .. أغيثيني

“Duhai Maulaa-ku Faathimah.. Tolonglah Aku..”
Permohonan tersebut diucapkannya berkali-kali!!!



Hal ini tidak hanya diyakini oleh mereka-mereka yang awam, namun juga oleh ulama-ulama mereka, dan ini adalah petanda bahwa yang demikian memang menjadi bagian dari aqidah mereka, misalnya adalah Ibrahim Al-Ansari dalam kitabnya Al Wasilah Ilaa Allaah halaman 7,

 

 

dia menyebutkan bahwa ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallaahu ‘Anhu berkata :
لم تكن الزهراء امرأة عاديَّة، بل كانت امرأة روحانيَّة ، امرأة ملكوتيَّة ، إنساناً بكلِّ ما للإنسان من معنى ، إنَّها موجود ملكوتي ظهر في عالمنا على صورة إنسان ، بل موجود إلهي جبروتي ظهر بصورة امرأة 

“Fathimah Az-Zahra bukan wanita biasa…melainkan seorang wanita (yang bersifat) malaikat. Tapi dia memiliki sifat manusia seutuhnya. Bahkan dia adalah makhluq bersifat malaikat yang menampakkan diri dengan wujud manusia… Bahkan ia adalah kewujudan Tuhan Yang Jabarut (Yang Gagah Perkasa) dalam bentuk Wanita“.
Begitu pula dengan Syed Fadil al-Mas’udi dalam kitabnya al-Asrar al-Fatimiah seperti berikut :
       
Perkataan di atas ini dinukil oleh pengarang kitab (Fadil Al-Mas’udi) sebagaimana yang terlihat pada footnote kitabnya di atas dari perkataan Ayatusy-Syaithan Khomeini pada kitabnya al-Mar’ah fil Fikri al-Imam al-Khomeini, halaman 23-24, yang dimana hal tersebut turut dimuat pada situs resmi khomeini berikut ini :


Khomeini berkata :
لم تكن الزهراء امرأة عاديَّة، بل كانت امرأة روحانيَّة ، امرأة ملكوتيَّة
Fathimah Az-Zahra bukan wanita biasa…melainkan seorang wanita (yang bersifat) malaikat…
بل هي كائن ملكوتي تجلّى في الوجود بصورة إنسان، بل كائن إلهي جبروتي ظهر على هيئة امرأة

bahkan dia adalah makhluq bersifat malaikat yang menampakkan diri dengan wujud manusia…bahkan ia adalah kewujudan Tuhan Yang Jabarut (Yang Gagah Perkasa) dalam bentuk Wanita…
غداً ذكرى مولد الكائن الذي اجتمعت فيه المعنويات والمظاهر الملكوتية والإلهية والجبروتية والملكية               والإنسية

Esok adalah hari peringatan kelahiran wujud yang berhimpun padanya sifat maknawi , zhahir malaikat, Ilahiyyat (Ketuhanan), Jabarutiah (Kekuasaan Tuhan), Malaikat dan Insan…
من مرتبة الطبيعة الى مرتبة الغيب.. الى الفناء في الألوهية، وإنّ هذا المعنى متحقق في الصدّيقة الزهراء

daripada martabat tabii kepada martabat ghaib kepada fana’ (melebur) dengan Ilahi (sifat keTuhanan) dan semua makna (sifat) ini terealisasi pada Ash-Shiddiqah Az-Zahra..
Wujud dari keyakinan sesat mereka di atas teraplikasikan oleh amalan mereka sendiri yang dimana ulama mereka mengajarkan untuk bersujud kepada Fathimah Radhiyallaahu ‘Anhaa. Lihatlah apa yang telah dinyatakan oleh ulama mereka yang bernama Hasan Abthahiy pada Kitabnya Anwar Az-Zahra, pada halaman 45 disebutkan seperti berikut :
  
Soal :
هل يجوز السجود لفاطمة ؟
Apakah diperbolehkan bersujud kepada Fathimah ?
Jawab :
ورد فى الروايات انه يجب السجود بعد صلاة الاستغاثة بفاطمة الزهراء عليها السلام والقول مائة مره فى السجود يا مولاتى يا فاطمة اغيثينى 
“Telah disebutkan dalam riwayat bahwa hal tersebut adalah SUATU KEHARUSAN untuk SUJUD setelah shalat lalu meminta tolong / beristighatsah kepada Fathimah az-Zahra ‘Alaihas Salam. Dan menyebutkan 100 kali ketika sujud: “Duhai Maulaa-ku, Duhai Fathimah, Tolong Aku…”
ومن الطبيعى فاننا حينما ناتى على ذكر اسمها فى السجود ونطلب الغوث منها فلابد من التوجه اليها والسجود لها 
“Dan dari hal-hal adat dan alami pada kami, bahwa ketika kita menyebut namanya dalam sujud dan mencari pertolongan darinya, maka tidak ada cara kecuali bahwa kita harus bersujud kepadanya”
Lihat juga video berikut, sikap ghuluw syi’ah kepada Fathimah hingga mengatakan Fathimah sebagai tuhan :
https://youtu.be/VbkLXQoywrE
Itulah diantara kemiripan-kemiripan Agama Syi’ah dengan Agama Nasrani. Kaum Syi’ah menyatakan bahwa Fathimah adalah eksistensi tuhan yang berwujud seorang wanita, dan Kaum Nashrani menyatakan bahwa Yesus adalah anak tuhan. Syi’ah berdo’a dan bersujud kepada Fathimah sebagaimana orang-orang Nashrani berdo’a dan bersujud kepada Yesus.
Demi ALLAH, Islam berlepas diri dari yang demikian. Itu bukanlah Ajaran Islam Yang Mulia. Itu adalah Ajaran SETAN. Ahlul Bayt berlepas diri dari ajaran Syi’ah, dan Syi’ah pun berlepas diri dari Ahlul Bayt. Perbedaan antara keduanya sangatlah jauh bagaikan ujung timur dan ujung barat, bahkan lebih jauh lagi.
Syi’ah tidaklah mengikuti Ahlul Bayt melainkan hanya klaim dusta belaka sebagaimana orang-orang Nashrani mengaku-ngaku dan mengklaim bahwa diri mereka-lah pengikut sejati Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam, padahal Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam berlepas diri dari orang-orang Nashrani. Begitu pun dengan Ahlul Bayt, Ahlul Bayt yang mulia berlepas diri dari Syi’ah.
Betapa banyak orang-orang yang mengaku pecinta Islam, namun ajarannya justru bertentangan dengan Islam, maka Islam berlepas diri dari para pedusta tersebut.
Benarlah pepatah yang berbunyi :

كُلٌّ يَدَّعِي وَصْلاً بِلَيْلَى وَلَيْلَى لاَ تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَ 

“Setiap orang mengaku bahwa ia kekasih Laila, Namun sayang.. Laila sendiri tidak mengakuinya..”
Wallaahul Muwaffiq.
Oleh: Jaser Leonheart

PENDAPAT ATOK:
Taksub melampau yang diterapkan didalam ajaran Syiah hingga mengbawa kepada syirik kepada Allah SWT. Boleh dikatakan semua Maula atau Ayahtullah Syiah itu menyuruh kepada pekara syirik ini yang langsung terpesong dari landasan Syiriat Islam. Malah mereka semua secara sistematik dan bersepakat mahu menyesatkan seluruh umat Islam satu dunia tampa mempedulikan apa-apa yg diajarkan Nabi Muhammad saw dan apa yang telah diwahyukan Allah didalam al Quran. Semakin lama semakin jauh kesesatan yang mereka tunjukkan tampa segan silu lagi kerana mereka mempunyai kekuatan ketenteraan diNegara Iran. Malahan sekarang cuba pula menguasai Negara-negara jirannya supaya tunduk dengan ajaran sesat mereka secara paksa. Jika disebelah Asia Tenggara, mereka telah dapat menembusi benteng kuatnya iaitu Indonesia dengan target kepada penduduk Islamnya paling ramai didunia. Malah sedikit demi sedikit saban hari ada saja yang telah dapat mereka pujuk untuk menyertai ajaran mereka dengan segala bentuk kemewahan dunia seperti pekaj pelancungan mewah ke Iran, wang pembiyaan harian, biayasiswa melanjutkan pelajaran dan sex bebas (kawin Mutaah) tampa kos dll. Di Malaysia, walau penyebaran ajaran Syiah telah dapat dibendung namun masih ada  lagi saki baki manusia sesat ini yang masih saja bergerak secara senyap dibeberapa Bandar untuk menarek orang ramai menjadi ahli mereka. Maka usha harus kita kuatkan lagi bagi membenteras habis-habisan supaya tiada lagi umat islam yang boleh disesatkan mereka kepada ajaran Syiah dan Wahabi. Ini saja cara yang dapat kita bantu dalam agama dan perjuangan umat islam ASWJ sebagai tongak terkuat iman dan ajaran kebenaran akhir zaman ini. Diharap kalian juga turut serta bersama beberapa NGO islam ditempat kalian untuk berjuang bersama-sama Majlis Agama Islam negeri masing-masing bagi tujuan pembentrasan ini. Semoga usha mereka itu mendapat keberkatan dari Allah SWT .. amin.

Penipuan Ulama Syiah (Seri-2)

Kitab Mut’atu al-Nisaa’i fii al-Kitaabi wa al-Sunnah – Ja’far Subhani

أخرج الترمذي انّ رجلاً من أهل الشام سأل ابن عمر عن المتعة، فقال: هي حلال

Tirmidzi mengeluarkan/meriwayatkan bahwa seorang laki-laki dari Syam bertanya kpd Ibn Umar ra tentang 
“MUT’AH”. Ibnu Umar ra menjawab, “dia halal”

Kemudian di bawahnya ada catatan kaki, yaitu Sunan Tirmidzi juz 3 hal 186 hadits no. 824versi online : 


Kita bandingkan dengan apa yang terdapat dalam Sunan Tirmidzi juz 3 hadits no 824, cetakan Musthafa al-Halabi (halaman 176) :

أنه سمع رجلا من أهل الشام وهو يسأل عبد الله بن عمر عن التمتع بالعمرة إلى الحج فقال عبد الله بن عمر هي حلال

(Salim bin Abdullah) mendengar seorang laki-laki dari Syam bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang 
“TAMATTU’ BIL’UMRAH ILA AL-HAJJ”, maka Abdullah bin Umar menjawab :” dia halal”.

Kalau melihat riwayat yang terdapat di dalam Sunan Tirmidzi tersebut begitu jelas, yaitu tentang haji tamattu’, apalagi di dalam Sunan Tirmidzi riwayat tersebut terletak di dalam kitab al-Hajj, bahkan bab-nya pun maa jaa’a fi al-tamattu’. Oleh karena itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan mut’ah nisaa (mut’ah dengan wanita).

Tetapi apa yang dilakukan oleh Ja’far Subhani ? Dia mengarang buku yang dari judulnya sudah jelas sedang membahas mut’ah nisaa, kemudian menukil riwayat tersebut dan memasukkannya di dalam bab al-mut’ah fis-sunnah an-nabawiyyah dengan memutilasi teks agar sesuai dengan apa yang sedang dia bahas.

Tambahan: 
Ternyata Jafar Subhani (1) tidak sendirian :
di dalam kitab al-fushul al-muhimmah :

ونقل العلامة في نهج الصدق والشهيد الثاني في نكاح المتعة من روضته البهية عن صحيح الترمذي أن رجلا من أهل الشام سأل ابن عمر عن متعة النساء فقال : هي حلال . فقال : إن أباك قد نهى عنها . فقال ابن عمر : أرأيت إن كان أبي نهى عنها وصنعها رسول الله ( ص ) أتترك السنة وتتبع قول أبي

disini syarafuddin (2) malah lebih jelas lagi, menggunakan kata mut’ah an-nisa….Coba cari riwayat-nya imam Tirmidzi yg terkait dengan orang dari Syam bertanya kpd Ibnu Umar, orang itu bertanya tentang tamattu bil umrah ilal hajj… bukan mut’ah nisa!!

itu syarafuddin jg bawa-bawa allamah alhilli (3) – Nahjul Haqq wa Kasyf Al-Shidq:
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/nahj-haq/n12.htm#link95 – hal. 283

و في صحيح الترمذي قال سئل ابن عمر عن متعة النساء فقال هي حلال و كان السائل من أهل الشام

Satu lagi yg dari al-syahid al-tsani (4) – al-Raudhah al-bahiyah fi syarh al-Lum’ah
http://lib.eshia.ir/10102/5/283

وفي صحيح الترمذي أن رجلا من أهل الشام سأل ابن عمر عن متعة النساء فقال: هي حلال

ckckck parah, penipuan dalam kumpulan secara sistematik
Keterangan:
Haji tamattu’

Mut’ah nisaa ala syiah : Kawin kontrak yang terjadinya hanya memerlukan mahar dan batas waktu, sedangkan akadnya tidak perlu ada saksi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Fatwa Ayatulah Ali Sistani Tentang Mut’ah

Berikut beberapa Fatwa Ayatolat Al Sistani tentang mut’ah. Lihatlah bagaimana ‘ulama syiah Rafidhoh menghalalkan pelacuran berbungkus mut’ah!!
164 السؤال:
يوجد في مناطق تكون الحالة الاقتصادية فيها سيئة ، والنساء في هذه المناطق يتمتعن من أجل كسب المال فقط لا من أجل الشهوة .. فهل يجوز التمتع بهن ؟
:الفتوى
يجوز
sumber: alseraj.net

Terjemah:
Pertanyaan no.164:
Di sebuah tempat dimana kondisi keuangan masyarakatnya buruk, dan wanita di tempat ini melakukan mut’ah untuk mendapatkan uang bukan berdasarkan nafsu. Maka apakah ini dibolehkan untuk mut’ah dengan mereka?
Fatwa:
Dibolehkan
———————————————————————————
201 السؤال:
هل يجوز أن تمتعهن المرأة ، أو الفتاة زواج المتعة كمهنة ضمن الضوابط الشرعية تعيش وتتكسب من خلالها ؟
:الفتوى
يجوز
sumber: alseraj.net

Terjemah:
Pertanyaan no.201:
Apakah dibolehkan bagi wanita atau remaja (pr) menjadikan mut’ah sebagai profesi di bawah hukum syari’ah. Hidup dari penghasilan ini?
Fatwa:
Dibolehkan
——————————————————————————–
185 السؤال:
هل يستوجب زواج المتعة عقدا على الورق ؟.. وهل يستوجب شهودا ؟
الفتوى
لا يحتاج
sumber: alseraj.net

Terjemah:
Pertanyaan no.185:
Apakah wajib menulis kontrak mut’ah di atas kertas? Dan apakah wajib adanya saksi?
Fatwa:
Tidak diperlukan
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Al-Azhar dan Berbagai Elemen Islam Di MesirTolak Syiah


 
Berbagai utusan dan elemen Islam yang kemarin berkumpul di Al-Azhar menolak segala langkah untuk menyebarkan paham Syiah di negeri itu. Hal tersebut menyusul rencana didirkannya Husainiah (tempat ibadah ala Syiah) pertama di Mesir.
Mereka memastikan bahwa Mesir tetap merupakan benteng bagi Ahlussunnah wal Jamaah yang menjadi representasi satu milyar setengah kaum muslimin di seluruh dunia.

Dalam pertemuan tersebut hadir utusan dari organisasi Ikhwanul Muslimin, dakwah salafiyah, sejumlah ulama Al-Azhar, sejumlah anggota Majma Buhuts Islamiyah (Pusat Kajian Islam). Mereka menekankan pentingnya membendung dengan segenap kekuatan atau memotong setiap upaya penyebaran paham Syiah di Mesir.

Para peserta yang hadir dalam pertemuan, menutup diskusi mereka di Al-Azhar tersebut dengan mengeluarkan sebuah pernyatan yang menguatkan tentang penolakan keras mereka terhadap ajaran Syiah di Mesir dan menolak segala sesuatu yang menjadi simbol Syiah. Karena Mesir adalah negeri Suni terdepan.

Para peserta dalam pertemuan tersebut juga menolak masjid apapun yang dikhususkan untuk aliran dan kelompok tertentu secara khusus yang terpisah dari masyarakat umum dan merusak barisan mereka serta mengancam kesatuan spiritualitas dan sosial Mesir serta rakyatnya, apakah diberi nama Husainiyah, yang belakangan diketahui memiliki misi kelompok yang tidak dikenal oleh Ahlussunnah wal Jamaah di Mesir, atau dengan nama lain selain rumah Allah atau masjid. Dalam hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi-Ku adalah masjid dan para pengunjung-Ku di bumi adalah mereka yang meramaikannya.”

Para peserta memberikan isyarat bahwa “Al-Azhar Asy-Syarif dan kaum muslimin di belakangnya dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah ketika mengumumkan hal ini, bukan bermaksud mengumumkan permusuhan terhadap negara tertentu atau negeri Islam tertentu, akan tetapi mereka menolak total bagi setiap upaya pembangunan rumah ibadah yang tidak diberi nama Masjid atau Jami yang dapat menanamkan semangat kelompok, serta budaya membenci para shahabat Rasulullah saw yang mulia yang tidak dikenal oleh mayoritas kaum muslimin di negeri-negeri Ahlussunah wal Jamaah. Khususnya di Mesir, negeri tempat Al-Azhar Asy-Syarif berada yang selalu berusaha menjaga aqidah Ahlussunah wal Jamaah dari setiap penyimpangan orang-orang ekstrim dan manipulasi kaum sesat. Al-Azhar juga mengumumkan bahwa rakyat Mesir adalah orang yang paling mencintai dan menghormat Ahlul Bait Rasulullah saw serta para shahabat. Mereka tidak menerima sikap melebih-lebihkan dan manipulasi.

Di sisi lain, DR. Hasan Syafii, penasehat Syaikhul Azhar, menyatakan bahwa gejala baru di tengah masyarakat Mesir di antaranya berupa Husainiah dan penyebaran paham Syiah dapat mengancam kesatuan jalinan agama, sosial dan spiritual di Mesir. Sisi inilah yang dianggap penting oleh Al-Azhar. Yang kami pentingkan adalah memelihara suasana kehidupan beragama  yang hendak digiring kepada kondisi yang dialami oleh sebagian negeri-negeri Arab tetangga sehingga melahirkan pertikaian antara kelompok dan mazhab, padahal tidak ada pada kami perpecahan mazhab dan agama di Mesir.

Syekh Abdulah Syakir, dai Salafi berkata, “Kami telah rasakan bahaya Syiah sejak lama, dan kami telah mengadakan berbagai seminar. Kini kami datang untuk mempertegas bahwa Mesir akan tetap menjadi negeri Suni dan Tauhid.”

Sementara itu, pada hari ini pelaksana harian Iran di Kairo, Mujtaba Amani  telah tiba di Kantor Perguruan Al-Azhar untuk menemui DR. Ahmad Thayib, Syaikhul Azhar, sebagai upaya meredakan kemarahan Al-Azhar atas peran tersembunyi Iran terkait penyebaran paham Syiah.

Sebelumnya diberitakan bahwa penguasa Mesir telah menutup Husiniah yang diresmikan oleh seorang marja’ (rujukan) Syiah; Ali Al-Kaurani di Kairo. Berbagai sumber mengabarkan bahwa penguasa Mesir telah menyita berbagai stiker, rekaman dan selebaran-selebaran yang terdapat di sana dan menyampaikan kepada orang yang ada di sana bahwa keputusan bersifat final, tidak dapat diganggu gugat.

Peresmian Husainiah yang pertama di Kairo ini telah membangkitkan kemarahan mayoritas Suni di Mesir yang mereka anggap sebagai sebuah langkah penyebaran paham Syiah di Mesir.


Admin: Video pernyataan Al-Azhar

-------------------------------------------------------------------


Sifat ekstrim Syiah kepada Imam Mereka.

Ayatulat al-Khomenei di dalam kitabnya yang terkenal yaitu “Hukumatul Islamiyah” menulis:
Sesungguhnya termasuk hal yang mendasar dalam madzhab kami, bahwa imam-imam kami mempunyai kedudukan yang tidak sampai kepadanya malaikat muqarrabiin dan tidak pula para nabi yang diutus sekalipun.
Dan mari juga kita lihat jawaban dari pertanyaan serupa di atas yang ada di website syiah aqaed.com:

الذي عليه أكثر علمائنا المتأخرين ان الأئمة الاثني عشر أفضل من جميع الأنبياء حتى أولي العزم

(tentang hal itu) Mayoritas dari ulama muta’akhirin berada (pada keyakinan) bahwa 12 Imam lebih utama dibanding seluruh nabi bahkan ulul ‘azmi.

Menanggapi hal ini, salah satu ‘ulama besar Ahlussunnah, Al-Qadi ‘Iyad Al-Maliki di dalam kitabnya Al-Shifa:
و كذلك نقطع بتكفير غلاة الرافضة في قولهم : إن الأئمة أفضل من الأنبياء
Dan Juga kita katakan kafir kepada ekstrimis rafidhoh atas pernyataan mereka bahwa para imam lebih utama daripada para nabi.
 
Dan mari juga kita lihat jawaban dari pertanyaan serupa di atas yang ada di website syiah aqaed.com:
الذي عليه أكثر علمائنا المتأخرين ان الأئمة الاثني عشر أفضل من جميع الأنبياء حتى أولي العزم
(tentang hal itu) Mayoritas dari ulama muta’akhirin berada (pada keyakinan) bahwa 12 Imam lebih utama dibanding seluruh nabi bahkan ulul ‘azmi.
Menanggapi hal ini, salah satu ‘ulama besar Ahlussunnah, Al-Qadi ‘Iyad Al-Maliki di dalam kitabnya Al-Shifa:
و كذلك نقطع بتكفير غلاة الرافضة في قولهم : إن الأئمة أفضل من الأنبياء
Dan Juga kita katakan kafir kepada ekstrimis rafidhoh atas pernyataan mereka bahwa para imam lebih utama daripada para nabi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam pada orang sebuk dengan mengatakan dan mencari jalan penyelasaian antara Syiah dan Sunni, timbul pulak cerita tergempar di Iran berkenaan satu skandal yang mengundang kemarahan kepada pengikut mereka. Orang yang mereka percaya dan sanjung rupa-rupanya menjadi ular dalam lipatan. Dia pulak bersenang-senang dengan perampuan simpanan (mutaah ke tak?). Dah lah guna duit orang awam untuk membayai kehidupan mewahnya, dia pulak membuat onar dibalek kesusahan rakyatnya. Harapkan pagar, pagar makan padi. Ikuti kisahnya dibawah ini:

Skandal Seks Pembantu Rapat Ayatullat Sistani

Seorang petinggi ulama Syiah harus dipecat dari jabatannya setelah video mesumnya diposting di internet yang membuat marah masyarakat ‘relijius’ Syi’ah di Irak dan mencoreng citra lembaga tertinggi dari sekte agama tersebut.

Munaf Hamdan Naji al-Mosawi, seorang pembantu dekat ke Ayatollah Ali al-Sistani selama 11 tahun, terpaksa harus bersembunyi setelah rekaman video mesumnya yang direkam di ponsel miliknya harus berakhir tersebar di tangan para tetangganya, yang kemudian berpawai menuju rumahnya di Amara untuk meminta kembalinya sumbangan keagamaan mereka.

Kontroversi, yang belum dilaporkan oleh media nasional ini – mungkin karena terlalu sensitiv – tetapi telah banyak didiskusikan dan dilaporkan di internet, telah memicu perdebatan tentang perilaku moral wakil agama serta menimbulkan tuduhan kemunafikan dari pengikut Syi’ah di negara tersebut.

Beberapa pengamat melihat peristiwa ini menjadi pukulan bagi reputasi Marjaya, badan tertinggi agama Syi’ah di Irak , dan bahkan mempertanyakan terungkapnya viedo mesum ini menjadi penghakiman bagi ulama Syi’ah yang sangat dihormati dan populer Ayatollah Ali al-Sistani , salah seorang petinggi ulama Syi’ah di dunia.

Kasus ini merupakan skandal seks publik pertama yang menimpa seorang pemimpin agama Syi’ah senior di Irak, video mesum itu diduga telah menjadi menyulut kontroversi – meskipun klaim dari wartawan lokal para ulama Syi’ah dan pejabat di kota ultra-konservatif Amara memerintahkan mereka untuk mengabaikan soal beredarnya video esek-esek yang melibatkan seorang ulama Syi’ah tersebut.
“Saya telah melihat video itu. Yang menunjukkan adegan seks [Mosawi] yang sama sekali tidak memiliki pemahaman tentang moralitas atau etika. Seorang ulama. Adalah simbol dari agama. Ketika mereka melakukan sesuatu yang salah seperti ini, seluruh agama bisa tampak salah di mata para pengikutnya,” kata Mohammad Hussein (45 tahun), pekerja pemerintahan Syi’ah di Amara.

Sumber IWPR mengatakan bahwa rekaman, yang beredar di tengah publik ketika Mosawi kehilangan kartu memori telepon-nya. Dan ternyata didalam kartu memori ponselnya tersebut terdapat rekaman video yang menunjukkan ulama Syi’ah itu telanjang dan terlibat dalam adegan mesum dengan istrinya dan dalam sebuah video yang terpisah, terdapat perempuan lain yang merupakan istri Mut’ahnya. Warga yang telah melihat secara lengkap isi dari kartu memori milik Mosawi mengatakan ada gambar sebanyak 18 perempuan lainnya yang ‘bermain’ bersamanya.

Sumber IWPR mengatakan video itu dengan cepat menyebar di kalangan penduduk setempat melalui ponsel dan beberapa video kemudian di upload ke internet.
Pada tanggal 29 Juni salah satu versi ‘non-porno’ video Mosawi diposting di situs YouTube, sudah dilihat hampir 80.000 orang. Beberapa video Mosawi dijadikan ‘bahan’ propaganda anti-Syiah.

Menurut sumber yang akrab dengan iman Syi’ah, bahwa Mosawi diduga terlibat dalam seks dengan dua wanita tidak menjadi masalah. Faktanya dia memfilmkan adegan mesumnya, dan hal itu dianggap ‘tabu’, terutama bagi seorang ulama terkemuka.

Ternyata gini sensasinya punya temen aliran syiah. 

Ketika skandal itu menjadi tersebar di antara rekan-rekan sesama ulama Syi’ah, Mosawi segera dicopot dari jabatannya sebagai wakil Sistani di Amara dan provinsi di sekitarnya provinsi Maysan, sumber IWPR mengatakan.
“Ayatollah Sistani tahu tentang insiden ini dari orang-orang yang biasa datang ke kantor kami dan memberitahu kami bahwa video mesum Mosawi telah menjadi fitnah bagi reputasi Marjaya dan reputasi dari semua umat Syiah,” kata seorang ulama di kantor Sistani di Najaf, yang menolak untuk disebut namanya.
“Setelah kami memeriksa dengan orang-orang kami di provinsi Maysan, Ayatollah Sistani mengeluarkan pernyataan kepada kami yang menjelaskan bahwa Mosawi tidak lagi mewakili Marjaya,”
Pihak berwenang di provinsi Maysan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi siapa pun yang tertangkap tangan sedang menonton atau mendistribusikan video mesum tersebut, namun tidak ada tuduhan yang diajukan terhadap Mosawi sendiri.
IWPR berusaha untuk menghubungi Mosawi untuk dimintai komentar tetapi tidak dapat melacak keberadaannya.
“Tindakan Mosawi sepenuhnya tidak etis dan situasi di Maysan menjadi tidak stabil. Kami telah bekerja keras untuk menjaga keamanan di sini dan. Menyakitkan melihat rekaman tersebut dilihat oleh anak-anak muda dan perempuan,” kata Saad Hussein al-Mosawi, juru bicara Maysan dewan provinsi.
“Kami benar-benar terkejut ketika kami melihat video mesum seorang ulama kami. Padahal kami menganggapnya sebagai orang suci. Dia adalah contoh ketaatan dan kami menjadikan dirinya tempat untuk membayar zakat . Sebagai tetangganya, kami tidak pernah ragu tentang dia. Saya terkejut sama seperti semua orang dan sekarang saya khawatir tentang wanita-wanita di keluarga saya,” kata Jawad Kadhim, 40, seorang guru dan tetangga Mosawi.
Seorang pemimpin kesukuan, Syaikh Abdul Jabbir Hussein al-Maliki, yang terkait dengan wanita kedua di video mesum itu mengatakan dia tidak akan dihukum karena itu bukan salahnya, dia hanya menjadi ‘korban.”
“Kami menyerukan pada Marjaya untuk memeriksa para wakil-wakilnya lebih dekat untuk menghindari tindakan-tindakan seperti itu di masa depan. Kegiatan seperti ini dapat menyebabkan perkelahian tanpa akhir dan pertempuran dan kami tidak punya waktu untuk itu,” katanya.
Seorang insinyur Syi’ah di Baghdad, mengatakan, “Sungguh, aku heran. Semua orang telah bercerita tentang video ini, dan aku benar-benar harus mempertimbangkan apakah akan tetap mengikuti perintah Marjaya dan Sistani. “
“Ayatollah Sistani adalah pemimpin dihormati tidak hanya di Irak, namun di seluruh dunia. Reputasi-Nya tidak akan terpengaruh dengan tindakan buruk seperti ini,” kata seorang anggota Marjaya yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas subyek ini.
Namun, Syaikh Haider Abdul Ghaffar al-Ansari, seorang ulama senior di Amara dan penasihat Sistani, mengakui skandal itu telah mengguncang masyarakat Syi’ah.
“Mosawi tidak lagi wakil dari Marjiaya, Ayatollah Sistani telah mencopotnya dari jabatannya. Dan Kita tidak tahu di mana dia sekarang. Dan dia saat ini sudah tidak mewakili Marjaya sama sekali,” katanya.(fq/IWPR)

Sumber Komentar: Mut’ah dikalangan syi’ah sudah biasa, yang tak boleh ialah mendokumentasikannya!!!! Jadi maksudnya Mut'ah itu halal... astfirullah
---------------------------------------------------------------

Seorang Pendebat Syiah di Forum Dunia Maya Bertaubat dan Kembali Menjadi Sunni

 Related image  Related image 

Dia adalah Wasil atau Walid (1). Di forum Islamic-forum.net, dia berdiskusi dengan salah seorang sunni yang bernama Farid. Mereka berdua dikenal keilmuannya di dalam ilmu hadist. Tema yang diangkat pada diskusi itu adalah tentang Abu Hurairah (perawi sunni) Vs Ibrahim bin Hashim Al-Qummi (perawi syiah). Kedua perawi ini banyak meriwayatkan hadist yang banyak terdapat di kitab hadist sunni dan syiah. Diskusi tersebut dimulai pada tanggal 11 agustus 2011 dan berakhir pada tanggal 8 desember 2011. Diskusi dapat dilihat di Munazara: Farid vs Wasil (Walid) Most Significant Narrator: Abu Huraira vs Ibrahim bin Hashim Al-Qumm
Berikut ini adalah kutipan pernyataan taubat wasil saat berdiskusi dengan Hani, salah seorang anggota di forum tersebut. Hani mengatakan bahwa kutipan ini ia sampaikan dengan seizin wasil:
ME:
…two things pushed me away from them, one is more important than the other:
1-They lie even to their closest friends, and I found out a bit too late that my best friends who were Shia were lying to me the whole time, and we had a fight, and they insulted everything I hold dear to me and I couldn’t defend my religion because I was clueless at the time.
2-The extreme sadness and hatred in their Madhab, which is reflected in their hearts and attitudes towards us, I can’t believe that this beautiful religion can produce such great deep hatred, I thought to myself this can’t possibly have come from Allah.
^ these were two things I noticed in the beginning, two other main things that I noticed recently are:
1-Takfeer, I’ve never seen a sect in my life who has made this much Takfeer on people (Even against other Shia who are supposedly loyal to Ahlul-Bayt).
2-To be honest not much difference between the concept of an Imam and the concept of a Prophet…which is fishy..
What do you think? have I judged wrongly?
Walid:
yes akhi you are correct. i have noticed lots of deception and lies too and in my nature i always loathed lies. i mean i was a shia and still i was called nasibi by some so i can imagine what they think of sunnis. not all of them though as there’s some good elements but they are the exception. when it comes to beliefs they do everything they can to appear right. in normal day to day life i believe you can have shia friends but u must leave religion out of it otherwise it ends sour. i saw your post about me (the latest) and you are correct as i repented inshallah allah forgive me and bless me and you and our families and all muslims and good people. May allah forgive me for what i did and said against sayida aicha and many sahabah ridhwan allahi alaihim ajmaeen. 
pray for me akhi as i am very ill and need your prayers jazakallahu khairan
by the way i am not ash’ari but just sunni maliki who follows his heart far away from deviances of many sufis may allah forgive them and i am not a salafi in the modern sense of the word. I am just a moderate sunni or trying to be one. May allah forgive me and help me and all muslims. ameen. love . your brother walid
terjemah bagian yang di bold:

Saya telah lihat tulisan kamu tentang saya dan kamu benar bahwa saya telah bertaubat insyaAllah, Semoga Allah mengampuni saya dan memberkati saya dan kamu, keluarga kita dan seluruh muslim dan orang-orang yang baik. Semoga Allah mengampuni saya atas apa yg telah saya lakukan dan katakan untuk menentang sayyidah aisyah dan banyak shahabat ridhwan allahi alaihim ajmaeen. Doakan saya, karena saya sangat sakit/menderita dan saya butuh doa kamu. Jazakallahu khairan
ME:
I’ll post that last one
Walid:
brother please convey this ” before Allah most high i repent from insulting or doing takfeer upon any muslim who says la ilaha illa allah mohamed rasool allah. i ask people i insulted or said bad things to them to forgive me and this is from the bottom of my heart and allah is my witness that i am telling the truth. One thing i hope sunnis do: don’t let your hatred for many shias today or all of them push you towards unintentional disrespect towards ahlbait. as sunnis we love sahabah and ahlbait and were ordered to do so. alhamdulilleh for the “ni3ma” of islam that allah gave us.ws
ME:
It’s time for Maghrib prayer, we’ll make Du`a for you insha-Allah so that the Lord of the majestic throne can heal you with a healing that leaves behind no outward or inward aliment.
– END –
Pernyataan ini telah dikonfirmasi oleh Wasil sendiri di forumofislam.org. Di forum ini wasil adalah salah satu Admin. Berikut kutipannya:


Submission: Aslam alaikum
On HCY site today, Hani claims he spoke to Wasil & he has come back to the path of sunnis again. Is this true bro Wasil?
Terjemah: di website HCY hari ini, Hani mengklaim bahwa dia berbicara kepada wasil dan wasil berkata kepadanya bahwa dirinya telah kembali kepada jalan sunni. Apakah ini benar sdr. Wasil?
Wasil: yes brother it’s true. I am still your brother but a sunni one. i am not saying what’s right or wrong but i was born a sunni and this side of me outweighed the acquired side in the end. I still think ali(as) is superior to all after rasool allah(saww) but i am a sunni. please understand my brothers.
Terjemah: Iya saudaraku, itu benar. Saya masih saudaramu tetapi dari sunni. Saya tidak mengatakan yang mana yang benar atau salah tetapi saya telah lahir sebagai sunni dan sisi saya ini lebih berat pada akhirnya. Saya masih berfikir bahwa ali(as) di atas semua (shahabat) setelah rasoolallah (saw) tetapi saya seorang sunni. Mohon pengertiannya saudaraku.
zulfeqar: Brother wasil, praising abu bakar , or omar does not make one sunni or shia. but the belief in 12 imam does. So do you still believe or not in 12 imam starting from Imam Ali as.
Terjemah:Saudara wasil, memuliakan abu bakr atau omar tidak membuat seseorang sunni atau shia. Tetapi kepercayaan kepada 12 imam yang membuat itu. Maka apakah kamu masih percaya atau tidak terhadap 12 imam dimulai dari imam Ali as.
Wasil: I prefer Ali(as) to all after rasool allah and i respect and love the imams but i am not a shia anymore. brother we go a long way back and i love you from the bottom of my heart so please respect my choice akhi. Isn’t it enough that i am your muslim brother and friend ?please brother understand me
Terjemah: Saya lebih kepada Ali(as) atas semuanya setelah rasool allah dan saya menghormati dan mencintai para imam tetapi saya bukan syiah lagi. Saudaraku, kita telah pergi jauh jalan kembali dan saya mencintaimu dari lubuk hatiku terdalam maka tolong hormati pilihan saya saudaraku. Apakah tidak cukup bahwa saya adalah saudara muslim mu dan teman? Tolong saudaraku, fahami aku.
Ibn Hasan (Admin): No brother it is not about Loving Shia Imams even sunni loves them very few though(all Imam i mean)..what about following them..please be open please tell us what belief u have drop
Terjemah: Bukan saudaraku, ini bukan tentang mencintai para imam syiah bahkan sunni mencintai  mereka meskipun sedikit.. bagaimana tentang mengikuti mereka..tolonglah terbuka dan katakan kepada kami tentang keyakinan yang telah engkau tinggalkan.
Wasil: they were role models but i don’t believe they are masoom. I can follow them as pious people: their akhlaq and their ways and their love for islam and muslims. Brother please understand me: i am your sunni brother and this is my choice after a lot of thinking!. i don’t care who is right and wrong but i am at peace with myself being a sunni. My heart led me back to sunnism akhi. you are a civilised person and a good friend so please respect my choice akhi
Terjemah:Mereka adalah tokoh panutan tetapi saya tidak percaya bahwa mereka ma’sum. Saya dapat mengikuti mereka sebagai orang yang shalih, akhlak mereka, jalan mereka dan cinta mereka kepada islam dan kaum muslim. Saudaraku tolong fahami saya: saya adalah saudara sunni mu dan ini adalah pilihanku setelah pemikiran yang panjang! Saya tidak peduli siapakah yang benar dan salah tetapi saya merasa damai dengan diri saya sebagai sunni. Hati saya menuntun kembali kepada sunni. Kamu adalah orang yang beradab dan teman yang baik maka tolong hormati pilihan saya saudaraku.
Ibn Hasan(Admin): Ok brother please give me your definition of Sunnism and Shiaism…I believe your are really confused..and i am confused too..what are difference between both sect accd to you
Terjemah:Ok saudaraku, tolong berikan kepada saya pengertian dari Sunnism dan Shiaism. Saya yakin kamu sangat kebingungan..dan saya juga bingung..apakah perbedaan 2 sekte tersebut menurut pendapatmu

zulfeqar: i believe we dont disturb wasil. He is a nice man. and there is no much difference remains whether one believe in shia or sunni madhab if we all believe in superiority of imam ali over all and belief in 12th imam al mahdi.

Wasil is a brave man, who question his beliefs when clashed with reason. He was better than many sunnis when he was shia and he is better than many shias when he is now sunni. I wish him good luck.
however, one question remain how to go about this forum. Will everything remain the same and we carry in the same spirit which i believe we should. but i dont know about wasil.

Terjemah:Bagaimanapun, satu pertanyaan tertinggal, bagaimana dengan nasib forum ini. Apakah semuanya akan sama dan kita membawa semangat yang sama yang kita harus yakini. Tetapi saya tidak mengetahui bagaimana dengan wasil  >>> Orang ini mempertanyakan status wasil yang menjadi Admin di forum!!
wasil: if u want i can carry on the best i can meaning if you ask me about hadith i will tell you if it’s sahih or not according to shias(if the) hadith is shia or according to sunnis if the hadith is sunni.

i’d rather have shias who are far away from ghulu even if i disagree with them than ghulat.
Terjemah: Jika kamu mau, saya bisa memberikan yang terbaik, saya bisa menjelaskan apabila kamu bertanya mengenai hadist. Saya akan beritahu apakah hadist tersebut shahih atau tidak berdasarkan syiah jika hadist itu dari syiah atau berdasarkan sunni jika hadist itu dari sunni.
Kemudian lawan debatnya, Farid bertanya kepada Hani: #46 Posted 22 May 2012 – 08:49 PM
Knowing Walid, he is his own man, and will not get attached to anyone’s definition of Sunnism other than his own. So, out of curiosity, Hani, have you had a chance to ask Walid what was his stance regarding Sunni hadith compilations? How about Shia hadith compilations? Are those acceptable for him as well? Does he find the hadiths of Abu Huraira to be acceptable?
Either way, I am glad Walid has made this decision, even if nothing has changed other than his view regarding the isma of the Imams, that is still more than satisfying for me.
Terjemah: 
Mengenal walid, dia adalah dirinya sendiri, dan tidak akan terikat kepada definisi seseorang tentang pemahaman sunni melainkan dari pendapatnya sendiri. Maka, saya penasaran, Hani, apakah kamu berkesempatan bertanya kepada walid tentang pendiriannya tentang kompilasi hadist syiah? Bagaimana dengan kompilasi hadist syiah? apakah semua itu diterima oleh dia juga? Apakah ia berkesimpulan bahwa hadist dari Abu Hurairah dapat diterima?
Bagaimanapun, saya senang dengan walid telah membuat keputusannya, walaupun tidak ada yang berubah dengan pandangannya mengenai  isma para imam, itu sudah lebih memuaskan bagi saya.
Jawaban wasil/walid dari hani:
the reason is that I coudln’t cope with the emotional conflict anymore. some sahabah and ummahatol momineen ridhwan allahi alaihim i was brought up to love and cherish since childhood and i found myself attacking them and that hurt me too much and also the cursing that became a religion really put me off big deal. adding to this that i always believed that the purpose of our creation is to worship allah through islam and i thought: why wouldn’t i follow a simple more straightforward islam where i don’t lose neither ali(as) and ahlbait or sahabah ridhwan allahi alaihim. My aqeedah is simple : belief in Allah and his prophets and messengers and his angeels and the paradise and hell and qadha and qadar etc all this without any philosophical trauma and too deep analysis that only gives me headache and doubt. sunnism is more inclusive and simple.I know Farid is expecting an academic answer but there’s no secrets formulas i just followed my heart. wallahu alam and may he have mercy on me
Terjemah:
Alasannya karena dengan ini saya tidak mengalami konflik emosi lagi. Beberapa shahabat dan ummahatul mu’miniin ridhwan allahi alaihim , sejak kecil saya diajarkan mencintai dan menghargainya dan saya temukan pada diri saya menentang mereka dan ini sangat menyakiti saya dan juga melaknat dijadikan sebagai bagian dari agama benar-benar membuat masalah besar. Karena itu saya selalu percaya bahwa tujuan dari penciptaan adalah beribadah kepada Allah melalui islam dan saya pikir: Kenapa kita tidak mengikuti jalan islam yang sederhana dimana saya tidak kehilangan baik ali(as) dan ahlulbayt atau shahabat ridhwan allahi alaihim. Aqidah saya sederhana: Percaya kepada Allah, nabi dan rasulnya, malaikatnya dan surga dan neraka dan qadha dan qadar dll semuanya tanpa trauma filosofi dan analisa mendalam yang hanya membuahkan sakit kepala dan keragu-raguan. Pemahaman sunni adalah lebih inklusif dan sederhana. Saya tau Farid berharap akan jawaban yang lebih akademik tetapi memang tidak ada formula rahasia, saya hanya mengikuti kata hati. Wallahu alam dan Semoga Allah mengasihi saya.

Update: #56 Posted 04 June 2012 – 06:00 AM oleh saleh.neji

from wasil:
after discussion with my father yesterday i see clearer now and i declare that i am a sunni upon the madhab of my tunisians forefathers and people. I bear witness that i am not a twelver in anyway and that i chose what allah chose after rasool allah : abu bakr then omar then othman then ali radhiallahu anhom ajma’een.
i apologize to hazrat abu hurairah radhiallahu anh and i declare that he was a truthful sahabi and a pious man who helped convey sunnah to us. i repent from attacking any sahabi no matter what he did as these are people allah(swt) chose for his prophet (saww). i don’t want to enter any philosophical matters anymore and i am just one of the muslims and from the weakest among them. I apologize to any brother or sister i hurt his/her feelings intentionally and unintentionally and i forgive anyone who hurt me the same way. i testify that umm almomineen ayesha is my mother and i hope she forgives me so that allah forgives me. Allah is my witness that this is how i feel and this is my belief now. astaghfirollah from any stupid takfeer i did against any muslim astaghfirollah hatta yardha. wassalam alaykom. please brothers pray for your brother and forgive him
قل إن تخفوا ما في صدوركم أو تبدوه يعلمه الله ويعلم ما في السماوات وما في الأرض والله على كل شيء قدير ( 29 ) )
( يوم تجد كل نفس ما عملت من خير محضرا وما عملت من سوء تود لو أن بينها وبينه أمدا بعيدا ويحذركم الله نفسه والله رءوف بالعباد ( 30 ) )
Terjemah: Dari wasil:
setelah berdiskusi dengan ayah saya kemarin, saya sekarang telah melihat lebih jelas dan saya menyatakan bahwa saya seorang sunni di atas madzhab nenekmoyang saya dan masyarakat tunisia. Saya bersaksi bahwa saya bukan pengikut syiah itsna asyariyah (12 imam) dalam hal apapun dan saya memilih apa yang telah Allah pilih setelah rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam yaitu: abu bakar kemudian umar kemudian utsman kemudian ‘Ali radhiallahu’anhum ajma’iin.

Saya meminta maaf kepada hazrat abu hurairah radhiallahu’anhu dan saya katakan bahwa beliau adalah shahabat yang terpercaya dan sholih yang telah membantu menyampaikan sunnah kepada kita. Saya bertaubat atas penentangan terhadap shahabat, apapun perbuatannya namun nyatanya mereka adalah orang-orang yang dipilih untuk nabi-Nya shalallahu’alayhi wasallam. Saya tidak mau memasuki lingkup filosofi lagi dan saya hanyalah seorang muslim dari yang terlemah diantara mereka. Saya meminta maaf kepada teman2 (laki/wanita) yang telah saya sakiti perasaannya baik sengaja maupun tidak sengaja dan saya memaafkan kepada siapapun yang mungkin telah menyakiti saya. Saya menyatakan bahwa ummul mu’miniin aisyah adalah ibu saya dan saya harap beliau memaafkan saya sehingga Allah pun memaafkan saya. Allah adalah saksi saya bahwa inilah apa yang saya rasakan dan ini juga yang saya yakini sekarang. Astaghfirullah atas perbuatan bodoh saya atas takfir (mengkafirkan) yang saya katakan kepada muslimiin, Astaghfirullah hatta yardha. Wassalamu’alaykum. Tolong doakan saya, saudaramu ini dan maafkanlah.

**************************************************************

Archive for the ‘syiah Vs ahlussunnah’ Category

Perbedaan Orientasi dan Manhaj antara Ahlussunnah dan Syiah

Sesungguhnya orang yang merenungkan akidah ahlussunnah dan syiah, maka akan berkesimpulan sebagai berikut:
1]. Yang bisa dipahami dari akidah Ahlus Sunnah, bahwa Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam diutus kepada seluruh manusia dan bahwa para pengikutnya meriwayatkan sunnahnya kepada orang setelah mereka.

Sedangkan yang bisa dipahami dari akidah Syi’ah, bahwa Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam diutus kepada Ali radhiallahu’anhu, bahwa Allah subhanahu wata’alamenunjukkan dan menegaskan wasiat untuk Ali radhiallahu’anhu, dan bahwa perintah menyampai­kan maknanya adalah menyampaikan wasiat sehingga tidak boleh mengambil ilmu kecuali dari Ali radhiallahu’anhu. Denganbegitu, seluruh ajaran agama yang disampaikan dari selain Ali radhiallahu’anhu berarti bukanlah agama.

2]. Yang dapat dipahami dari akidah Ahlus Sunnah, bahwa memahami agama dimungkinkan bagi setiap orang dan setiap orang dapat menjadi seorang yang alim dan mengemban tugas.

Sedangkan akidah Syi’ah mensyaratkan adanya orang ma’shum (yang terjaga dari melakukan dosa dan kesalahan) yang dijadikan rujukan. Ini artinya bahwa di setiap belahan bumi harus ada orang ma’shum agar dapat dijadikan rujukan, sebab bagaimana mungkin seseorang yang berada di belahan timur atau barat bisa mengamalkan (yang benar dari) permasalahan-permasalahan yang dihadapi?!
Manakala ia (orang yang jauh dari sang Imam itu) boleh ber-ijtihad tanpa keberadaan sang Imam, maka apa perlunya keberadaan si ma’shum?
3]. Ahlus Sunnah mengagungkan para sahabat yang merupakan pembawa agama ini dan mujahidin di jalannya, mereka telah menaklukkan bumi di belahan timur dan barat, yang menjaga al-Qur’an dan as-Sunnah serta menyampaikannya ke seluruh dunia. 

Sedangkan kalangan Syi’ah mencela para sahabat, mencari-cari kesalahan mereka, menutup mata di depan keutamaan dan jasa mereka. Orang-orang Syi’ah itu mengkhususkan makna-makna umum al-Qur’an dan membatasinya berdasarkan keyakinan-keyakinan yang menancap dalam benak mereka.

4]. Dari keyakinan Ahlus Sunnah nampak bahwa agama ini telah menang, diamalkan oleh umat manusia dan berbagai negeri telah dibuka olehnya.

Sedangkan dari keyakinan kalangan Syi’ah nampak bahwa agama belum menang dan belum diamalkan.

5]. Bisa dipahami dari keyakinan Ahlus Sunnah, bahwa me­reka menghormati Ali radhiallahu’anhu , meyakini bahwa ia seorang pemberani dalam membela Allah subhanahu wata’ala, tidak mungkin ia sebagai orang yang diberi wasiat dan diam sepanjang hidupnya setelah Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam wafat, yaitu selama hampir 25 tahun.

Andaikata beliau shalallahu ‘alayhi wasallam mengatakan sesuatu tentang hal itu, tentulah sudah diriwayatkan oleh para perawi Ahlus Sunnah sebagaimana kita telah melihat sebagian dari riwayat-riwayat mereka. Mereka meriwayatkan setiap apa yang mereka lihat atau yang mereka dengar. Bisa jadi ada beberapa riwayat, akan tetapi tidak shahih. Kita tidak mengingkari bahwa di dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah terdapat riwayat-riwayat mengenainya, barangkali sebagaimana diketahui riwayat itu telah tersusupi banyak kedustaan.

Sementara kalangan Syi’ah, mereka mengklaim mengagungkan Ali radhiallahu’anhu mengaku bahwa beliau tidak menampakkan dirinya sebagai orang yang diberi wasiat oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam karena khawatir dirinya celaka. Ini tentu merupakan seburuk-buruk gambaran, sekalipun mereka telah mengetengahkan banyak hadits di mana ketidakshahihannya diketahui dengan jelas oleh ulama Muhaqqiqin (Para ulama kritikus).

Related image Image result for Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat nabi

6]. Ahlus Sunnah meyakini bahwa imamah (kepemimpinan) merupakan perkara terminologi yang berasas musyawarah, umat boleh memilih siapa yang kapabel atas hal itu untuk memimpin mereka dengan al-Quran dan as-Sunnah. Tidak ada masalah bila terjadi perselisihan dalam bidang-bidang pemahaman.

Sedangkan yang bisa dipahami dari akidah kalangan Syi’ah, bahwa Allah wajib mengangkat seorang imam. Imam ini adalah Ali radhiallahu’anhu, padahal baik di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah tidak terdapat satu lafazh pun yang menyinggung tentang imamah atau wasiat. Ayat-ayat itu bersifat umum, yang dapat saja ditakwilkan dalam banyak versi.

Al-Imamah merupakan permasalahan besar, andaikata ia merupakan tuntutan keagamaan yang telah ditentukan (pada orang-orang khusus), niscaya telah turun banyak ayat yang membicarakannya dan sudah barang tentu terdapat hadits-hadits yang banyak menyatakannya, baik diamalkan oleh orang atau tidak. Kemudian daripada itu, pastilah pula Allah akan menyisakan keturunan para imam hingga Hari Kiamat.

Misalnya, Allah subhanahu wata’ala telah menyebutkan (dalam al-Qur”an) secara jelas masalah yang lebih tidak penting dari itu yaitu dalam kasus Zaid (bin Haritsah, pent.) dan istrinya, dan keraguan Nabi shalallahu ‘alayhi wasallamdalam berterus terang kepada Zaid mengenai hal itu.
Mana permasalahan yang paling penting dari kedua perma­salahan tersebut menurut Anda?
7]. Apa yang dilakukan Syi’ah setelah terputusnya keturunan adalah apa yang dilakukan Ahlus Sunnah setelah wafatnya Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Namun kalangan Syi’ah berupaya melakukan pengaburan dengan diam untuk sekian lama tanpa mengadakan perkumpulan, kemudian mengarang-ngarang Wilayah al-Faqih. Kenapa mereka tidak mengatakannya setelah Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam wafat dan menghentikan penderitaan mereka hingga hari ini?!

8]. Ahlus Sunnah mengakui telah terjadi kedustaan atas nama Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam dari sebagian para perawi setelah (generasi) para sahabat radhiallahu’anhum, sebab semua sahabat adalah ‘Udul (adil), mereka tidak pernah dikenal menyengaja berdusta, dan tidak meyakini keadilan (‘adalah)mereka, berarti menghancurkan agama ini.

Sedangkan kalangan Syi’ah tidak memandang demikian, akan tetapi mereka berpandangan bahwa kebanyakan sahabat telah ber­dusta. Ini menimbulkan keraguan dalam Agama secara keseluruhan, sebab tidak ada agama yang dijadikan sarana beribadah kepada Allah yang bersumber dari para perawi kafir lagi pendusta.

Inilah yang membuat keraguan terhadap tujuan Syi’ah, sebab sikap mereka terhadap para sahabat menghancurkan agama secara keseluruhan dan menggugat Rabb semesta alam dan NabiNya, Muhammad shalallahu ‘alayhi wasallam.

9]. Ahlus Sunnah mengakui bahwa banyak hadits dan atsar yang telah nyata bagi mereka kebatilannya, disusupkan oleh suatu kaum yang ingin menghancurkan agama atau oleh orang-orang jahil untuk membela agama ini. Hal itu telah disingkap oleh para ulama.
Jika di dalam kitab-kitab as-Sunnah terdapat seribu hadits maudhu’ (palsu) misalnya, maka di dalam buku-buku Syi’ah terda­pat dua belas ribu hadits maudhu’ sebab kebanyakan pemalsuan hadits terjadi atas nama orang ma’shum. Menurut Ahlus Sunnah, tidak ada yang ma ‘shum selain Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam. Sedangkan kalangan Syi’ah memiliki dua belas orang ma’shum. Menurut Anda, berapa banyak jumlah hadits-hadits maudhu’ yang akan ada nantinya? Orang yang memantau kitab-kitab kedua kelompok ini akan mengetahui kebenaran hal itu.

10]. Yang bisa dipahami dari akidah Ahlus Sunnah, bahwa mereka tidak mengatakan ada seorang ma ‘shum pun setelah Rasu­lullah shalallahu ‘alayhi wasallam, bahkan orang sekaliber Abu Bakar, Umar juga tidak, sekalipun mereka memandang bila ijtihad yang mereka buat tidak bertentangan dengan nash, maka dapat diterima.

Related image

Sedangkan menurut kalangan Syi’ah, mereka menganggap bahwa para imam mereka ma’shum. Bila mereka melihat salah se­orang di antara mereka bertentangan dengan kaidah-kaidah keyakinan mereka, maka mereka mengklaim bahwa hal itu merupakan taqiyah. Alangkahberaninya?!
Al-Hasan meninggalkan imamah padahal ia seorang yang ma’shum dan meninggalkan salah satu rukun iman demi untuk menjaga nyawanya sebagaimana klaim mereka!!
Apakah pantas seseorang dari keluarga Nabi meyakini bahwa ia adalah orang yang diberi wasiat oleh Allah subhanahu wata’ala-sebuah martabat selevel dengan kenabian, bila benar untuk menarik diri dan membiarkannya untuk orang lain hanya dengan alasan menjaga nyawa­nya. Sementara kita melihat sejarah penuh dengan orang-orang yang tegar di atas jalan agama hingga terbunuh di jalan Allah padahal mereka itu bukanlah para Nabi ataupun orang-orang yang diberi wasiat yang ma ‘shum?
Al-Khumaini teguh di atas akidahnya, disakiti lalu diusir (dari negaranya), kemudian kembali sebagai pemenang. Kalau begitu, al-Khumaini lebih baik dari orang yang diberi wasiat oleh Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam itu? Kita berlindung kepada Allah!!

11. Manhaj Ahlus Sunnah dalam menerima riwayat-riwayat adalah manhaj yang tegas, mereka telah mengodifikasi sejumlah riwayat hidup seluruh perawi, lalu menilai mereka melalui periwayatan mereka; apa yang dapat diterima oleh timbangan al-Jarh wa at-Ta’dil, maka mereka terima, sedangkan yang bertentangan dengannya mereka tolak. Inilah kaidah, siapa yang menentangnya, maka mereka mengembalikan kepadanya. Sedangkan di kalangan Syi’ah tidak terdapat hal semacam itu.
Selanjutnya, Anda dapat mengambil sejumlah nama dari awal buku biografi milik Ahlus Sunnah, siapa saja, lalu Anda mengambil jumlah yang sama dari buku-buku biografi milik Syi’ah, lalu Anda membandingkan antara berbagai data yang disusun di dalam keduanya.
Anda seorang ahli hadits, telitilah secara obyektif!
Berikut contoh perbandingan:
A.   Tahdzib al-Kamal Milik Ahlus Sunnah
Contoh, Ahmad bin Ibrahim al-Mushili; kunyahnya, negeri asalnya, nama-nama guru (syaikh)nya. Buku ini memuat lebih dari 20 perawi (yang merupakan syaikh dari Ahmad bin Ibrahim), demikian pula para muridnya. Kemudian kualitasnya (derajat hadits-nya). Demikian juga dengan hampir setiap perawi, kecuali sangat sedikit.
B.   Kitab Majma’ ar-Rijal Milik Syi’ah
Perawi pertama: Adam bin Ishaq bin Adam, ia memiliki sebuah kitab yang diberitakan oleh sejumlah sahabat kami, dari… namun di sini, tidak terdapat para guru, murid ataupun derajatnya.
Kedua, (Adam bin Ishaq) demikian pula. Di dalamnya dinyatakan ia seorang perawi tsiqah, tetapi tidak disebutkan para gurunya.
Sebenarnya, siapa yang mengkaji kedua manhaj tersebut se­cara adil (objektif), pasti akan melihat perbedaan yang amat kentara.
Wallah al-Muwaffiq.
[Prof. Dr. Ahmad bin Sa’ad Al-Ghomidi, Hiwar Hadi Ma’a ad-Duktur al-Qazwini asy-syi’i al-Itsnai Asyari, Edisi terjemah hal 24-28, Darul Haq] [disalin disertai sedikit editing oleh meleksyiah]

Oleh sebab kekalutan dan keadaan telah menjadi bercelaru, maka ada baiknya kita mengatahui kedudukan Syiah itu daripada fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh ulama Sunni kerana kita berpegang kepada muafakat alhi sunaah wal jemaah dan salah seorang daripadanya ialah Syeikh Yusuf al Qardawi yang tidak asing lagi dan dikira muktabar didalam isu ini. Dibawah ini disediakan beberapa fatwa beliau yang terhimpun didalam kitab karangan beliau seperti dibawah ini:

 Image result for Fataawaa Mu’aasharah karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi  Image result for Fataawaa Mu’aasharah karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi 

Fatwa Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Syiah:



Disebalek Fatwa Kontroversi Yusuf ak Qaradjawi:

Yusuf Al-Qaradhawi bukanlah sosok yang asing lagi dalam dunia pemikiran Islam kontemporer. Ijtihadnya yang kontroversial seringkali mengundang perdebatan dalam berbagai kalangan kaum muslimin. Sehingga, ada kalangan yang pro, kontra bahkan ada yang pada tingkatan mengkafirkan Syaikh kelahiran Mesir ini.

Oleh karena hal itulah, Hepi Andi Bastoni, MA. menulis buku bertajuk Di Balik Fatwa Kontrovesi Yusuf Al-Qaradhawi. Buku setebal 520 halaman ini merupakan buku ke 47 sang penulis yang mengupas tuntas kehidupan sang Syaikh yang kini menetap di Qatar.

Buku ini dimulai dengan membahas biografi Qaradhawi. Beliau lahir dalam keadaan yatim. Usia 15 tahun, Sang Ibu menyusul suaminya. Beliau pun dititipkan kepada pamannya, Ahmad. Beliau berhasil menghafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Selama hidup bersama sang Paman, Qaradhawi banyak belajar tentang perniagaan. Beliau diajak terjun langsung oleh pamannya ke dalam kancah bisnis. Hingga pada akhirnya, ada seorang kolega sang paman yang menyarankan agar Qaradhawi dimasukkan ke Universitas Al-Azhar.

Sejak kelas 1 SD, beliau langsung terkesima dengan pidato Hasan al-Banna. Maka, pada kelas 4, beliau bergabung secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin. Beliau menjadi ‘pentolan’ dalam kader remaja. Bahkan, beliau sudah mulai aktif berdakwah ke Damaskus, Oman, Palestina, dll.

Sejak SD sampai SMA, beliau selalu menjadi yang terdepan. Baik prestasi akademik maupun organisasi. Anehnya, beliau menjadi dambaan teman-teman yang dipimpinnya. Sehingga beliau tidak pernah diganti dari jabatan ketua OSIS ketika Tsanawiyah.

Beliau pun semakin aktif berdakwah setelah masuk ke universitas al-Azhar. Di sana, beliau mempunyai banyak sekali prestasi baik di dalam dan luar negeri. Di al-Azhar, beliau dijuluki teman-temannya dengan sebutan “Ensiklopedi yang Berjalan”

Dalam bab pertama ini, dibahas pula tentang proses pernikahan dan anak-anak Qaradhawi. Juga para syaikh yang berpengaruh dalam proses pemikiran Qaradhawi. Termasuk jenis-jenis karya Qaradhawi dalam berbagai bidang.
Qaradhawi menulis ratusan judul buku dengan kekhasannya sendiri. Dalam tiap bukunya, unsur moderat selalu dianut. Beliau piawai menggabungkan antara orisinalitas, idealitas dan realitas.

Beliau menulis lebih dari 11 bidang keilmuan. Mulai dari Fiqih dan Ushul Fiqih, Ekonomi Islam, Ilmu Al-Qur’an  dan Sunnah, Aqidah, Fiqih Perilaku, Dakwah dan Tarbiyah, Gerakan dan Kebangkitan Islam, Pemikiran Islam, Wawasan Umum, Biografi Tokoh Islam, Sastra dan lain sebagainya.

Sementara itu, guru dan masyayikh yang berpengaruh kuat dalam kepribadian beliau jumlahnya sangat banyak. Mulai dari yang langsung ketemu, belum sempat ketemu, hingga para ustadz yang beliau temui dalam Ikhwanul Muslimin.

Di antaranya adalah Syeikh Hamid Abu Zuwail, DR Abdul Halim Mahmud, Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Syaikh Mahmud Syaltut, Ibnu Rusyd, Imam Ibnu Hazm, Sayyid Quthb, Abul A’la Al-Maududi,  Imam Ghazali, Ibnu Taimiyah, Hasan Al-Banna dan lain lain.

Bagian berikutnya dari buku yang terbit pada bulan januari 2013 menjelaskan tentang Fatwa dan Ijtihad dalam Islam. Berisi tentang Pembahasan Fatwa, Kedudukan Fatwa, Syarat-syarat Pembuat Fatwa (Mufti), Kitab-kitab Fatwa, Contoh Fatwa dari Ibnu Taimiyah, Rasyid Ridha, Mahmud Syaltut. Dibahas juga tentang ijtihad kontemporer yang diinginkan Qaradhawi, Kekeliruan Ijtihad Kontemporer menurut Qaradhawi.

Dijelaskan pula tentang Sembilan prinsip-prinsip pokok dalam ijtihad kontemporer menurut beliau. Yaitu Tidak ada ijtihad tanpa usaha sungguh-sungguh, tidak ada ijtihad dalam masalah-masalah qath’i, tidak dibolehkan menjadikan dalil zhanni (relatif) sebagai dalil qath’i, menggabungkan antara fiqih dan hadits, waspada agar tidak terjebak di bawah tekanan realita, mengambil segala sesuatu yang baru dan bermanfaat, tidak melalaikan spirit zaman dan apa yang diperlukan, berpindah kepada ijtihad jama’i, berlapang dada atas kesalahan mujtahid karena tidak ada orang yang ma’shum, selain nabi.

Bab utama dalam buku ini dijelaskan dalam bab tiga dan empat. Buku yang ditulis oleh penulis yang kini tinggal di Bogor-Jabar ini disajikan dalam bentuk lengkap sehingga kita bisa memahami persoalan secara utuh.

Dalam bab tiga diterangjelaskan tentang cara yang dipakai oleh Qaradhawi dalam membuat fatwa. Setidaknya, ada 14 cara yang selalu dilakukan oleh beliau sebelum membuat sebuah fatwa. Keempat belas cara tersebut adalah, Penggabungan antara Fiqih dan Hadits, Moderat, Memberi Kemudahan, Memberi Kabar Gembira dan Tidak menakut-nakuti, Mempersatukan bukan Mencerai-beraikan, Memperhatikan Realita, Bersikap Reformis dan Tidak Jumud, Bebas dari Fanatisme Mazhab, Memahami Nash Juz’i, Membedakan antara Qath’i dan Zhanni, Menggabungkan antara Orisinalitas dan Kemodernan, Mengutamakan Universalitas, Internasionalitas dan Memadukan antara Naql dan Aql.



Sementara dalam bab empat, yang merupakan bagian pokok dari buku ini, setidaknya menjelaskan tentang dua hal. Pertama menjelaskan tentang kelompok-kelompok yang pro dan kontra terhadap fatwa Qaradhawi.

Dalam awalan dari bab ini, penulis mengajak pembaca untuk memahami fatwa Qaradhawi secara objektif. Dalam bab ini juga terdapat sanjungan Syeikh al-Albani kepada Qaradhawi tentang bukunya Halal dan Haram. Karena secara personal, Al-Albani juga angkat topi terhadap Qaradhawi. Meskipun dalam beberapa hal, ada sesuatu yang kurang mereka sepakati. Al-Albani mengatakan, “Mengenai pendapat-pendapat tersebut (Dalam buku Halal dan Haram), dialah yang bertanggung jawab terhadap pendapatnya dan dia akan mendapat pahala, baik benar maupun salah.” (Hal 409)

Berikutnya, diterangkan tentang kelompok-kelompok yang kontra terhadap Qaradhawi. Penulis menyebutkan dua kelompok yang kontra tersebut. Yaitu sebagian Kelompok Salafi dan Jama’ah Ahbasy.

Yang paling menarik, dalam bab ini dijelaskan tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi pro kontra tentang hal ini. Dimulai dengan bahasan tentang sikap ulama’ terhadap mereka yang mencaci maki ulama’ lain, hingga sikap seorang muslim terhadap orang-orang yang mencaci maki ulama’. Di akhir bagian, disebutkan delapan hal contoh fatwa Qaradhawi yang dianggap kontroversial. ‘
Hal lain yang membuat buku ini terasa seperti paket lengkap adalah bab akhir buku ini yang mengutip pendapat dua puluh lima Tokoh Islam lintas harakah tentang Qaradhawi. Bahkan, mereka yang berseberangan pendapat pun, tak segan untuk mengungkapkan pujian kepada Qaradhawi. Sebut saja pendapat Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, “Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah dan sangat berpengaruh dalam dunia Islam.” (Hal 505).

Hal lain yang menjadi nilai lebih dari buku ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita yang hidup di akhir zaman. Bahwa sebagai seorang penuntut ilmu, tidak selayaknya kita asal bicara tentang sesuatu yang belum benar-benar kita pahami. Apatah lagi sampai pada taraf mengkafirkan seseorang yang justru telah banyak karyanya bagi Islam. Karena, ulama’-ulama’ terdahulu telah memberi contoh dengan sangat indah dalam hal menyikapi perbedaan hal-hal yang bersifat cabang dalam agama ini.

Semoga hadirnya buku ini menjadi sebuah pencerahan bagi siapa saja yang hendak memandang persoalan secara jernih sesuai awal diturunkannya.

Penerbit : Pustaka Al-Bustan – Bogor
Cetakan : I; Januari 2013
ISBN : 978-979-1324-10-6
Tebal : XII + 520 Halaman; 24.5 x 16 cm

----------------------------------------------------------
Image result for Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat nabi Image result for Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat nabi 
PERBEZAAN ANTARA MADZHAB SUNNI DENGAN MADZHAB SYI’AH IMAMIYAH

(diterjemahkan oleh ust Dudung Ramdani, Lc)

Pertanyaan:
Yang terhormat, Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi –hafidhahullah–
Saya bermaksud mengajukan sebuah pertanyaan kepada Anda, semoga Anda bisa menjawabnya dengan terusterang yang bisa melegakan dada dan menghilangkan keraguan.

Kami di Mesir tidak mengenal madzhab yang lain kecuali madzhab Ahlu Sunnah wal Jamaah yang terdiri dari empat madzhab yang sudah dikenal yang dipimpin oleh para imam. Di antaranya oleh Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’ie dan Imam Ahmad. Penduduk Mesir menganut tiga madzhab yang pertama. Madzhab Malik di daerah Sha’id dan sebagian kota yang ada di pinggir laut Merah, dan madzhab Syafi’ie dianut oleh sebagian besar penduduk pinggiran laut Merah, dan madzhab Hanafi hanya dianut oleh beberapa orang tertentu saja yang diwarisi dari zaman kekhalifahan Utsmaniyah.

Kami sama sekali tidak kenal yang namanya Syi’ah sedikit pun. Hal ini dikarenakan kami tidak pernah bersinggungan dengan mereka. Setahu saya, di Mesir tidak pernah ditemukan ada orang Syi’ah walaupun hanya seorang. Yang kami tahu bahwa mereka itu hanya orang-orang yang berlebihan di dalam mencintai dan fanatik terhadap Ahlul Bait. Sedangkan kami warga Mesir sebagaimana yang engkau ketahui cinta juga terhadap Ahlul Bait. Sebab kami memiliki beberapa situs Ahlul Bait yang biasa dikunjungi dan ada beberapa perayaan yang sering dirayakan. Misalnya terhadap Al-Husain, Zainab di Kairo, Ahmad Al-Badawi di Tanta dan yang lainnya.

Belum pernah sama sekali ada para ulama dari kalangan Ahlu Sunnah yang memuji Syi’ah ataupun mencelanya. Oleh karena itu, seluruh rakyat Mesir bersikap masa bodoh terhadap Syi’ah ini, baik dari sisi akidahnya maupun pemikiran-pemikirannya. Sampai kami dikagetkan di akhir-akhir tahun ini bahwa sebagian warga Mesir sudah ada yang meninggalkan madzhab Sunninya dan kemudian mereka beralih menjadi pengikut madzhab Syi’ah. Sebagian mereka ada yang giat menulis di koran-koran, ada juga yang menyebarkan selebaran, ada juga yang menulis buku yang berisi pandangan-pandangan miring terhadap Ahlu Sunnah wal Jamaah yang ujungnya mengajak masuk ke dalam madzhab Syi’ah. Setahu kami bahwa madzhab Syi’ah ini berbeda dengan madzhab Ahlu Sunnah yang kami fahami. Setelah beberapa kali pertemuan, kami tahu dari orang-orang yang berkata bahwa orang-orang itu (antek Syi’ah) bekerja karena bantuan finansial dari Iran. Mereka selalu menyerang Ahlu Sunnah, baik dahulu maupun sekarang. Sehingga hal ini membuat kami bingung, karena kami tidak mempunyai basic pengetahuan untuk membela pada saat orang-orang Syi’ah sangat terlatih di dalam menyebarkan berbagai macam tuduhan dan merubah-rubah perkataan dan bahkan mereka menciptakan kebohongan-kebohongan. Semua ini dilakukan dalam rangka perang terhadap Ahlu Sunnah yang masih disibukkan dengan urusan diri dan perutnya dan perpecahan internal yang terjadi.

Apakah memang ada perbedaan yang mendasar antara Sunni dan Syi’ah? Apa bentuk perbedaan ini? Bagaimana sikap Syi’ah yang sebenarnya terhadap Al-Qur`an, As-Sunnah dan para sahabat? Dan bagaimana kedudukan imam yang 12 orang itu?
Mengapa para ulama Ahlu Sunnah membiarkan kami tanpa dibekali pengetahuan walaupun hanya sekelumit, yang wajib diketahui oleh seorang Sunni tentang Syi’ah?

Saya yakin bahwa para ulama mempunyai tanggung jawab yang besar di hadapan Allah SWT dan di hadapan umat. Demikian juga Anda, Anda mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, sebab umat sudah percaya dengan ilmu Anda, dan percaya dengan seluruh nasihat Anda, keberanian dan semangat Anda terhadap agama Islam ini.

Saya mohon, – demikian juga seluruh teman-teman saya – mendapatkan penjelasan yang sangat jelas atas masalah ini. Sehingga semuanya jelas, hati menjadi tenang dan Allah SWT akan memberikan hidayah-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

Harapan kami, semoga Anda tidak menyepelekan masalah ini atau terlambat menjawabnya.

Semoga Allah SWT melindungi Anda, juga membimbing langkah Anda.
Dr. Abdullah Salim (Dosen perguruan tinggi)

Jawapan:
Segala puji bagi Allah SWT, semoga selawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya dan juga kepada seluruh umatnya yang mengikuti petunjuknya. Amma ba’du,

Sungguh, saudara telah mengupas dengan tegas di dalam surat ini, yaitu tentang luka yang kami diamkan sejak lama dan kami baru berusaha untuk membalutnya dengan perban agar darah luka itu berhenti mengalir. Atau kami baru berusaha untuk memberi obat pereda sakit yang tidak akan membasmi bakteri ke akar-akarnya. Sejak lama pula, kami telah mewanti-wanti untuk tidak membahas topik ini untuk menghindari perpecahan golongan atau membangunkan fitnah yang sedang tertidur. Kami sengaja membiarkan saudara-saudara kami dari Ahlu Sunnah agar lalai, tidak mempunyai wawasan yang cukup tentang hal ini. Padahal di sisi lain, ada kader-kader yang sedang disiapkan dan dilatih untuk menyebarkan madzhab Syi’ah di kalangan Ahlu Sunnah. Ketika ada kesempatan, dengan cepat para kader Syi’ah ini langsung memanfaatkannya. Mereka pun menebarkan jaring-jaringnya dari atas kuda mereka. Ada saja orang yang terperangkap ke dalam jaring mereka ini! Memang benar jika mereka itu (orang-orang Syi’ah) jumlahnya hanya sedikit. Akan tetapi jumlah yang sedikit bisa menjadi banyak jika terbuka kesempatan dan sebab-sebab ke arah sana (bertambah pengikut) masih ada. Tanggung jawab pertama ada di tangan kami sebagai para ulama Ahlu Sunnah yang mana kami telah berjanji di hadapan Allah SWT bahwa kami akan senantiasa menjelaskan kebenaran dan tidak akan menyembunyikannya.

Kewajiban ini menjadi kuat ketika bahaya sudah menjadi-jadi di hadapan kita dalam bentuk jaringan terorganisir yang dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai semangat tinggi, bukan hanya sekedar pegawai biasa. Tangan mereka membawa bermilyar-milyar dolar untuk memuluskan tujuan ini dan di belakang mereka ada negara ideologis, kuat dan makmur yang membiayainya.

Saya telah mengikuti berbagai seminar pendekatan antara Sunni dan Syi’ah di Rabbat-Maroco, Bahrain, Damaskus dan Doha. Saya juga pernah berkunjung ke Iran dan bertemu dengan presiden Iran, seorang cendikiawan bernama DR. Muhammad Khatami. Saya juga telah bertemu dengan banyak Mullah dan Ayatullah di beberapa kota di Iran. Pada semua kesempatan ini, saya selalu menekankan kepada mereka beberapa perkara penting, di antaranya:

Related image Image result for Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat nabi 

1.     Pernyataan tegas dari pihak Syi’ah bahwa Al-Qur`an itu (sebagaimana yang tertera di mushaf kaum muslimin saat ini) adalah firman Allah SWT yang diturunkan (untuk manusia). Al-Qur`an ini terpelihara, tidak ada pengurangan dan tidak ada penambahan sedikitpun. Tidak ada hal-hal rancu di dalamnya.
2.     Berhenti mencela para sahabat. Karena para sahabat lah yang telah menukil Al-Qur`an untuk kita, meriwayatkan As-Sunnah, melakukan penaklukan damai dan Allah SWT dan Rasul-Nya telah memuji mereka.
3.     Berhenti melakukan penyebaran sebuah madzhab di sebuah negara yang dihuni pemeluk madzhab tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad Mahdi Syamsuddin dari Libanon, “Berhenti menyebarkan faham sebuah madzhab di negara bermadzhab lain”.
4.     Mengakui hak-hak minoritas, baik Sunni maupun Syi’ah.

Walaupun saudara-saudara kami dari Syi’ah membenarkan ucapan saya ini secara teori, akan tetapi mereka tidak menepati janji mereka dalam prakteknya. Khususnya poin nomor 3, yaitu berhenti melakukan penyebaran madzhab Syi’ah di negeri-negeri Sunni. Kami melihat mereka bersikap masa bodoh. Mereka menerobos masuk ke masyarakat Sunni dengan memanfaatkan kekaguman Ahlu Sunnah atas sikap Syi’ah di bidang politik dan militer. Mereka menjadikan hal tersebut sebagai alat propaganda.

Dahulu Mesir merupakan negara yang seratus persen dihuni oleh Ahlu Sunnah. Demikian juga dengan Sudan, Libya, Al-jazair, Tunis, Maroko, dan Mauritania. Tidak ada Syi’ah di sana walaupun hanya seorang, meski dahulunya Mesir dan Afrika Utara dikuasai oleh Daulah Bani Fathimiyah (Daulah Syi’ah). Akan tetapi hal ini tidak membuat rakyat Mesir menjadi penganut Syi’ah walaupun ada banyak iming-iming materi yang ditawarkan kepada rakyat Mesir. Pada saat itu, di Mesir ada slogan seperti ini, “Barangsiapa yang berani melaknat para sahabat, maka dia akan menerima satu dinar dan kacang!” Maksudnya barangsiapa yang berani melaknat para sahabat, maka dia akan mendapatkan satu Dinar uang emas dan hadiah kacang-kacangan atau gandum (sembako).

 Related image   Related image
Inilah bahananya jika terlalu taksub, baik pada agama mahupun politik. Ini baru didunia, bagaimana nanti hukum Allah diakhirat kelak. Fikirkanlah ? Syiah menyamakan manusia dgn Tuhan samalah dgn org2 Kristian. 

Pada saat Shalahuddin Al-Ayyubi berkuasa di Mesir, penganut madzhab Sunni di Mesir adalah 100 %. Pada saat itu, Al-Azhar menjadi mercusuar madzhab Sunni sampai beberapa abad lamanya. Sampai akhir tahun-tahun yang penuh ujian ini, orang-orang dikagetkan – sebagaimana yang dikatakan oleh penanya-, ada orang yang terang-terangan mengaku sebagai Syi’ah dan mendakwahkannya! Tentu, masalah ini perlu diklarifikasi dan inilah saatnya dan jangan sampai terlambat. Pada saat inilah saya berkewajiban menjawab pertanyaan saudara penanya.

Apakah ada perbezaan yang mendasar antara madzhab Sunni dengan madzhab Syi’ah? Apa saja bentuknya?

Kami jawab: Kami melihat bahwa ada dari sebagian orang-orang Syi’ah yang tidak mempunyai perbedaan yang mendasar dengan kami (Ahlu Sunnah). Baik dalam masalah ushul maupun di dalam masalah furu’. Contohnya adalah Syi’ah Zaidiyyah yang tersebar di Yaman. Mereka mengakui kitab-kitab Ahlu Sunnah seperti Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan Kutubus Sittah (Kitab 6 Imam) yang lainnya, juga Al-Muwaththa, Musnad Imam Ahmad dan seluruh para pengarang kitab hadits. Sebagian kitab-kitab Syi’ah Zaidiyah sama dengan kitab-kitab Ahlu Sunnah, baik di dalam hal sumber maupun isinya. Contohnya kitabAr-Raudhu An-Nadhir yang menjelaskan seluruh hadits kumpulan Imam Zaid bin Ali RA. Tapi terdapat pula perbedaan di dalam cabang-cabang akidah, seperti perbedaan yang terdapat antara Ahlu Sunnah dengan Mu’tazilah. Akan tetapi Syi’ah Zaidiyyah tidak pernah mencela para sahabat dan juga mereka meyakini bahwa Al-Qur`an tidak terjadi pengurangan maupun penambahan dan lain-lainnya.

Image result for Image result for kitab-kitab Ayatullah Khomeini Syiah Related image

Perbedaan yang dimaksud di dalam pembahasan kali ini adalah perbedaan antara Sunni dan Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah. Karena mereka itulah, ada sebuah pertanyaan yang menuntut agar dibedakan antara madzhab Sunni dengan madzhab Syi’ah. Jawabannya, sudah jelas dan gamblang.

Di dalam masalah fiqih dan furu, secara praktis tidak ada perbedaan mencolok antara Sunni dan Syi’ah Imamiyah atau Ja’fariyah. Perbedaan fiqih kita dengan mereka sama halnya dengan perbedaan antara madzhab-madzhab yang ada di kalangan Ahlu Sunnah. Kita lihat Imam Asy-Syaukani menyebutkan madzhab Ahlul Bait di dalam kitabnya Nailul Authar. Akan tetapi, tidak ada seorang pun dari kalangan Sunni yang keberatan atas hal ini. Karena tidak ada perbedaan yang mendasar di antara madzhab-madzhab tersebut.

Akan tetapi, secara fiqih ada beberapa bentuk amaliyah munkarah (perbuatan munkar) yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah. Misalnya masalah ucapan tasyahud di dalam adzan yang ditambah menjadi 3, dengan ucapan, “Aku bersaksi bahwa Ali Wali Allah!” benar para ulama Syi’ah telah sepakat bahwa penambahan ini tidak ada dasarnya di dalam ajaran (fiqih) mereka. Akan tetapi hal ini dibiarkan saja karena mereka takut orang-orang awam akan marah besar!

Sesungguhnya perbedaan yang mendasar di antara kedua madzhab ini (Sunni dan Syi’ah) adalah perbedaan di dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) dan bukan di dalam masalah furu’. Oleh karena itu, sebutan untuk perbedaan ini adalah perbedaan di antara dua golongan, yaitu Ahlu Sunnah di satu sisi dan Syi’ah di sisi yang lainnya. Perbedaan ini bukan di antara dua madzhab fiqih.

Sikap Ahlu Sunnah terhadap firqah Syi’ah terbagi ke dalam tiga golongan.

1. Golongan Sunni yang Mengkafirkan Syi’ah
Kelompok pertama yaitu orang-orang yang mengafirkan Syi’ah dan menganggap mereka telah murtad dari Islam. Inilah pendapat orang-orang salafi secara umum. Apalagi kelompok salafi yang berlebihan, bukan hanya mengkafirkan Syi’ah tapi juga mengkafirkan kelompok Ahlus Sunnah lainnya yang fahamnya berseberangan dengan mereka atau orang-orang yang biasa melakukan penyimpangan-penyimpangan yang bisa ditakwilkan.

Di antara penulis yang menuliskan masalah ini secara ilmiah yaitu buku yang ditulis oleh Sayyid Muhibbuddin Al-Khathib, seorang ahli sejarah dan pentahqiq senior yang juga direktur Majalah Al-Fath dan Majalah Az-Zahra yang mengusung tema pemurnian Islam di zamannya. Beliau juga adalah pimred harian Al-Ikhwan Al-Muslimun dan majalah Al-Azhar untuk beberapa periode.

Ustadz Al-Khathib telah menulis bukun berjudul, “Al-Khuthuth Al-‘Aridhah allati Qama ‘Alayha Din Al-Syi’ah” (Dasar-dasar yang Dipegang oleh Agama Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah). Buku ini mengupas permasalahan yang sangat penting tentang sikap orang-orang Syi’ah terhadap Al-Qur`an bahwa Al-Qur`an telah dirubah-rubah dan dikurang-kurangi. Penulis Syi’ah yang menulis buku tentang perubahan di dalam Al-Qur`an adalah Fashlu Al-Khithab fi Itsbati Tahrif Kitabi Rabbil Arbab (yang dimaksud dengan kitab adalah Al-Qur`an) karya An-Nuri Ath-Thabrasi yang kematiannya selalu diperingati secara meriah oleh orang-orang Syi’ah dan dikuburkan di dekat kuburan Imam Ali RA.

Beliau menjelaskan tentang sikap orang-orang Syi’ah terhadap As-Sunnah dan terhadap para sahabat, ajaran Taqiyyah dan beberapa hal lainnya. Singkat kata, madzhab Syi’ah ini mempunyai perbedaan yang sangat jauh dengan madzhab Ahlu Sunnah.

Ustadz Muhibbuddin Al-Khathib juga menulis beberapa buku dan artikel yang berisi pembelaan terhadap para sahabat. Seperti buku yang berisi resensi dan catatan penting beliau terhadap buku yang ditulis oleh Abu Bakar bin Al-Araby tentang para sahabat yang berjudul, Al-‘Awashim min Al-Qawashim. Buku lainnya yaitu tentang catatan beliau terhadap buku Al-Muntaqa dari kitab Mizan Al-I’tidal karya Adz-Dzahabi. Beliau juga menulis buku dengan judul, Bersama Generasi Pertama. Buku ini berisi penjelasan dan pembelaan tentang kedudukan para sahabat di dalam Islam, jihad serta upaya mereka di dalam membela sang Penutup para nabi.

Beberapa saat setelah itu, muncullah buku ulama Pakistan yang sangat terkenal, yaitu Ihsan Ilahi Zhahir yang memperluas pembahasan buku Al-Khathib tersebut. Beliau berargumentasi dengan buku-buku Syi’ah sendiri, juga melakukan pembantahan terhadap tuduhan-tuduhan Syi’ah. Sampai akhirnya beliau syahid ditembak di salah satu pertemuan yang beliau hadiri. Orang-orang Syi’ah lah yang berada di balik aksi penembakan beliau ini.

Saya berpendapat bahwa di dalam masalah ini terdapat sikap berlebihan menghukumi orang-orang Syi’ah secara umum. Terutama mengenai masalah pengkafiran-pengkafiran yang mencap orang lain telah murtad dari Islam- adalah masalah yang sangat berbahaya. Sejak lama, saya telah menulis sebuah buku dengan judul, “Zhahirat Al-Ghuluww fi At-Takfir” Sikap Berlebihan di Dalam Mengafirkan Orang Lain. Saya melihat bahwa yang harus dilakukan di dalam masalah ini adalah bersikap hati-hati, melakukan penelitian terlebih dahulu dan bermusyawarah sebelum mencap orang lain dengan cap kafir. Bagaimana pula halnya dengan mengafirkan sebuah jamaah (perkumpulan seperti Syi’ah) yang terdiri dari puluhan juta orang?!

Selagi ada celah untuk perkataan atau perbuatan itu ditakwil yang bisa mengeluarkan musuhnya dari kekafiran, maka seyogyanya seorang alim menempuh hal itu. Sebab tidak boleh mengkafirkan orang lain kecuali dengan indicator pasti yang tidak bisa ditafsirkan kecuali dengan mencapnya sebagai orang kafir, seperti telah mengucapkan sesuatu atau melakukan perbuatan kufur yang nyata. Kami berpendapat bahwa sikap moderat adalah, “Sesungguhnya mereka mengafirkan orang secara umum dan tidak mengafirkan orang per orang (tertentu saja) kecuali dengan banyak syarat.”

Pada bagian buku saya ini terdapat pembahasan tentang fatwa takfir dan syarat-syaratnya. Fatwa ini adalah fatwa saya yang lama. Silahkan dikaji kembali.

 
Image result for syiah sesat dan menyesatkan Related image

Memang ada hadits tentang perpecahan umat Islam sehingga terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan yang semuanya masuk neraka kecuali satu saja. Namun hadis itu masih tetap menggolongkan firqah-firqah yang sesat dan celaka itu sebagai bagian umat Islam ini, dan tidak mengeluarkan mereka darinya, ketika beliau bersabda, “UMMATKU akan terpecah belah!”

Saya juga ingin mengatakan, sesungguhnya dari kalangan orang-orang Syi’ah ada yang ekstrim dan suka mengkafirkan Ahlu Sunnah. Kami telah menukil sebagian perkataan mereka itu di beberapa forum. Bahkan di antara mereka ada yang berani mengafirkan para sahabat. Ada juga yang berani mengafirkan umat Islam seluruhnya, kecuali yang tidak kafir hanya Syi’ah, seperti yang tercantum di dalam kitab Al-Anwar An-Nu’maniyah karya Syaikh Nikmatullah Al-Musawi Al-Jazairi.

2. Orang-orang Sunni yang Melihat Syi’ah dari Sisi Politik Semata
Kelompok kedua adalah kebalikan dari kelompok pertama yang suka mengafirkan Syi’ah. Kelompok ini tidak pernah melihat Syi’ah dari sisi akidah dan pokok-pokok ajaran mereka yang bertentangan dengan akidah mayoritas umat Islam. Mereka ini tidak mau memperhatikan Syi’ah dari sisi ajaran atau keyakinan mereka terhadap Al-Qur`an, As-Sunnah dan para sahabat. Mereka juga tidak mau memperhatikan Syi’ah dari sisi ucapan mereka yang mengatakan bahwa para Imam mereka adalah orang-orang maksum, mengetahui hal gaib yang tidak diketahui oleh para nabi dan ucapan mereka bahwa Imamah adalah pokok ajaran Syi’ah yang barangsiapa menolaknya, maka dia dicap kafir. Kelompok ini juga tidak memperhatikan Syi’ah dalam hal tingkah laku mereka yang menyimpang. Misalnya peristiwa peringatan wafatnya Al-Husain RA setiap tahunnya dengan cara menampar pipi, merobek-robek kantong baju, juga memukul dada dan punggung sampai berdarah-darah. Ritual ini terus diamalkan sampai lebih dari tiga belas abad lamanya. Mereka juga beriman bahwasanya Al-Mahdi itu ada dan sekarang sedang bersembunyi di Sirdab dan belum keluar dari persembunyiannya sejak 11 abad yang lalu. Keyakinan semacam ini jelas menyalahi sunnatullah pada usia manusia.

Kelompok Sunni ini tidak menghiraukan semua akidah Syi’ah yang batil ini. Kelompok ini hanya melihat sisi politiknya saja sebagai buah dari Revolusi Imam Khumaeni. Di antara yang menonjol adalah Iran berani menantang Amerika Serikat dan anak emasnya Israel. Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok pejuang Hizbullah (Syi’ah) di Libanon yang perang melawan Israel pada musim panas tahun 2006 M.

Oleh sebab itulah, kita harus diam saja dan jangan membicarakan madzhab mereka (Syi’ah) dan akidah mereka. Juga strategi mereka untuk menumpas masyarakat Sunni dengan persiapan dana jutaan bahkan milyaran dollar Amerika yang ditunjang dengan orang-orang yang sudah terlatih dan siap berperang, pada saat Ahlu Sunnah tidak memiliki pertahanan sedikit pun. Realita ini persis dengan pertanyaan yang ditanyakan oleh saudara penanya, “Sesungguhnya para ulama Ahlu Sunnah tidak membekali ilmu yang memadai untuk membendung Syi’ah dan mereka membiarkan dada para pengikut Ahlu Sunnah terbuka sehingga menjadi sasaran empuk anak panah dari kanan maupun dari kiri.”

Saya melihat di sini bahwa kita harus bisa membedakan mana siasat politik mereka dan mana ajaran atau akidah mereka. Kita hanya mendukung dari sisi politik mereka melawan Amerika dan Israel. Kita juga hanya mendukung Iran dari sisi pengembangan nuklir dan kita akan menolak segala bentuk intervensi atas hak mereka di dalam pengembangan reaktor nuklir. Kita juga berdiri dengan segala kekuatan kita untuk melawan Amerika jika mereka melakukan serangan militer terhadap Iran. Inilah yang saya terangkan dengan sangat jelas, alhamdulillah. Saya katakan, “Kita akan melawan Amerika jika Iran diserang!” Ucapan saya ini telah disiarkan oleh stasiun tv milik Iran. Mereka memuji saya dalam hal ini dan mengucapkan ucapan terimakasihnya melalui telepon. Perlu dicata, saya tidak mengucapkan kecuali sesuatu yang saya anggap sebagai kebenaran!

Saya pun mendukung tentara Hizbulloh pada saat mereka perang melawan Israel. Saya juga telah membantah fatwa salah satu ulama senior Saudi yaitu Syaikh Jibrin di dalam program TV Aljazeera yang bertajuk “Syariah dan Kehidupan”. Di dalam buku ini pun ada fatwa mengenai masalah ini.

Yang jelas, resistensi kita terhadap ajaran Syi’ah tetap ada, dan sikap kita tidak berubah terhadap pokok-pokok ajaran mereka. Demikian pula sikap saya tetap tegas menolak segala bentuk penyebaran ajaran Syi’ah ke tengah-tengah Ahlu Sunnah!

Related image  Related image

3. Kelompok Pertengahan
Di antara kedua kelompok yang telah disebutkan, ternyata ada satu kelompok yang moderat. Kelompok ini hanya berseberangan dengan Syi’ah dari sisi keyakinan dan pokok-pokok ajaran mereka dan juga tingkah laku serta slogan ciri khas mereka. Misalnya ada tiga syahadat di dalam adzan mereka atau peringatan wafatnya Husein di hari Asyuro setiap tahunnya. Padahal yang diajarkan di dalam As-Sunnah bahwa kita tidak boleh bertakziyah setelah tiga hari sejak wafatnya seseorang. Akan tetapi kelompok ini tidak sampai mengkafirkan Syi’ah dengan kufur yang nyata dan besar, kecuali untuk beberapa hal yang tidak bisa ditakwil dan dihukumi kafir untuk pelakunya.

1. Sikap Syi’ah terhadap Al-Qur`an.
Sikap mereka terhadap Al-Qur`an seperti yang telah saya jelaskan berulang-ulang kali bahwa mereka tetap percaya dengan Al-Qur`an yang kita hafal. Mereka berkeyakinan bahwa Al-Qur`an adalah firman Allah SWT. Mushaf yang dicetak di Iran dengan mushaf yang dicetak di Mekah, Madinah dan Kairo adalah sama. Al-Qur`an ini dihafal oleh anak-anak Iran di sekolah-sekolah agama (madrasah/pesantren) di sana. Para ulama Iran juga mengutip dalil-dalil Al-Qur`an di dalam masalah pokok-pokok dan furu di dalam ajaran Syi’ah yang telah ditafsirkan oleh para ulama mereka di dalam kitab-kitabnya. Namun masih tetap ada di antara mereka yang berkata, “Sesungguhnya Al-Qur`an ini tidak lengkap. Karena ada beberapa surat dan ayat yang dihilangkan dan akan dibawa oleh Al-Mahdi pada saat dia muncul dari persembunyiannya.”

Mungkin saja sebagian besar ulama mereka tidak mempercayai hal ini. Sayangnya mereka tidak mengafirkan orang yang telah mengatakan hal di atas. Inilah sikap yang sangat berbeda dengan sikap Ahlu Sunnah, yaitu barangsiapa yang meyakini telah terjadi penambahan dan pengurangan terhadap Al-Qur`an, maka dengan tidak ragu lagi, kami akan cap dia sebagai orang kafir!

Padahal keyakinan seperti ini terdapat di dalam kitab-kitab rujukan mereka, seperti Al-Kaafiyyang sebanding dengan kitab Shahih Al-Bukhari bagi Ahlu Sunnah. Kitab ini telah dicetak dan diterjemahkan lalu didistribusikan ke seluruh dunia tanpa ada penjelasan apa-apa di dalamnya. Ada pepatah di masyarakat, “Orang yang diam terhadap kebatilan, sama dengan orang yang membicarakannya.”

2. Sikap Syi’ah terhadap As-Sunnah
Definisi As-Sunnah menurut Ahlu Sunnah adalah sunnah Rasulullah SAW yang telah dimaksum oleh Allah SWT dan Dia perintahkan umat Islam untuk menaati beliau di samping taat kepada-Nya.

Allah SWT berfirman, “Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk,” (QS An-Nur [24]: 54). “dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat,” (QS An-Nur [24]: 56). “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),” (QS An-Nisa [04]: 59). “Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir,” (QS Ali Imran [03]: 32). “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka,” (QS An-Nisa [04]: 80). “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),” (QS An-Najm [53]: 3-4) dan ayat-ayat yang lainnya.

Akan tetapi batasan As-Sunnah menurut Syi’ah adalah sunnah Rasulullah SAW dan para imam mereka yang maksum. Maksudnya, sunnah mencakup bukan hanya sunnah Rasulullah SAW melainkan juga sunnah kedua belas imam mereka. Imam mereka yang 12 orang tersebut wajib ditaati sebagaimana taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya yang dikuatkan dengan wahyu. Mereka telah menambahkan perintah Al-Qur`an untuk taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya yaitu agar taat kepada makhluk yang Allah SWT sendiri tidak memerintahkannya. Lebih dari itu, kita mengkritik Syi’ah karena telah meriwayatkan sunnah dari orang-orang yang tidak tsiqah (terpercaya) karena tidak memenuhi unsur keadilan dan kesempurnaan hafalan.

Oleh karena itu, kitab-kitab rujukan Ahlu Sunnah tidak diterima oleh mereka. Mereka tidak mau menerima kitab Shahih Bukhari, Muslim dan kutub sittah lainnya, tidak mau menerima kitab Al-Muwatha, Musnad Ahmad dan kitab-kitab yang lainnya.

Image result for Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat nabi Related image 

3. Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat
Pandangan negatif mereka terhadap para sahabat merupakan pokok dan dasar ajaran Syi’ah. Sikap mereka itu adalah turunan dari pokok ajaran mereka yang meyakini bahwa, Rasulullah SAW telah berwasiat jika beliau wafat, maka Ali bin Abi Thalib adalah pengganti beliau. Akan tetapi para sahabat menyembunyikan wasiat ini dan mereka merampas hak Ali ini secara zalim dan terang-terangan. Para sahabat telah berkhianat terhadap Rasulullah SAW yang menjadi wasilah mereka mendapatkan petunjuk dan mereka hidup di zaman beliau untuk menolongnya walaupun dengan nyawa dan segala yang mereka miliki.

   Related image Related image 

Yang mengherankan, apakah mungkin para sahabat bersekongkol untuk melakukan hal ini, sementara Ali RA –sang pemberani- hanya bisa diam saja tidak berani mengumumkan haknya ini. Justru Ali malah ikut membaiat Abu Bakar, Umar dan kemudian Utsman. Ali tidak berkata kepada salah seorang dari mereka itu, “Sesungguhnya aku mempunyai wasiat dari Rasulullah SAW. Akan tetapi, mengapa kalian bersikap seolah-olah tidak tahu? Mengapa kalian hanya bermusyawarah dengan enam orang saja dan kalian menyibukkan diri kalian sendiri? Siapakah orangnya yang harus memilih sedangkan umat Islam telah menetapkan hal ini dengan wasiat Rasulullah SAW?” Mengapa Ali tidak mau menjelaskan hal ini? Kemudian, jika memang Al-Hasan bin Ali benar-benar telah tercatat sebagai khalifah setelah Ali karena ada wasiat Rasulullah SAW, tapi mengapa justru Al-Hasan mengalah dan memberikan jabatan khalifah ini kepada Muawiyah? Mengapa Al-Hasan melakukan hal ini, padahal ini merupakan perintah dari Allah SWT? Dan mengapa justru Rasulullah SAW di dalam haditsnya (hadits ramalan Rasulullah SAW) memuji sikap Al-Hasan ini?

Pertanyaan ini tidak bisa dijawab sama sekali oleh mereka!
Inilah tuduhan palsu mereka terhadap para sahabat yang tidak terbukti. Keterangan mereka ini sangat bertentangan dengan keterangan yang Allah SWT sebutkan di dalam beberapa surat Al-Qur`an. Seperti di akhir surat Al-Anfal, surat At-Taubah, surat Al-Fath di pertengahan di akhirnya, surat Al-Hasyr dan surat-surat lainnya.
Demikian pula As-Sunnah telah memuji para sahabat baik secara umum maupun secara khusus. Juga zaman mereka itu dianggap sebagai sebaik-baik zaman setelah Rasulullah SAW.

Juga apa yang dicatat oleh sejarah tentang mereka. Mereka adalah orang-orang yang telah menghafal Al-Qur`an dan dari mereka lah umat menukilnya. Mereka juga adalah orang-orang yang telah menukil As-Sunnah dan menyampaikan apa yang mereka nukil dari Rasulullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun persetujuan beliau kepada umat ini.

Mereka juga adalah orang-orang yang telah melakukan futuh (pembebasan negeri lain dengan damai) dan membimbing umat ini menuju tauhid Allah SWT dan risalah Islam. Mereka juga telah mempersembahkan kepada bangsa-bangsa yang dibebaskannya contoh-contoh teladan Qur’ani yang dijadikan sebagai petunjuk.

4. Imamah Ali dan keturunannya yang berjumlah 12 imam merupakan pokok ajaran mereka. Barangsiapa yang menolak, maka dia dicap kafir.
Di antara masalah akidah Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang bertentangan dengan Ahlu Sunnah adalah, keyakinan Syi’ah bahwa kepemimpinan Ali dan keturunannya dari garis Husein merupakan pokok-pokok keimanan, seperti beriman kepada Allah SWT, beriman kepada para malaikat-Nya, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada para rasul-Nya dan beriman kepada hari akhir. Tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah SWT iman seorang muslim, jika dia tidak beriman bahwa Ali adalah khalifah yang ditunjuk oleh Allah SWT. Demikian juga halnya dengan 11 imam keturunan Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang berani menolak hal ini atau meragukannya, maka dia adalah kafir yang akan kekal di neraka. Seperti inilah riwayat-riwayat yang tercantum di dalam Al-Kaafiy dan kitab-kitab lainnya yang mengupas masalah akidah mereka.

Atas dasar inilah, sebagian besar kaum Syi’ah mengkafirkan Ahlu Sunnah secara umum. Hal ini dikarenakan akidah Ahlu Sunnah berbeda dengan akidah mereka (Syi’ah). Bahkan Ahlu Sunnah tidak mengakui akidah seperti ini dan menganggap bahwa akidah ini adalah batil dan dusta atas nama Allah SWT dan rasul-Nya.
Bahkan Syi’ah juga mengkafirkan para sahabat yang tidak mengakui imamah Ali RA. Mereka juga mengkafirkan tiga orang khulafa rasyidin sebelum Ali yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman dan para sahabat lain yang mendukung ketiga orang khalifah ini. Kita ketahui bahwa semua para sahabat telah meridhai tiga khulafa rasyidin, termasuk Ali bin Abi Thalib yang pada saat itu Ali lah orang terakhir membaiat Abu Bakar. Kemudian Ali berkata, “Sesungguhnya kami tidak mengingkari keutamaan dan kedudukan Anda wahai Abu Bakar. Akan tetapi kami dalam hal ini mempunyai hak karena kami adalah kerabat (keluarga) Rasulullah SAW.” Akan tetapi Ali tidak menyebutkan bahwa dia mempunyai nas wasiat dari Allah SWT dan Rasul-Nya.

Sedangkan kami Ahlu Sunnah menganggap bahwa masalah imamah dan yang berkaitan dengannya termasuk ke dalam furu’ dan bukan termasuk pokok-pokok akidah Islam. Masalah ini lebih baik dikaji di dalam kitab-kitab fiqih dan muamalah dan bukan dikaji di dalam kitab-kitab akidah dan pokok-pokok agama. Walaupun dengan sangat terpaksa para ulama Ahlu Sunnah membicarakan masalah ini di dalam kitab-kitab akidah untuk membantah seluruh ajaran Syi’ah di dalam masalah ini.

Syaikh Muhammad ‘Arfah seorang anggota Lembaga Ulama Senior Al-Azhar pada zamannya telah menukil dari kitab-kitab akidah milik Syi’ah Imammiyah Itsna ‘Asyariyyah sebagai penguat apa yang kami ucapkan tentang mereka. Beliau berkata,

“Jika kita mau mengkaji kitab-kitab akidah milik orang-orang Syi’ah, maka kita akan menemukan adanya kesesuaian atas riwayat-riwayat yang mereka sampaikan. Kita pun bisa langsung menukil ajaran mereka yang kita anggap sebagai ajaran yang sangat berbahaya yaitu masalah imamah, ajaran mengkafirkan para sahabat dan tiga orang khulafa rasyidin. Mereka terus mengkafirkan kaum muslimin sejak Rasulullah SAW wafat sampai hari ini. Hal ini disebabkan kaum muslimin tidak pernah mengakui imamah Ali dan 12 imam mereka. Hal ini seperti yang kami kutip dari penghulu ahli hadits Abi Ja’far Ash-Shaduq Muhammad bin Ali bin Husein bin Babwaih Al-Qummi yang meninggal dunia pada tahun 381 Hijriyah yang merupakan ahli hadits kedua dari tiga ahli hadits (Syi’ah) yang juga dia itu adalah pengarang kitab yang berjudul, Man La Yahdhuruhul Faqih, salah satu kitab dari empat kitab rujukan Syi’ah di dalam masalah pokok-pokok ajaran mereka. Dia berkata, “Kami berkeyakinan pada orang-orang yang menolak imamah Ali bin Abi Thalib dan seluruh imam setelah beliau adalah seperti orang-orang yang menolak nubuwah (kenabian) para nabi. Kami juga berkeyakinan bahwa orang-orang yang mengakui imamah Ali dan menolak satu dari imam setelah Ali adalah seperti orang-orang yang mengakui/beriman kepada para nabi akan tetapi mereka menolak Nabi Muhammad SAW.” Dia juga berkata di dalam Risalat Al-I’tiqadat, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menolak imamah Ali setelah aku (Rasulullah SAW), artinya dia telah menolak kenabianku dan barangsiapa yang menolak kenabianku, artinya dia telah menolak rububiyah Allah SWT.”

Related image Related image Related image 

Rasulullah SAW telah bersabda, “Wahai Ali, Sesungguhnya kelak setelah aku wafat, engkau itu akan dizhalimi. Barangsiapa yang menzhalimimu, sama dengan dia telah menzhalimi aku; barangsiapa yang bersikap adil terhadapmu, sama dengan dia telah bersikap adil terhadap aku; dan barangsiapa yang menolakmu, sama dengan menolak aku.”

Imam Shadiq AS berkata, “Orang yang menolak imam terakhir kami, sama dengan menolak imam pertama kami.”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Para imam setelah aku ini ada berjumlah dua belas orang. Imam yang pertama adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib AS, dan imam yang terakhir adalah Al-Mahdi. Menaati mereka sama dengan menaati aku dan bermaksiat kepada mereka sama dengan bermaksiat kepada aku. Barangsiapa yang menolak salah seorang dari mereka, sama dengan menolak aku.” Imam Shadiq berkata, “Barangsiapa yang meragukan tentang kekufuran musuh-musuh kami dan sikap zhalim mereka terhadap kami, maka dia dianggap telah kafir.”

5. Dakwaan Wasiat dari Rasulullah SAW untuk Ali
Dakwaan adanya wasiat dari Rasulullah SAW untuk Ali menjadi khalifah setelah beliau wafat –seperti keyakinan Syi’ah- sungguh telah merampas hak kaum muslimin untuk memilih pemimpin dari kalangan mereka sendiri. Itulah wujud pengamalan terhadap perintah musyawarah yang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai ciri khas kaum muslimin, “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka,” (QS Asy-Syura [42]: 38).

Posisi kita adalah bergabung dengan kelompok yang tidak mengkafirkan Syi’ah ini secara mutlak. Namun, kelompok pertengahan ini berbeda pandangan secara tajam dengan Syi’ah di beberapa masalah utama, di antaranya:

Seolah-olah dengan adanya wasiat itu, umat Islam terbelakang selamanya, sehingga Allah SWT harus menentukan siapa orangnya yang berhak mengurusi dan memimpin umat Islam. Juga diharuskan orang yang memimpin umat Islam ini datang dari rumah tertentu dan dari keturunan tertentu dari keluarga rumah ini. Padahal semua manusia adalah sama. Yang jelas bahwa yang berhak memimpin umat Islam adalah orang yang diterima (diridhai) oleh umat Islam dan dia mampu untuk memikul amanah ini dan menakhodai umat ini.

Saya yakin jika Negara Islam yang dipersepsikan oleh Ahlu Sunnah adalah bentuk Negara Islam ideal yang telah digambarkan oleh Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih. Yaitu sangat sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat dunia pada saat ini bahwa rakyat berhak menentukan nasibnya sendiri, tidak menganut teori negara Teokrasi atau sebuah sistem yang mana negara dikuasai oleh pemerintahan berasaskan agama (tertentu) atas nama Pemerintahan Langit yang membelenggu leher masyarakat dan hati nurani mereka. Semua lapisan masyarakat tidak kuasa atas diri mereka sendiri kecuali harus mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat!”

Keyakinan Syi’ah ini dibantah oleh takdir Allah, di mana Imam yang ke-12 mereka sedang bersembunyi, seperti yang mereka yakini. Akhirnya, umat manusia ditinggalkan tanpa imam maksum lebih dari 11 abad. Bagaimana mungkin Allah SWT akan membiarkan umat manusia tanpa imam yang akan membimbing mereka? Ternyata mereka (orang-orang Syi’ah) berkata, “Kami masih mempunyai Al-Qur`an dan As-Sunnah untuk membimbing kami!” ketahuilah, justru kami (Ahlu Sunnah) sejak dahulu sudah mengatakan hal ini.

6. Superioritas Kelompok Tertentu atas Seluruh Umat Manusia
Keyakinan orang-orang Syi’ah dibangun atas dasar rasa superioritas (merasa paling lebih) dari seluruh makhluk Allah SWT. Mereka merasa mempunyai karunia yang sangat besar jika dilihat dari penciptaannya. Mereka ini berhak untuk mengatur orang lain walaupun mereka tidak memilihnya. Hal ini dikarenakan telah menjadi keputusan langit.

  Related image  Image result for Image result for kitab-kitab Ayatullah Khomeini Syiah  Related image

Pemikiran seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam secara umum. Hal ini disebabkan seluruh manusia adalah sama seperti deretan sisir. Hanya ada satu Rabb bagi seluruh umat manusia dan memiliki nenek moyang yang sama yaitu Adam AS. Mereka semua diciptakan dari bahan yang sama, yaitu sperma. Oleh karena itu, tidak ada rasa superioritas seorang manusia atas manusia yang lain kecuali dengan taqwanya. Hal ini seperti yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur`an, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti,” (QS Al-Hujurat [49]: 13).

Sesungguhnya manusia itu diutamakan atas yang lainnya hanya karena amal perbuatan, dan bukan karena faktor keturunan. Sebab siapa yang amalnya lambat, maka nasabnya tidak akan mempercepat langkahnya meraih ridha-Nya. Allah SWT berfirman, “Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya,” (QS Al-Mu`minun [23]: 101). Kemudian Allah SWT menyebutkan bahwa yang akan menghukumi umat manusia di hari Kiamat adalah Al-Mizan yang tidak akan menzhalimi seorang pun. Manusia lah yang memilih para pemimpin dalam bingkai musyawarah. Manusia berbaiat kepada para pemimpin dengan syarat jangan melanggar batasan-batasan Allah SWT dan hak-hak manusia.

Hanya Rasulullah SAW saja satu-satunya orang yang dipilih oleh wahyu, “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya,” (QS Al-An’am [06]: 124). Selain beliau, hanya manusia biasa dan tidak dipilih oleh wahyu.

Kemudian kenyataan sejarah menunjukkan bahwa orang-orang yang mengaku berhak menduduki sebuah jabatan pemerintahan atas dasar nash (Al-Qur`an/As-Sunnah), ternyata mereka itu tidak menduduki jabatan apa-apa. Justru mereka hidup seperti manusia pada umumnya (rakyat biasa), mendapatkan persamaan di dalam hukum. Kecuali Ali bin Abi Thalib yang dibaiat oleh kaum muslimin menjadi khalifah. Karena jika dilihat dari sisi keilmuan, beberapa imam ‘maksum’ keturunan Ali tidak dikenal sebagai orang yang unggul kecerdasannya dan layak menjadi imam. Namun ada sebagian dari keturunan Ali termasuk ke dalam tokoh besar di bidang fiqih, seperti Muhammad Al-Baqir dan Ja’far Ash-Shadiq seperti imam-imam fiqih lainnya.

7. Penyebaran Bid’ah di Kalangan Syi’ah
Di antara yang harus diperhatikan dari Syi’ah yaitu terjadinya penyebaran bid’ah yang mengandung kemusyrikan di kalangan para pengikut Syi’ah. Mereka menyembah kuburan dan situs-situs para imam dan syaikh mereka. Mereka berani bersujud ke kuburan, meminta pertolongan kepada ahli kubur dan berdoa meminta kebaikan untuk para peziarahnya dan supaya terbebas dari segala macam marabahaya. Menurut mereka bahwa para ahli kubur tersebut bisa mendatangkan manfaat dan bahaya, bisa membuat miskin dan kaya seseorang dan bisa membuat seseorang senang maupun sengsara.

Saya (Syaikh Yusuf Al-Qardhawi) pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana para peziarah kuburan Imam Ridha bersujud sambil merangkak ke arah kuburan beliau dari jarak sepuluh meteran. Tentu hal ini bisa terjadi dikarenakan kerelaan dan anjuran dari para ulama Syi’ah.

Hal ini berbeda dengan perilaku orang-orang awam Ahlu Sunnah pada saat mereka melakukan ziarah ke kuburan para wali dan Ahlul Bait yang kedapatan berperilaku menyimpang dan bid’ah. Akan tetapi, perilaku ini ditolak keras oleh para ulama Ahlu Sunnah. Inilah perbedaan yang mendasar antara kami (para ulama Ahlu Sunnah) dengan mereka (para ulama Syi’ah). Yaitu para ulama Ahlu Sunnah mengecam perilaku munkar yang dilakukan oleh orang-orang awam. Bahkan ada sebagian para ulama Ahlu Sunnah yang mengafirkan perilaku orang-orang awam ini! Akan tetapi perilaku munkar dan syirik yang dilakukan oleh orang-orang awam Syi’ah adalah diridhai dan mendapat dukungan dari para ulama mereka.

8. Syi’ah Melakukan Pemusnahan Sejarah
Sesungguhnya Syi’ah telah menjelek-jelekkan para sahabat, tabiin, dan para pengikut mereka. Juga mereka berani merubah alur sejarah umat Islam sejak zaman yang paling baik (zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya dan generasi setelah ini). Yaitu zaman terjadinya futuh (pembebasan negeri dengan cara damai) dan kemenangan gilang gemilang serta berbondong-bondongnya umat manusia masuk Islam. Juga terbangunnya kebudayaan yang mengacu kepada ilmu pengetahuan, iman dan akhlaq juga umat Islam ini mempunyai sejarah yang sangat gemilang. Sekarang umat Islam mencoba untuk bangkit kembali dengan cara berkaca kepada sejarahnya, menyambungkan masa sekarang dengan zaman dahulu. Menjadikan kemuliaan para pendahulu umat Islam sebagai figur untuk mendorong generasi muda kini untuk maju dan jaya.

Sedangkan sejarah orang-orang Syi’ah dipenuhi dengan kegelapan. Inilah yang mendorong saya untuk menulis sebuah buku dengan judul, Sejarah Kita yang Diselewengkan. Buku ini mengupas sejarah yang benar dan membantah seluruh tuduhan busuk orang-orang Syi’ah. Buku saya ini membuat orang-orang Syi’ah gerah. Kemudian salah seorang Syi’ah menulis sebuah buku membantah buku saya ini. Dia berkata, “Yusuf Al-Qardhawi ini wakil Allah SWT atau wakil Bani Umayyah?”

Image result for Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat nabi 

 9. Ajaran Taqiyyah
Di antara ajaran Syi’ah yang menyangkut akhlaq adalah menjadikan Taqiyyah sebagai dasar dan pokok ajaran di dalam berinteraksi (bermuamalah) dengan orang lain. Mereka selalu melakukan Taqiyyah, yaitu menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang ada di dalam hati. Mereka itu mempunyai dua wajah. Wajah yang pertama dihadapkan ke sekelompok orang dan wajah yang lainnya dihadapkan ke kelompok yang satunya lagi. Mereka juga mempunyai dua lidah.
Mereka berdalih dengan firman Allah SWT, “Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka,” (QS Ali Imran [03]: 28). Akan tetapi, dengan sangat jelas ayat menerangkan bahwa dibolehkannya Taqiyyah adalah pada saat darurat yang memaksa seorang muslim harus melakukan hal ini (Taqiyyah) karena takut dibunuh atau ada bahaya besar yang mengancamnya. Keadaan seperti ini masuk ke dalam pengecualian, seperti firman Allah SWT, “Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman,” (QS An-Nahl [16]: 106).

Pengecualian ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan di dalam bermuamalah. Hal ini (Taqiyyah) boleh dilakukan pada saat darurat, yang mana keadaan darurat bisa menghalalkan sesuatu yang terlarang. Akan tetapi tetap harus dihitung secara cermat. Untuk orang lain yang tidak terpaksa, tidak boleh melakukan hal ini. Karena sesuatu yang terjadi atas dasar pengecualian tidak bisa dikiaskan.

Akan tetapi Syi’ah Imamiyah menjadikan Taqiyyah ini sebagai dasar di dalam muamalah mereka karena para imam mereka membolehkan hal tersebut. Dari Ja’far Ash-Shadiq bahwasanya dia telah berkata “Taqiyyah adalah agamaku dan agama leluhurku.” Ibnu Taimiyyah berkata mengomentari ucapan ini, “Allah SWT telah menyucikan Ahlul Bait dari hal ini dan mereka tidak memerlukan Taqiyyah. Karena mereka adalah orang-orang yang paling jujur dan paling beriman. Oleh karena itu, agama mereka adalah Taqwa dan bukan Taqiyyah.” 

Pendapat para ulama senior Al-Azhar tentang Syi’ah
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengatakan bahwa semua penjelasan saya tentang Syi’ah ini bukan semata-mata pendapat saya sendiri. Akan tetapi merupakan pendapat para ulama senior Al-Azhar terhadap Syi’ah. Seperti Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (mantan Mufti Mesir), Syaikh Muhammad ‘Arfah (anggota Lembaga Ulama Senior dan mantan ketua divisi Bimbingan dan Penerangan), Syaikh Jadul Haq Ali Jadul Haq (mantan Mufti Mesir dan Grand Syaikh Al-Azhar), Syaikh Athiyah Shaqer (ketua Komisi Fatwa Al-Azhar), Syaikh Dr. Abdul Mun’im An-Namir (Wakil Syaikh Al-Azhar dan mantan Menteri Waqaf Mesir).

Akan tetapi karena keterbatasan tempat, tidak memungkinkan bagi saya untuk menyebutkan seluruh perkataan para ulama senior tersebut yang berkompeten di dalam masalah ilmu dan memiliki peranan di dalam melakukan perbaikan di dalam hidup mereka. Tidak pernah ada tuduhan yang diarahkan kepada mereka, baik tuduhan fanatisme maupun tuduhan konservatif (tertutup).

Syaikh Makhluf telah menyebutkan macam-macam Syi’ah. Di antaranya: Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah yang berkeyakinan bahwa Rasulullah SAW telah membuat wasiat bahwa Ali harus menjadi khalifah setelah beliau wafat. Karena Ali adalah ahli waris beliau. Kelompok Syi’ah ini berani mencela para sahabat, terutama Abu Bakar dan Umar. Bahkan mereka juga berani mengafirkan para sahabat. Mereka juga berkeyakinan bahwa imamah itu hanya terbatas kepada imam mereka yang berjumlah dua belas orang yang mereka yakini kemaksumannya dan mereka meyakini Imam Mahdi akan muncul ke dunia ini, dsb.

Syaikh Makhluf berkata, “Ajaran Islam tidak pernah mengajarkan keyakinan seperti ini, baik secara global maupun secara terperinci. Tidak ada orang yang maksum selain para nabi dan rasul. Juga tidak ada ajaran yang menyatakan bahwa imamah itu hanya terbatas di Ahlul Bait atau hanya terbatas dua belas imam saja. Juga Rasulullah SAW tidak pernah memberikan wasiat kepada Ali, baik dengan nash yang terang maupun samar. Islam juga tidak mengenal istilah Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu yang diyakini oleh Syi’ah sedang bersembunyi dan masih hidup di bumi sampai sekarang yang akan muncul di akhir zaman. Juga tidak boleh mengkultuskan orang lain selain para rasul. Juga tidak ada keterangan yang memerintahkan untuk pergi berziarah ke Karbala dan Najaf, dan memuliakan kedua kota tersebut. Juga tidak ada perintahnya untuk menjadikan hari Asyuro sebagai hari berkabung. Justru yang ada adalah perintah untuk shaum di hari Asyuro.”

 Related image

Inilah perkataan Syaikh Makhluf yang didukung oleh perkataan para ulama senior yang lainnya. Hal ini seperti yang telah dinukil oleh Dr. Muhammad Yusri di dalam bukunya yang berisi kumpulan fatwa-fatwa ini dengan judul, Himpunan Fatwa Ulama Senior Al-Azhar tentang Syi’ah dan Sekte-sektenya. Buku ini diedit oleh dua orang profesor Al-Azhar yaitu Muhammad Al-Khasyu’i dan ‘Abdul Aziz Quraisyi. Buku ini adalah kumpulan fatwa ilmiyah yang lengkap dengan kutipan dari referensi kitab-kitab Syi’ah dan bukan dari kitab musuh-musuh Syi’ah. Pesan saya kepada saudara saya sesama muslim jika Anda ingin mencari kebenaran, saya persilahkan untuk membaca buku himpunan fatwa ulama tersebut.

Akan tetapi dari buku ini, saya hanya akan mengutipkan perkataan Syaikh Dr. Abdul Mun’im An-Namir. Beliau adalah seorang tokoh yang sudah terkenal akan keterbukaan beliau terhadap dunia ini. Beliau telah banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara Islam di seluruh dunia. Beliau juga pernah menjadi perwakilan (utusan) Al-Azhar di India. Di sana, beliau menulis buku tentang sejarah Islam di India. Beliau juga merupakan Pimpinan Redaksi Majalah Al-Wa’ie Al-Islami di Kuwait. Beliau juga mengeluarkan pandangan-pandangan dan tulisan-tulisannya yang terbaru (up to date), sehingga beliau tidak pernah dituduh sebagai ulama jumud atau fanatik.

Pendapat Dr. Abdul Mun’im An-Namir, mantan Menteri Waqaf Mesir tentang Syi’ah

Beliau telah mencantumkan di dalam bukunya yang berjudul, Syi’ah dan Al-Mahdi yang berisi dialog beliau dengan Syaikh Muhammad Ali Taskhiri, seorang ulama penyebar ide pendekatan antara Sunni dan Syi’ah.

Beliau berkata, “Bismillaahir rahmaanir rahiim, semoga selawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du: Saya telah menjadikan dialog yang terjadi antara saya dengan Syaikh Muhammad Ali Taskhiri sebagai muqaddimah cetakan keempat ini. Beliau adalah salah seorang ulama Iran yang sering menjadi utusan Pemerintah Iran untuk menghadiri berbagai macam muktamar (konferensi) dan seminar tentang Islam. Beliau adalah ulama yang fasih dan luas ilmunya. Jika beliau berbicara dengan bahasa Arab, seolah-olah beliau adalah orang Arab asli. Ternyata, sejak masih muda, beliau telah bertalaqqi di beberapa kota suci Syi’ah di Irak.

Pertemuan ini terjadi di kota Moscat, ibukota Kesultanan Oman. Tepatnya terjadi di areal Universitas Sultan Qobus yang baru, luas dan megah yang terletak kurang lebih sekitar 40 km dari ibukota Moscat. Di sana berlangsung Seminar Fiqih Islam yang disponsori Pemerintah setempat dari tanggal 22-26 Sya’ban 1408 H atau bertepatan dengan tanggal 9-13 April 1988 M. Seminar ini dihadiri banyak para ulama senior, para ahli fiqih Islam dan tokoh pergerakan Islam, misalnya Grand Syaikh Al-Azhar Jadul Haqq Ali Jadul Haqq (w.1996 M)

Di sana, ketika acara dimulai, saya bertemu dengan Syaikh Muhammad Ali Taskhiri. Kami pun bersalaman dan berbincang-bincang. Beliau mengingatkan saya bahwa pertemuan yang pertama adalah terjadi di acara Forum Pemikiran yang diadakan di kota Kosantin di Aljazair pada awal tahun 1980-an.

Di hari keduanya saat break seminar tersebut, kami keluar bersama beliau dan terjadilah dialog yang dimulai oleh beliau. Beliau berkata kepada saya, “Anda telah menzhalimi kami ketika Anda menuduh kami bahwa kami telah berkata bahwa telah terjadi perubahan terhadap Al-Qur`an dan para sahabat yang telah mengumpulkannya telah membuang (menghilangkan) beberapa surat atau beberapa ayat, yaitu ayat tentang hak Ali sebagai pemimpim setelah Rasulullah SAW wafat.”

Saya jawab pertanyaan beliau ini, “Ya, memang saya telah menulis hal itu berdasarkan kepada kitab-kitab kalian. Saya pun menyebutkan nama-nama kitab-kitab mereka tersebut, salah satunya kitab Fashlul Khithaab fii Itsbaati Tahriifi Kitaabi Rabbil Arbaab. Kitab ini ditulis oleh ulama besar Syi’ah, Syaikh Husein An-Nuuri Ath-Thabrasi pada abad ke-13 H. Kitab ini dicetak di Iran pada tahun 1298 H. Saya hanya menukil apa yang tercantum di dalam kitab ini. Bagaimana mungkin saya dianggap telah menzhalimi kalian, karena semua yang saya sebutkan di dalam masalah ini adalah bersumber dari kitab-kitab kalian yang telah diakui oleh para ulama kalian. Dan kalian pun memberikan penghormatan yang tinggi kepada penulis kitab ini pada saat dia meninggal dunia pada tahun 1232 H. Beliau ini dikuburkan di Najaf, sebuah tempat agung menurut orang-orang Syi’ah, di dekat kuburan Imam Ali Al-Murtadha.”

Beliau berkata, “Kitab ini tidak ada apa-apanya. Saya sendiri meletakkan kitab ini di bawah kaki saya (beliau menghentakkan kakinya ke tanah) sambil marah.”
Saya berkata kepada beliau, “Mengapa kalian diam saja pada saat kitab ini menceritakan tentang kalian jika memang seperti itu? Mengapa pula kalian tidak mengumumkan jika kalian tidak mengakui isi kitab tersebut? Dan mengapa kalian mendistribusikan kitab ini ke seluruh penjuru dunia, sehingga saya dan ulama yang lain pun tahu bahwa kitab ini tidak mewakili ajaran madzhab kalian. Apakah ada sebuah keterangan yang dirilis oleh pemimpin tertinggi Syi’ah pada saat ini (Ayatullah Khumaini) bahwa isi kitab-kitab Syi’ah adalah tidak benar, seperti kitab An-Nuur Ath-Thabrasi ini. Contoh lainnya tentang kebiasaan mencela para sahabat yang telah mengumpulkan Al-Qur`an bahwa mereka itu telah merubahnya. Sebaiknya seluruh tuduhan ini dihapus dari kitab kalian itu pada saat akan dicetak ulang. Apakah kalian berat melaksanakan ini semua?”

Kalian tidak melaksanakan satu dari tuntutan kami ini. Karena saya tahu jika sebagian dari para ulama kalian telah berlepas diri di dalam pengajian-pengajian mereka dari tuduhan bahwa telah Al-Qur`an telah dirubah. Akan tetapi pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang telah menuduh bahwa para sahabat telah merubah-rubah Al-Qur`an. Mengapa pula kalian tidak membuat pernyataan untuk seluruh rakyat yang membaca kitab ini yang berisi penolakan kalian atas tuduhan ini?

Beliau berkata kepada saya, “Anda telah membicarakan mengenai ucapan yang mengatakan bahwa kami mempunyai mushaf Fathimah. Padahal kami tidak pernah mengatakan seperti ini.”

Related image

Saya pun berkata kepada beliau, “Ya, rujukan utama kalian telah mengatakan bahwa wahyu Allah SWT juga turun kepada Fathimah setelah wafat orang tuanya (Rasulullah SAW). Adalah Ali RA sebagai pencatat wahyu tersebut sampai terkumpul dan di kemudian hari disebut dengan Mushaf Fathimah.”

Saya baru tahu akan masalah ini setelah saya memperhatikan khutbah Imam Khumaini yang disiarkan oleh radio Teheran. Beliau telah berkata di dalam khutbah tersebut yang mana khutbah tersebut diadakan pada perkumpulan para wanita pembesar Iran pada acara peringatan lahirnya Fathimah. Imam Khumaini berkata, “Sesungguhnya saya tidak kuasa untuk bercerita tentang Siti Fahimah. Akan tetapi cukuplah dengan sebuah riwayat yang tercantum di dalam kitab Al-Kaafiy.” Beliau pun menceritakan riwayat ini di depan para isteri pembesar Iran.
Kitab Al-Kaafiy yang ditulis oleh Imam Al-Kulaini adalah kitab Syi’ah yang sepadan dengan Kitab Al-Bukhari di kalangan Ahlu Sunnah. Hal ini lah yang memaksa saya pergi ke kota Najaf untuk bertemu dengan salah seorang ulama besar Syi’ah. Di sana saya bisa melihat-lihat isi kitab tersebut yang merupakan cetakan Iran yang terdapat di perpustakaan pribadi miliknya.

Saya telah mencantumkan di dalam buku saya tentang juz dan bab yang menerangkan tentang turunnya wahyu kepada Fathimah dan mushafnya secara jelas. Apakah dengan ini saya dianggap telah melukai dan menzhalimi kalian gara-gara saya melampirkan seluruh isi buku saya dari sumber rujukan yang paling valid menurut kalian berikut teksnya?

Beliau berkata, “Kitab-kitab itu adalah kitab murahan dan tidak valid!”
Saya bertanya kepada beliau, “Tapi, mengapa kalian mendistribusikan kitab ini (kitab Al-Kaafiy) ke seluruh penjuru dunia, sampai ke Amerika. Bahkan kalian telah menerjemahkanya ke dalam bahasa Inggris agar mudah dibaca oleh semua orang yang faham bahasa Inggris di Barat dan di Timur! Saya sendiri mempunyai cetakan terbaru yang sudah diterjemahkan. Apakah dengan ini semua bisa dikatakan jika kitab Al-Kaafiy ini adalah kitab hebat menurut kalian? Sebab kalian telah berupaya keras dan menggelontorkan dana yang cukup besar untuk mencetak dan menerjemahkannya sampai mencapai ratusan ribu eksemplar untuk disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia sebagai sarana propaganda madzhab kalian. Apakah kalian merasakan hal ini?”

Beliau berkata, “Di dalam kitab-kitab tafsir kalian terdapat banyak kisah-kisah Israiliyat. Apakah hal ini bermakna bahwa kalian (Ahlu Sunnah) juga mengakui keabsahannya?”

Saya jawab, “Memang benar, di dalam kitab-kitab tafsir kami banyak riwayat Israiliyat dan hadits-hadits yang tidak shahih. Akan tetapi sebagian para ahli tafsir mengingatkan hal ini dan mereka juga mengakui jika riwayat-riwayat tersebut adalah riwayat dusta. Kami sekarang ini sedang memberantas riwayat-riwayat Israiliyat tersebut. Kami sedang menulis beberapa kitab yang menjelaskan hal tersebut dan memperingatkan orang yang membacanya agar jangan mempercayai riwayat-riwayat dusta tersebut. Sebagian para ulama ada yang berusaha untuk mengoreksi dan membuang riwayat-riwayat Israiliyat, hadits-hadits palsu dan hadits-hadits yang tidak shahih. Dibandingkan dengan kalian, kami lihat kalian terus memperbaharui cetakannya dan kemudian kalian mengatakan jika kitab tersebut tidak ada apa-apanya? Bahkan kalian juga menerjemahkannya dan mengirimkannya ke berbagai negara! Mana yang dapat kami percayai? Apakah ucapan yang tidak memiliki dalil apa pun ataukah kenyataan yang merupakan dalil yang sangat kuat?”

   Related image

Di hari kedua dari pertemuan di pagi hari, ada seorang dari saudara saya dari kalangan para ulama yang memberitahu saya bahwa Syaikh Taskhiri terserang serangan jantung dan telah dibawa ke RS Sulthan. Saya menyesal, mungkin saja saya yang menyebabkan serangan jantung ini. Akhirnya, saya buru-buru pergi ke RS untuk melihat kondisinya. Di RS, saya melihat beliau telah sadar dan sedang berbaring di atas ranjangnya. Saya pun merasa tenang setelah saya tahu bahwa penyebab ini semua adalah luka di usus dua belas jarinya yang semakin parah. Beliau pun telah minum obat. Pada saat kami sedang berbincang-bincang dengan beliau, datanglah Menteri Luar Negeri Iran, yaitu Ali Akbar Wilayati menjenguk beliau. Pak Menteri bersalaman dengan kami. Di RS saya duduk sebentar dan kemudian saya berpamitan agar keduanya (Pak Menteri dan Syaikh) leluasa bercengkrama.

Pada hari kedua Dr. Muhammad Al-Ahmadiy Abu An-Nur mengajak saya untuk menjenguk Syaikh di RS. Pada saat tiba di RS, kami melihat kamar Syaikh telah kosong dari para penjenguk. Teman saya ini mengajak saya untuk melanjutkan dialog. Saya berkata kepadanya, “Sekarang tema tentang tempat suci. Bagaimana yang kalian lakukan di dalam tempat suci yang perbuatan tersebut tidak pernah diterima oleh kaum muslimin?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya Imam Khumaini membutuhkan sebuah fatwa syariah Islam dari para ulama Ahlu Sunnah. Dan beliau pasti akan menyambutnya!”

Saya katakan kepada beliau, “Apakah tema tentang keamanan kota suci (Mekah) perlu fatwa, padahal sudah ada nash yang jelas yang menguatkan akan keamanan kota suci. Misalnya firman Allah SWT, “Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia,” (QS Ali Imran [03]: 97). Setelah Allah SWT memberikan rasa aman kepada seluruh makhluk yang berada di tanah suci sampai kepada burung-burung dan pepohonan, dan juga dilarang beradu pendapat (adu mulut) di areal tersebut, apakah setelah ini semua kita memerlukan fatwa dari seseorang? Apakah usaha mendatangkan orang-orang yang siap meledakkan dirinya bersama jemaah haji Iran, kemudian mereka melakukan demontrasi meneriakkan yel-yel nama Khumaini, mereka memblokir jalan-jalan dan mengganggu pengguna jalan. Mereka bergerak menuju tanah suci yang pada saat itu sedang dipadati oleh jemaah haji. Jumlah mereka mencapai sepuluh ribu orang yang terlihat beringas. Hasil dari ini semua sudah bisa diketahui. Apakah perilaku ini sesuai dengan jaminan keamanan yang Allah SWT minta dari kita, yaitu kita harus menjaga keamanan kota suci (Mekah)?”

Wahai saudaraku… sengaja saya menyebutkan kejadian ini kepadamu agar pengetahuanmu terhadap buku saya ini bertambah. Juga agar kita semua tahu akan tabiat dan tingkah laku orang-orang yang kita sering bermuamalah dengan mereka. Kami semua adalah kaum muslimin dari kalangan bangsa Arab. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan petunjuk-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!

Kitab Kasyful Asrar karya Imam Khumaini dan Tuduhannya terhadap Abu Bakar dan Umar bin Khaththab

Di depan saya ada kitab yang berisi dialog antara Ruhullah Khumaini dengan penentangnya dari kalangan Ahlu Sunnah. Imam Syi’ah ini berdalil bahwa keyakinan imamah adalah benar dan wajib diimani oleh setiap muslim. Beliau melanjutkan dengan perkataannya di bawah ini:

“Keyakinan harus menolak Abu Bakar adalah perintah Al-Qur`an. Beliau mulai berbicara dengan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur`an tentang mewariskan tahta kekuasaan. Di antaranya, “Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud,” (QS An-Naml [27]: 16), “Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Ya’qub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai,” (QS Maryam [19]: 5-6) dan ayat-ayat lainnya. Dari sini beliau berdalih bahwa ajaran mereka adalah benar bahwa Ali RA akan menerima warisan kekuasaan dari Rasulullah SAW.”

Kemudian beliau juga mengutip dalil-dalil bahwa Abu Bakar telah melanggar nash Al-Qur`an, kemudian dia sesuaikan dengan hawa nafsunya dan berupaya untuk menjauhkan Ahlul Bait dari pemerintahan. Abu Bakar juga telah menzhalimi Ahlul Bait di dalam kehidupan ini ketika dia membuat sebuah hadits yang berbunyi, “Kami sekalian para nabi tidak mewariskan apa-apa. Yang kami tinggalkan hanya sedekah.”

Related image Related image

Kemudian beliau di halaman 114 menjelaskan penyimpangan Umar bin Khaththab dari Al-Qur`an. Ia (Khumaini) telah menyebutkan beberapa kejadian lalu menafsirkannya sesuai dengan keinginannya. Misalnya kejadian pada saat Rasulullah SAW menyuruh Umar agar menulis sebuah surat dan lain-lainnya. Penulis juga mencantumkan ucapan Umar dalam kisah ini. Setelah penulis mencantumkan sumber rujukannya, dia berkata, “Kisah ini menguatkan bahwa kebohongan itu berasal dari Umar bin Khaththab sang penipu!”

Kemudian di paragraf berikutnya penulis mengatakan beberapa ucapan Umar bin Khaththab dalam masalah ini, “Sesungguhnya ucapan-ucapan itu berdiri di atas dasar kebohongan dan berasal dari perbuatan kufur dan zindiq!”(hal. 116). Masih di halaman yang sama dari buku tersebut, penulis membuat sub judul, “Kesimpulan Kami tentang Masalah Ini,” kemudian dia menulis di bawahnya, “Dari semua bahasan yang telah lalu, jelaslah bahwa penyimpangan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab terhadap Al-Qur`an menurut kaum muslimin bukan masalah penting.” Penulis berdalil tentang masalah ini bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khaththab tidak pernah mau mendengarkan pendapat orang lain. Keduanya juga tidak mau lengser dari jabatannya, juga Ahlu Sunnah tidak siap untuk melengserkan keduanya, walaupun Umar bin Khaththab berkata, “Sesungguhnya Allah SWT, malaikat Jibril dan nabi telah salah menurunkan ayat ini.” Hal ini sama sebagaimana kaum muslimin juga berusaha untuk mendukung inovasi dan perubahan yang terjadi (disebabkan Umar) di dalam agama Islam. (hal. 117).

Sampai seperti ini Imam Khumaini menulis tentang Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Dia menuliskan semua ini pertama-tama untuk para pengikutnya untuk menanamkan keyakinan seperti ini terhadap Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Sudah jelas, keyakinan ini kita tolak dan kami berlindung kepada Allah SWT dari orang yang mempercayainya. Oleh karena itu, jangan heran apa yang dikutip dari ucapan Imam Khumaini dalam karya-karyanya bahwasanya dia menyebut Abu Bakar dan Umar bin Khaththab dengan sebutan Al-Jibt dan Thaghut. Dia juga menamai keduanya dengan sebutan Dua Berhala Quraisy. Dia dan jemaahnya berkeyakinan bahwa melaknat Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Aisyah dan Hafshah akan mendatangkan pahala dari Allah SWT. Demikianlah, tuduhan ini juga mereka alamatkan kepada Utsman bin Affan. [4]

Jangan heran, inilah pendapat Imam Khumaini tentang Abu Bakar dan Umar bin Khaththab dan para sahabat yang lainnya, sampai dia membuat sebuah doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT secara berjamaah yang dinamai dengan Doa Dua Berhala Quraisy. Mereka selalu membaca doa ini,

بسم الله الرحمن الرحيم، اللهم صل على محمد و آل محمد..اللهم العن صنمي قريش و طاغوطيهما و إفكيها وابنيهما الذين خالفا أمرك و أنكرا وحيك و جحدا إنعامك و عصيا  رسولك و قلبا دينك و حرفا كتابك و أحبا أعداءك و جحدا آلاءك و عطلا أحكامك و أبطلا فرائضك و ألحدا في آياتك و عاديا أولياءك و واليا أعداءك و خربا بلادك و أفسدا عبادك، اللهم العنهما و أتباعهما و أولياءهما و أشياعهما و محبيهما فقد خربا بيت النبوة  و ردما بابه و نقضا سقفه و ألحقا سماءه بأرضه و عالية بسافله و ظاهره بباطنه واستأصلا أهله و أبادا أنصاره و قتلا أطفاله و أخليا منبره من وصيه و وارث عمله، و جحدا إمامته و أشركا بربهما فعظم ذنبهما و خلدهما في سقر و ما أدلراك ما سقر لا تبقي و لا تذر، اللهم اللهم العنهم بعدد كل منكر أتوه و حق أخذوه و منبر علوه و منافق ولوه و ولي آذوه و طريد آووه و صادق طردوه و كافر نصروه و إمام قهروه و فرض غيروه و أثر أنكروه و شر آثروه و دم أراقوه و خير بدلوه و كفر نصبوه و كذب دلسوه و إرث غصبوه و فيء اقتطعوه و سحت أكلوه و خمس استحلوه و باطل أسسوه و جور بسطوه.

“Dengan nama Allah yang Maha Penyayang, Maha Pemurah. Ya Allah, semoga selawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad.. Ya Allah, kutuklah dua orang Berhala Quraisy dan Thagutnya, juga kedua anaknya, yang mereka berdua itu telah melanggar perintah-Mu, menolak wahyu-Mu, mengingkari nikmat-Mu, bermaksiat kepada Rasul-Mu, merubah agama-Mu, merubah wahyu-Mu, mencintai musuh-musuh-Mu, menolak karunia-Mu, mencabut hukum-hukum-Mu, menolak perintah-perintah-Mu, melencengkan ayat-ayat-Mu, memusuhi wali-wali-Mu, bersikap loyal kepada musuh-musuh-Mu, menghancurkan negeri-Mu, menghancurkan hamba-hamba-Mu. Wahai Allah, laknatlah keduanya dan juga para pengikutnya, para pemimpinya, para pendukungnya dan para pecintanya. Keduanya telah menghancurkan rumah kenabian, merobohkan pintunya, mencabut atapnya, tanahnya dilekatkan ke atasnya, yang atas ke bawah dan yang bawah ke atas. Mereka mengusir penghuninya, menganiaya para pendukungnya, membunuh anak-anaknya dan membiarkan mimbar beliau kosong dari pewarisnya (yaitu Ali), mereka menyangkal imamah Ali, keduanya telah menyekutukan Rabbnya. Oleh karena itu, perbesarlah dosa mereka, kekalkanlah mereka berdua di neraka Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Wahai Allah laknatlah mereka karena sejumlah kejahatan yang telah mereka lakukan, hak yang telah mereka rampas, mimbar yang telah mereka hinakan, munafik yang telah mereka dukung, menolong orang-orang yang menyakitinya (Ali), dan orang jujur yang telah mereka usir, orang kafir yang telah mereka bantu, imam yang telah mereka hinakan, hukum yang telah mereka rubah, utang nyawa yang telah mereka tolak, kejahatan yang telah mereka sebarkan, darah yang telah mereka tumpahkan, kebaikan yang telah mereka rubah, dan kekufuran yang telah mereka dirikan, kedustaan yang telah mereka lakukan, hak waris yang telah mereka rampas, harta fa’i yang telah mereka potong, harta riba yang telah mereka makan, zakat seperlima yang telah mereka halalkan, kebatilan yang telah mereka dirikan dan keburukan yang telah mereka bentangkan.”

 Tidak sampai di sini, mereka juga meneruskan doa ini dengan membaca,

اللهم العنهما بعدد كل آية حرفوها و فريضة تركوها و سنة غيروها…اللهم العنهما في مكنون السر و ظاهر العلانية لعنا كبيرا…دائما دائبا سرمدا لا انقطاع لأمده و لا نفاد لعدده لعنا يعود أوله و لا ينقطع آخره…اللهم العنهم و محبيهم و مواليهم و المسلمين لهم و المائلين إليهم…و الناهقين باحتجاجهم و المقتدين بكلامهم و المصدقين بأحكامهم.  [قل أربع مرات] : اللهم عذبهم عذابا يستغيث منه أهل النار…آمين يا رب العالمين.

“Wahai Allah, laknatlah mereka dengan seluruh ayat yang telah mereka rubah, hukum yang telah mereka tinggalkan dan sunnah yang telah mereka rubah…Wahai Allah, laknatlah mereka berdua di tempat tersembunyi dan tempat terbuka dengan laknat yang besar…selama-lamanya, terus-menerus yang tidak bisa terputus waktunya dan tidak akan habis hitungannya dengan laknat yang akan berbalik laknat yang pertamanya dan tidak akan terputus laknat yang terakhirnya…(terus bersambung). Wahai Allah, laknatlah mereka dan juga para pecintanya, kaum muslimin dan orang-orang yang pro kepada mereka…Juga orang-orang yang menyambung lidah argumen mereka dan orang-orang yang meniru ucapan mereka, orang-orang yang membenarkan hukum mereka.” (Ucapkanlah sebanyak 4X, “Wahai Allah, adzablah mereka dengan adzab yang penduduk neraka saja berlindung dari adzab tersebut…Aamiin wahai Rabb seluruh alam semesta).

Doa ini semua diarahkan kepada Abu Bakar dan Umar bin Khaththab dan para sahabat yang mengikuti keduanya!

Related image

Saya berlindung kepada Allah dari kebencian seperti ini. Doa apa yang mereka sisakan bagi orang-orang yang ingkar terhadap Allah dan Rasul-Nya!? Wahai Allah yang Maha Menjaga! Mereka telah bersikap tidak senonoh, sampai-sampai mereka berdoa kepada Allah SWT dengan doa seperti ini!

Ketahuilah bahwa Ali telah menikahkan putrinya (Ummu Kultsum binti Ali dari Fathimah, saudara perempuannya Al-Hasan dan Al-Husein) kepada Umar bin Khaththab. Apakah Imam Ali menilai Umar seperti yang mereka (orang-orang Syi’ah) nilai? Lantas mengapa justru Ali menikahkan Umar bin Khaththab dengan putrinya?

Saya yakin jika pendapat Imam Khumaini terhadap kami yang sangat menghormati Khulafaur Rasyidun dan para sahabat lainnya, pada saat ini pendapatnya masih jelas, yaitu dia menganggap kita adalah orang-orang kafir yang layak mendapatkan laknat dari Allah SWT!

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada masa kekuasaannya dia ingin mengekspor revolusinya ke negara-negara Arab. Yang dia inginkan bukan hanya revolusi dalam bidang hukum saja, akan tetapi ingin sesuai dengan madzhabnya. Dia ingin menggiring kita dari kekufuran (Ahlus Sunnah menurut dia) kepada Islam cara dia dan madzhabnya (Syi’ah)! Kemudian kita semua berdoa bersama-sama melaknat dua berhala Quraisy: Abu Bakar dan Umar bin Khaththab agar kita mendapatkan pahala dari Allah SWT!

Inilah yang akan dipaksakan kepada kita, jika Iran menang dalam perangnya melawan Irak. Kemudian dia dan pasukan tentaranya ingin menguasai negara-negara Arab -semoga Allah SWT tidak mentaqdirkan hal ini-. Insya Allah, akan ada penjelasan lengkapnya tentang topik ini.

Profesor Ahmad Amin telah menulis beberapa sifat khusus Imam Syi’ah yang beliau nukil dari kitab Al-Kaafiy, karya Al-Kulaini yang merupakan kitab utama madzhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah. Beliau menyebutkannya sebagai berikut :

1.     Mereka berkeyakinan bahwa imam mereka menerima wahyu, meski cara pewahyuannya berbeda dengan nabi dan rasul.

2.     Barangsiapa yang tidak mempunyai imam, maka dia akan menjadi orang sesat dan barangsiapa mati dalam keadaan tanpa imam, maka matinya dalam keadaan kafir dan munafiq. Telah berkata Imam Ridha, “Manusia itu adalah hamba sahaya kami dalam hal ketaatan.”

3.     Para imam adalah cahaya Allah, yang Allah SWT telah berfirman tentang mereka, “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan,” (QS At-Taghabun [64]: 8). Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cahaya di ayat ini bukan Al-Qur`an, tetapi para imam Syi’ah.

4.     Para Imam Syi’ah adalah tiangnya bumi agar bumi tidak bergoyang.

5.     Para Imam adalah suci dari dosa-dosa, tidak mempunyai cela dan banyak ilmunya.

6.     Seluruh perbuatan umat manusia akan diperlihatkan kepada Nabi dan kepada para Imam Syi’ah.

7.     Para Imam Syi’ah adalah tempat berpijaknya Risalah Allah SWT; tempat Allah SWT menyimpan rahasia-Nya di bumi dan titipan-Nya di antara hamba-hamba-Nya.

8.     Para Imam memiliki seluruh kitab Allah SWT yang diturunkan kepada para rasul dan mereka memahaminya dengan bahasa kitabnya masing-masing.

9.     Tidak ada yang bisa menguasai ilmu Al-Qur`an, kecuali para Imam Syi’ah. Yaitu dengan cara mendapatkan warisan dari Imam Ali RA.

10.                        Para Imam mengetahui perkara yang telah lalu dan yang akan terjadi. Tidak ada yang tersembunyi bagi mereka sedikit pun. Sesungguhnya Allah SWT tidak mengajarkan kepada Nabi-Nya sedikit pun ilmu, kecuali setelah Allah SWT menyuruh Ali agar mengajarinya. Kemudian ilmu ini diwariskan kepada seluruh Imam Syi’ah.

11.                        Rasulullah SAW didampingi oleh sebuah ruh yang sangat besar melebihi malaikat Jibril dan Mikail. Ruh ini sekarang menemani para Imam Syi’ah.

12.                        Para malaikat akan memasuki rumah para Imam Syi’ah. Para malaikat akan menginjakkan kakinya di karpet para imam dan mereka memberitahukan sesuatu kepada para Imam.

13.                        Bumi ini semuanya adalah untuk para Imam. Dan Ahlul Bait adalah orang-orang yang akan mewarisi bumi ini. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikir (Lauh Mahafuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh,” (QS Al-Anbiya [21]: 105). Adapun yang dimaksud dengan hamba-hamba-Ku yang saleh adalah para Imam Syi’ah.

Inilah ajaran yang diyakini oleh Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah di dalam kitab-kitab mereka. Kecuali Syi’ah Ismailiyyah mempunyai perbedaan sedikit dengan Syi’ah Imamiyah. Akan tetapi, bisa saja di dalam ajaran Syi’ah Ismailiyyah ada ajaran-ajaran yang lebih jauh penyimpangannya, sehingga diakui oleh ajaran Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah.

Sumber: Buku berbahasa Arab, karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dengan judul Fataawaa Mu’aasharah,(Fatwa-fatwa Kontemporer), juz ke-4, penerbit Darul Qalam Kuwait, hal. 275-298.
Penerjemah: Dudung Ramdani, Lc -Staf LPPI Jakarta
[1] Padahal semua ini adalah hadits-hadits palsu yang dibuat oleh mereka sendiri!
[2] Buku ini ditulis oleh seorang Syi’ah asal Mesir yang bernama Dr. Ahmad Rasim An-Nafis.
[3] Lihat kitab Al-Muntaqa min Minhajil I’tidal, karya Imam Adz-Dzahabi hal. 68.
[4] Lihat kitab Kasyful Asraar hal. 107. Juga lihat kitab Syahadat Khumaini fii Ashaabi Rasuulillaah karya Syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah, mantan khatib Masjidil Aqsha yang dicetak oleh Penerbit Daar Ummar Yordania.
[5] Silahkan merujuk ke kitab Dhuha Islam (Cahaya Islam), hal. 3 cetakan pertama.

Related image

Nota dari Atok:
Penafian oleh golongan Syiah sangat biasa di Iran dan di seluruh dunia kerana mereka mengamalkan taqiah untuk menyembunyikan semua keburukan Iran apatah lagi berkenaan Mullah dan Ayahyullah. Atok sendiri pernah merantau dan tinggal di Tehran dan juga di Qum bagi mencari maklumat yang mendapat berbagai tentangan dan tekanan. Jadi tulisan atok dan juga  sahabat-sahabat atok ini adalah rujukan yang benar kerana kami kebanyakannya bertindak sebagai penyelidik, pejuang kebenaran dan penyasat persendirian (ditanah Iran sendiri) kepada ajaran sesat Syiah untuk mencari bukti dan membuka keburukan disebalik wayang Syiah itu dan mendedahkannya kepada dunia terutama kepada umat islam Sunni/ASWJ supaya tidak tertipu oleh mereka. Jadi jika tulisan ini juga dibidas atau disangkal oleh penyokong kuat ajaran sesat Syiah walau dari mana pun, maka ianya adalah biasa dan lumrah bagi kami kerana kami telah pun berhadapan dengan tindakbalas mereka sejak mula lagi.

Oleh itu pembaca usah risau dan bimbang kerana kita berada dipihak yang BENAR untuk mempertahankan akidah kita dan akidah umat islam Sunni atau Ahli Sunnah Wal Jemaah (ASWJ) keseluruhannya, terutama di Malaysia dan Indonesia. Kalau di Indonesia mereka telah mendapat tempa kedalam masyarakat umum kerana menggunakan ‘umpan’ Mutaah gadis-gadis jelita, wang dan biasiswa melanjutkan pelajaran ke Universiti-universiti maktab-maktab, Seminari atau Hauzah Syiah di Iran. Graduan-graduan dari sinilah yang menjadi talibarut Syiah sebagai penyebar, pendakwah dialam maya ini dan juga diluar untuk pelindung dan menangkis pendedahan keburukan mereka. Telah dikesankan penolakan ini didalam laman blog rakan-rakan seperjuangan kami yang ektif memperjuangan kebenaran daripada dakyah sesat Syiah yang amat merbahaya kepada diri, keluarga, masyarakat, kesatuan dan khususnya kepada Negara. Berwaspadalah kamu semua daripada Syiah?

Kita di Malaysia bernasib baik kerana semua pihak mengambil bahagian membenteras dan menombangkan semua bentuk ajaran sesat termasuklah ajaran Syiah ini dari menerap masuk kedalam masyarakat. Dengan adanya Akta Undang-undang Pencegahan Anekmen Syariah yang amat ketat dari pihak kerajaan, ajaran Syiah dapat dibenteras habis-habisan di Malaysia ini. Pihak kerajaan melalui Jabatan-jabatan Agama Negeri-negeri di Malaysia juga memainkan peranan utama dengan mengeluarkan fatwa-fatwa melarang umat islam disemua negeri di Malaysia dari terjebur, terperangkap dan terumpan dengan fahaman Syiah ini. Ia dilihat dapat memutuskan terus pengaliran dan membenteras penyebaran fahaman Syiah ini hingga keakar umbi.  

*******************************************************************************
Sekalian dahulu bab 4 berkenaan Syiah ini. Di kesempatan yang lain akan atok terbitkan pula sambungannya didalam bab ke 5 nya Insyaallah. Terima kasih kerana sudi membaca atikal ini yang atok fikir supaya kamu faham apa sebenarnya yang ada didalam doktrin Syiah ini. Nanti akan disambung berkenaan fatwa-fatwa  dari Ulama Sunni iaitu Syeikh Yusuf al Qardawi itu lagi… insyaallah.

Wabillahitaufiq Wasalamuaalaikum Warahmatuallahi Wabarakatuh.

Sekian.

Atok zamany.